GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1.1 Dasar Perumusan Tujuan Penataan Ruang Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan ruang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Disparitas di Sumatera Barat Disparitas Antar Wilayah

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2015

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2016

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JUNI 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT FEBRUARI 2015

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2015

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2016

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2017

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Penutup. Sekapur Sirih

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT APRIL 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT MARET 2017

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT JANUARI 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT DESEMBER 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

Transkripsi:

33 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Umum Provinsi Sumatera Barat Propinsi Sumatera Barat mempunyai luas daerah sekitar 42.297,30 km 2. Luas tersebut setara dengan 2,17% dari luas Republik Indonesia dan terletak antara 0 o 54 Lintang Utara (LU) sampai dengan 3 o 30 Lintang Selatan (LS) dan dari 98 o 36 sampai 101 o 53 Bujur Timur (BT). Luas perairan laut diperkirakan 186.500 km 2 dengan panjang garis pantai 2.420.357 km serta mempunyai 377 buah pulau besar dan kecil. Secara administratif, batas Sumatera Barat sebelah Utara adalah dengan Propinsi Sumatera Utara, Selatan dengan Propinsi Jambi dan Bengkulu, Barat Samudera Indonesia/Lautan Hindia dan Timur dengan Propinsi Riau. Pembagian wilayah Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten, 7 kota, 175 kecamatan, 568 nagari, 260 kelurahan, 1 daerah UPT (unit pemukiman transmigrasi), dan 125 desa serta 3475 jorong (dusun/kampung) dengan pusat pemerintahan di Kota Padang. Wilayah terluas dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu 6,01 ribu km 2 dan terkecil Kota Padang Panjang dengan 23 km 2. Jumlah penduduk berdasarkan data 2008 adalah 4.763.099 jiwa dengan kepadatan 113 per km 2 dan rasio jenis kelamin 97,08. Wilayah populasi terbanyak adalah Kota Padang 856.815 jiwa dan paling sedikit adalah Kota Padang Panjang dengan 54.218 jiwa. Secara spasial, persebaran kepadatan penduduk di Sumatera Barat disajikan pada Gambar 6. Pengelompokkan tingkat kepadatan penduduk dibagi menjadi tiga yaitu rendah (< 100 jiwa/km 2 ), sedang (100 1000 jiwa/km 2 ), dan tinggi (> 1000 jiwa/km 2 ). Pada Gambar 5 terlihat bahwa wilayah yang berpenduduk rendah masih sangat banyak dibandingkan dengan yang sedang dan tinggi. Wilayah yang berada pada bagian tengah memilki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian Selatan dan Utara serta Kabupaten Kepulauan Mentawai di bagian Barat. Semua wilayah kota masuk dalam kategori tinggi, kecuali Kota Sawahlunto yang masuk dalam kelompok sedang. Selain Kota Sawahlunto, pada kategori sedang adalah Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, dan

34 Kabupaten Tanah Datar. Sementara wilayah yang masuk kategori rendah adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Gambar 5. Peta Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Barat Data mengenai laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Gambar 6 Laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Kota Payakumbuh sebesar 4,23 persen, Kabupaten Dharmasraya sebesar 3,04 persen, dan Kota Solok sebesar 2,37 persen. Kota Payakumbuh merupakan salah satu wilayah yang cukup terbuka dengan kedatangan para imigran sementara Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu tujuan transmigrasi utama di Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi di Kabupaten Agam sebesar 0,34 persen, Kabupaten Tanah Datar sebesar 0,24 persen, dan Kota Pariaman sebesar 0,18 persen.

35 Laju Pertumbuhan Penduduk 4.50 4.00 persen pertumbuhan 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Sumber : BPS Sumatera Barat 2008 Gambar 6. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sumatera Barat Prasarana jalan yang ada di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 7. Secara spasial terlihat bahwa belum semua wilayah kabupaten/kota yang dilalui oleh jalan nasional seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Solok Selatan. Sementara itu pada Kabupaten Kepulauan Mentawai masih belum terdapat jalan provinsi karena wilayah ini berada di kepulauan dan terpisah dari kabupaten/kota yang lain di Sumatera Barat. Untuk Kota Padang terdapat jalan by pass dari pelabuhan Teluk Bayur dibagian Selatan sampai ke Bandara Internasional Mingkabau dibagian Utara. Data lain mengenai prasarana jalan ini dapat digunakan dengan mengkombinasikan antara panjang jalan terhadap luas wilayah dan jumlah penduduk seperti pada Tabel 8. Dari tabel tersebut ternyata Kota Bukittinggi paling padat wilayahnya dilayani jalan, sedangkan Kabupaten Kepulauan Mentawai paling sedikit. Dari sisi penduduk ternyata justru Kabupaten Kepulauan Mentawai yang paling panjang jalannya/orang dan Kota Padang paling pendek jalannya.

36 Gambar 7. Peta Jaringan Jalan Provinsi Sumatera Barat Kelengkapan infrastruktur rasio jalan per luas wilayah pada wilayah kota secara umum lebih baik dibandingkan wilayah kabupaten. Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam memiliki jaringan jalan yang relatif luas pelayanannya dibandingkan daerah kabupaten lainnya. Hal ini terjadi karena ketiga wilayah tersebut secara administratif terletak di antara beberapa wilayah kota seperti Kabupaten Padang Pariaman yang menghubungkan Kota Padang dengan Kota Pariaman serta Kota Padang dengan Kota Padang Panjang. Rasio jalan di Kota Bukittinggi yang sudah memadai dapat dikembangkan untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya terutama pada sektor transportasi dan sektor jasa jasa lainnya. Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai wilayahnya masih kekurangan jalan, walaupun sebagian besar penduduknya sudah terlayani sehingga potensi alamnya belum dapat dikembangkan secara optimal.

37 Tabel 8. Ratio Panjang Jalan Terhadap Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Panjang Jalan Kab/Kota Luas Wilayah (km 2 ) Jumlah Penduduk Ratio Terhadap Luas Wilayah (%) Ratio Terhadap Penduduk (%) Kabupaten : 1. Agam 1.472,830 2.232,30 424.789 65,978 0,347 2. Pesisir Selatan 2.126,000 5.794,95 423.093 36,687 0,502 3. Tanah Datar 1.029,600 1.336,00 331.576 77,066 0,311 4. Solok 1.237,330 3.738,00 342.930 33,101 0,361 5. Sijunjung 900,300 3.130,80 188.317 28,756 0,478 6. 50 Kota 1.078,700 3.354,30 324.201 32,159 0,333 7. Pasaman 778,080 4.447,63 244.554 17,494 0,318 8. Padang Pariaman 1.306,100 1.328,79 378.208 98,292 0,345 9. Kep. Mentawai 682,900 6.011,35 64.540 11,360 1,058 10. Dharmas Raya 695,200 2.961,13 165.194 23,478 0,421 11. Pasaman Barat 1.213,400 3.387,77 316.928 35,817 0,383 12. Solok Selatan 1.320,000 3.346,20 126.812 39,448 1,041 Kota : 1. Padang 837,939 694,96 799.736 120,574 0,105 2. Padang Panjang 83,500 23,00 45.439 363,061 0,184 3. Bukitinggi 179,910 25,24 100.512 712,797 0,179 4. Payakumbuh 237,290 80,43 101.819 295,027 0,233 5. Solok 161,160 57,64 54.049 279,598 0,298 6. Sawahlunto 217,360 273,45 53.081 79,488 0,409 7. Pariaman 258,850 73,36 70.032 352,849 0,370 Sumatera Barat 15.816,453 42.297,30 4.555.810 37,394 0,347 Sumber : RPJM Sumatera Barat 2006 2010, Agenda 6 Kondisi Biofisik Wilayah Daratan Sumatera Barat dilalui gugusan pegunungan dan pebukitan hampir di seluruh wilayah kabupaten/kota. Gunung tertinggi adalah Talamau dengan ketinggian 2913 meter di atas permukaan laut (mdpl), serta gunung lainnya seperti Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Talang, dan sebagian dari wilayah Gunung Kerinci. Bentang alam lainnya terdapat sekitar empat buah danau besar yang indah, yaitu Danau Maninjau di Kabupaten Agam, dan Danau Singkarak, Danau Diatas, dan

38 Danau Dibawah di Kabupaten Solok. Sementara bentang alam berupa sungai tidak begitu terkenal karena sungainya relatif kecil dibandingkan dengan sungai yang berada di Pantai Timur Sumatera dengan jumlah sebanyak 254 buah sungai. Kondisi topografi permukaan wilayah di Propinsi Sumatera Barat sangat bervariasi mulai dari dataran rendah di pantai dengan ketinggian 0 meter hingga dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian > 3.000 mdpl Lahan yang ada pada kawasan berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng di atas 40% tercatat 1.017.000 Ha. Wilayah yang lebih datar dijumpai di bahagian Timur Sumatera Barat. Penggunaan lahan Sumatera Barat sampai saat ini masih diliputi kawasan lindung sekitar 45,17 persen dari luas keseluruhan. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.980 lebih dari 5.000 mm/tahun dengan kecenderungan daerah bagian Barat lebih basah bila dibandingkan dengan bagian Timur. Karakterisitik iklim Propinsi Sumatera Barat termasuk iklim tropika basah. Suhu rata-rata di Sumatera Barat tercatat antara 22 0 28 0 C dengan perbedaan antara temperatur siang dan malam antara 5 0 7 0 C. Suhu minimum biasanya terjadi antara bulan Oktober sampai dengan Desember dan suhu maksimum terjadi antara bulan Juli dan Agustus. Daerah dataran tinggi mempunyai suhu 4 0 6 0 C lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah pesisir Barat. Daerah dengan kelembaban yang tinggi terjadi di daerah pesisir seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kota Pariaman, dan Kabupaten Pasaman Barat Serta Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ketinggian wilayah Sumatera Barat sangat beragam, mulai dari dataran rendah yang cocok untuk pertanian intensif sampai ketinggian lebih dari 300 mdpl. Di sisi lain daerah yang berada pada ketinggian lebih dari 300 mdpl merupakan daerah rawan longsor terutama musim hujan dengan curah hujan tinggi. Daerah ini tersebar di Kabupaten Pasaman, Agam, Padang Pariaman, Solok, Pesisir Selatan dan Kota Padang. Longsor juga sering terjadi pada beberapa ruas jalan negara daerah tersebut di atas. Sebaliknya pada dataran rendah dengan banyak sungai, merupakan

Jumlah PDRB Sektor (Miliar Rp) 39 daerah rawan banjir seperti Kabupaten Pasaman Barat, Agam Bagian Barat, Padang Pariaman, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan. Banjir juga dapat terjadi di daerah aliran Sungai Batanghari. Di sepanjang Pantai Barat ditemui Lempeng Eurasia yang berpeluang terjadinya gempa dan tsunami. Kondisi Ekonomi Wilayah Salah satu indikator ekonomi yang umum digunakan untuk menggambarkan perkembangan ekonomi wilayah adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Pada tahun 2004-2007, PDRB Provinsi Sumatera Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku adalah sebesar 59.799.045,30 juta rupiah tahun 2007, sebelumnya 2006 adalah 53.029.588,10 juta rupiah, tahun 2005 adalah 44.674.569,24 juta rupiah dan 2004 sebesar 37.358.645,93 juta rupiah. 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 24,27 25,59 25,26 24,67 24,46 18,80 17,74 17,46 17,34 16,96 16,87 15,68 16,31 15,79 15,64 15,02 12,28 13,81 15,13 15,07 12,25 11,38 11,42 12,01 12,11 5,37 5,53 5,61 5,50 5,53 5,17 5,03 4,96 4,96 4,90 3,52 3,39 3,34 3,44 3,33 1,47 1,49 1,42 1,37 1,22 tani tam ind list kon dag angk keu jasa 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : BPS Sumatera Barat 2008 Gambar 8. Persentase PDRB Sumatera Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 2007 atas Harga Berlaku Kontribusi sumbangan PDRB terbesar atas harga berlaku adalah pada sektor pertanian sebesar 14.754.867,69 juta rupiah (24,67 persen) dan sektor paling rendah adalah listrik, gas, dan air minum yaitu 822.189,05 juta rupiah (1,37 persen). Sektor yang menunjukan peningkatan adalah pada pengangkutan dan komunikasi dimana pata tahun 2004 kontribusinya sekitar 12,28 persen, kemudian 2005 naik menjadi

40 13,81, dan tahun 2006 berada pada 15,13 persen namun pada 2007 mengalami sedikit penurunan menjadi 15,07 persen. Sementara itu untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor jasa cendrung mengalami penurunan. Untuk indikator ekonomi per kabupaten/kota (Tabel 9) terlihat bahwa Kota Padang memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnyat. PDRB Kota Padang menurut harga berlaku yaitu 17.369,18 miliar rupiah disusul Kabupaten Agam 4.462,64 miliar rupiah dan Kabupaten Padang Pariaman 4.382,28 miliar rupiah. Sementara PDRB terendah dimiliki Kota Padang Panjang sebesar 622,64 miliar rupiah dan Kota Sawahlunto 749,22 miliar rupiah. Tabel 9. Pendapatan Daerah dan PDRB Kabupaten/Kota di Sumatera Barat 2008 Kabupaten / Kota PAD PenTot PDRB berlaku PDRB konstan (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) Kepulauan Mentawai* 1 19,00 333,97 1.099,75 486,66 Pesisir Selatan* 14,84 548,37 3.580,15 1.898,90 Solok 2 18,09 465,98 4.060,81 1.926,83 Sijunjung* 2 16,09 362,13 2.420,98 1.209,98 Tanah Datar 26,89 484,62 4.366,79 2.331,75 Padang Pariaman 2 17,01 516,33 5.128,39 2.645,12 Agam 18,66 527,12 5.194,66 2.793,69 Lima Puluh Kota* 19,09 504,16 5.021,89 2.545,80 Pasaman* 2 24,02 405,24 2.591,71 1.214,88 Solok Selatan* 1 10,74 288,76 1.066,18 579,48 Dharmasraya* 1 22,15 359,18 2.109,95 1.020,09 Pasaman Barat* 1 21,02 410,49 4.868,05 2.394,85 Kota Padang 116,24 867,22 20.124,02 10.797,26 Kota Solok 15,60 266,78 888,08 473,69 Kota Sawahlunto 24,00 268,73 855,36 474,23 Kota Padang Panjang 11,96 266,59 730,63 373,25 Kota Bukittinggi 24,64 314,52 1.699,09 918,89 Kota Payakumbuh 27,22 310,35 1.514,20 774,50 Kota Pariaman 8,87 297,49 1.318,39 656,27 Sumber : BPS Sumbar 2008, * : perbatasan, 1 : pemekaran, 2 : induk Secara spasial, distribusi PDRB kabupaten/kota di Sumatera Barat dapat dikelompokkan atas empat yaitu sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi seperti yang tersaji pada Gambar 9.

41 Gambar 9. Peta Tingkat PDRB Provinsi Sumatera Barat Selain produk domestik regional bruto (PDRB), perkembangan ekonomi wilayah juga dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Angka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang menunjukkan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk sebagai hasil pembangunan. Pada tahun 2007, PDRB Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari 30.949.945,10 juta rupiah pada tahun 2006 menjadi 32.912.968,59 juta rupiah pada tahun 2007 atau dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 6,43 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat terus mengalami peningkatan dari 5,73 % tahun 2005 menjadi 6,14 tahun 2006. Diperkirakan laju pertumbuhan tersebut terus pada tahun 2008 mencapai 6,37 %. Hal ini berarti secara riil perekonomian Provinsi Sumatera Barat masih menunjukkan peningkatan. Angka

42 ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional yaitu sebesar 5,65 % tahun 2007 dan prediksi 2008 hanya pada 5,61 %. Kontribusi perekonomian Provinsi Sumatera Barat secara nasional, walaupun relatif kecil juga mengalami peningkatan, yaitu dari 1,74 % pada tahun 2006 menjadi 1,75 % di tahun 2007 dan di tahun 2008 menjadi 1,77 %. Persen Pertumbuhan 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 5.73 6.14 6.34 6.37 5.65 5.37 5.61 5.19 1.73 1.74 1.75 1.77 2005 2006 2007 2008 Sum Bar Nasional Kontribusi Sumber : BPS Sumatera Barat 2008 Gambar 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Tahun 2004 2007 serta Perbandingan Nasional dan Kontibusinya Terhadap PDRB Nasional. Kebijakan Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat menjelaskan bahwa visi yang ingin dicapai adalah Menjadi provinsi terkemuka berbasis sumberdaya manusia yang agamais di tahun 2025. Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut, RPJMD Sumatera Barat telah menetapkan 5 (lima) misi utama pembangunan daerah yaitu : 1. Mewujudkan kehidupan agama dan budaya berdasarkan filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. 2. Mewujudkan sistem hukum dan tata pemerintahan yang baik. 3. Mewujudkan sumber daya insani berkualitas, amanah, dan berdaya saing tinggi. 4. Mewujudkan ekonomi produktif dan mampu bersaing di dunia global. 5. Mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

43 RPJMD tersebut kemudian diteruskan dengan keberadaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dimana visi RPJM 2006 2010 yaitu Mewujudkan Sumatera Barat yang tangguh, bersih dalam semangat kebersamaan. Secara lebih spesifik visi tersebut dijabarkan dalam tiga aspek pembangunan yaitu : i. Terwujudnya masyarakat yang religius dan berbudaya ii. Terwujudnya pemerintahan yang menjunjung tinggi hukum, adil, dan demokratis iii. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan kehidupan yang layak secara berkelanjutan Berdasarkan visi tersebut maka ditetapkan tiga misi pembangunan Sumatera Barat untuk tahun 2006 2010 yaitu : (1) mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai tanggung jawab bernegara dan berbangsa; (2) mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih; dan (3) mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Sedangkan tema pembangunan yang dipilih pada tahun 2006 2010 ini adalah Membangkitkan jati diri dan martabat Minangkabau. Sementara itu program pembangunan daerah Sumatera Barat tahun 2006 2010 yang termuat dalam dokumen RPJM ini adalah sebagai berikut : (1) Agenda meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan sosial budaya (2) Agenda membangun sumberdaya manusia yang berkualitas (3) Agenda menyelenggarakan pemerintahan yang baik (4) Agenda membangunan ekonomi yang tangguh dan berkeadilan (5) Agenda membangunan infrastruktur yang mendorong percepatan pembangunan (6) Agenda mempercepat penurunan tingkat kemiskinan (7) Agenda memberdayakan nagari sebagi basis pembangunan Pada program nomor (4) yaitu agenda membangunan ekonomi yang tangguh dan berkeadilan terdiri dari beberapa sub program yang akan dilakukan diantaranya adalah peningkatan investasi dan pengembangan kerjasama regional dan antar daerah serta sub program penataan ruang, pertanahan dan integrasi pembangunan antar kawasan. Sub program pada peningkatan investasi dan pengembangan kerjasama regional dan antar daerah diantaranya adalah penataan pola kerjasama investasi yang

44 produktif. Kegiatan pokok program tersebut adalah bagaimana mengembangkan dan memperkuat jaringan kerjasama antara daerah tetangga sehingga konsep outward looking strategy dapat diimplementasikan. Kerjasama tersebut perlu dilakukan oleh daerah perbatasan seperti provinsi tetangga agar investasi untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dapat ditingkatkan. Sub program penataan ruang, pertanahan dan integrasi pembangunan antar kawasan dijelaskan bahwa salah satu programnya adalah melakukan pembangunan kawasan perbatasan, tertinggal, strategis, dan cepat tumbuh. Tujuannya adalah untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan kawasan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan, mendorong dan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan di wilayah tertinggal dan mensejahterakan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya, serta keuntungan lokasi geografis yang strategis untuk berhubungan dengan daerah tetangga. Rencana Tata Ruang Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Barat didasarkan pada faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan secara makro (bersifat eksternal) maupun mikro wilayah (bersifat internal). Kecenderungan perkembangan tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Barat, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Potensi a. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis sehingga menjadikan provinsi ini pintu gerbang di wilayah Barat Pulau Sumatera. b. Provinsi Sumatera Barat mempunyai potensi budaya yang beragam menjadi aset yang berharga untuk memperkaya khasanah seni dan budaya di Sumatera Barat khususnya, dan Indonesia umumnya. c. Karakteristik alam Provinsi Sumatera Barat dan sumber daya manusia menjadi potensi keunggulan komparatif untuk pengembangan kegiatan

45 pertanian beberapa komoditi unggulan, perikanan dan kelautan, pariwisata, pertambangan, industri pengolahan bahan baku lokal dan kerajinan. d. Kawasan pesisir dan pulau pulau kecil Provinsi Sumatera Barat dengan garis pantai yang panjang menyimpan sejumlah potensi pengembangan yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pembangunan lainnya. 2. Permasalahan a. Karakteristik alam yang berbukit dan bergunung yang menjadi penghalang untuk pemanfaatan ruang kegiatan budidaya. b. Pemanfaatan lahan terkait dengan fisiografis pebukitan dan pegunungan membutuhkan kehati-hatian agar tidak menimbulkan bencana alam. c. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam yang potensial di Sumatera Barat karena berada dalam kawasan hutan lindung. d. Pusat pusat pertumbuhan yang ada belum mampu memicu perkembangan wilayah sekitar (hinterland) dikarenakan terbatasnya aksebilitas dan sarana prasarana lainnya. e. Pengendalian pemanfaatan ruang yang belum optimal f. Besarnya potensi kepariwisataan di Sumatera Barat belum didukung oleh kesedian sarana dan kesiapan masyarakat. Berdasarkan kecenderuang tersebut, maka tujuan penataan ruang di Provinsi Sumatera Barat diarahkan Terwujudnya keterpaduan pola ruang Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2029 melalui pengembangan potensi SDA dengan tetap memperhatikan ekosistem alam dan daya dukung wilayah secara berkelanjutan. Untuk mencapainya, maka kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan meliputi : 1. Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah Utara Selatan Provinsi Sumatera Barat 2. Pengembangan ekonomi sektor primer, sekunder, dan tersier sesuai daya dukung wilayah

46 3. Penetapan pusat pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial/ekonomi dan pengembangan wilayah 4. Peningkatan fungsi Kota Padang menjadi kota metroplitan 5. Penetapan dan peningkatan Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan, dan Simpang Empat menjadi Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan provinsi (PKWp) untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu : Painan, Lubuk Alung, Parik Malintang, Lubuk Basung, Lubuk Sikaping, Sarilamak, Kota Padang Panjang, Batusangkar, Muaro Sijunjung, Aro Suka, Padang Aro, dan Tuapejat untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan 6. Pendorongan terbentuknya aksebilitas terbentuknya jaringan transportasi dalam rangka menunjang perkembangan wilayah 7. Penetapan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara terpadu dengan provinsi berbatasan 8. Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Barat 2009 2029 maka disusun struktur ruang seperti yang terlihat pada Tabel 10. Terdapat satu pusat kegiatan nasional (PKN) di Sumatera Barat yang ditetapkan sesuai kebijakan nasional PP No.26 Tahun 2008, yaitu Kota Padang. Selain PKN, dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga ditetapkan pusat pengembangan wilayah (PKW) di Sumatera Barat, yaitu Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok, dan Muara Siberut. Sementara itu pusat pengembangan wilayah yang diusulkan provinsi (PKWp) dan pusat kegiatan lokal (PKL) ditetapkan atas usulan sesuai potensi dan arah kebijakan Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang, selain ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional, juga direncanakan menjadi kawasan Metropolitan Padang. Kawasan metropolitan, sesuai pengertian dalam PP Nomor 26 Tahun 2008, adalah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang

47 saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Berdasarkan pengertian tersebut maka Kota Padang dengan daerah sekitarnya, meliputi wilayah Lubuk Alung (Kabupaten Padang Pariaman), Kota Pariaman, Aro Suka (Kabupaten Solok), Kota Solok, dan Painan (Kabupaten Pesisir Selatan) dapat dikembangkan sebagai Kota Metropolitan dengan peran masing masing sebagai berikut : a. Kota Padang sebagai kawasan perkotaan inti. b. Lubuk Alung, Kota Pariaman, Kota Solok, Aro Suka, dan Painan sebagai kawasan perkotaan satelit. c. Kota kota kecamatan selain yang berfungsi sebagai ibukota kabupaten berfungsi sebagai kota kecil. Tabel 10. Sistem Perkotaan Sumatera Barat Sampai Tahun 2029 PKN PKW PKWp PKL Kota Padang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Painan Kota Pariaman Pulau Punjung Kota Padang Panjang Kota Sawahlunto Tapan Lubuk Sikaping Kota Solok Simpang Empat Sari Lamak Muara Siberut Batusangkar Padang Aro Tua Pejat Lubuk Basung Muaro Sijunjung Lubuk Alung Aro Suka Parik Malintang Sumber : RTRW Sumatera Barat 2009 2029 Keterangan : PKN = Pusat Kegiatan Nasional, PKW = Pusat Kegiatan Wilayah, PKWp = Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi, PKL = Pusat Kegiatan Lokal Secara spasial sistem perkotaan Provinsi Sumatera Barat berdasarkan RTRW 2009 2029 dapat dilihat pada Gambar 11. Kota Padang yang ditetapkan sebagai PKN dikelilingi oleh lima PKW dan diharapkan mampu menjalankan fungsi

48 perkotaan di Sumatera Barat agar terintegrasi dengan baik. PKW Kota Bukitinggi berada pada bagian utara yang terintegrasi dengan PKWp Payakumbuh, PKL Sari Lamak, PKL Padang Panjang, dan PKL Lubuk Sikaping. Pada bagian barat ada PKW Kota Pariaman yang akan melayani PKWp Air Bangis, PKL Lubuk Basung, PKL Parik Malintang, dan PKL Lubuk Alung. Untuk bagian tengah ada PKW Kota Solok yang melayani PKL Aro Suka dan PKL Padang Aro. Sementara dibagian selatan ada PKW Sawahlunto yang terintegrasi dengan PKWp Pulau Punjung dan PKL Muara Sijunjung. Untuk mengembangkan wilayah pada bagian kepulauan dibentuk satu PKW yaitu Muara Siberut yang melayani PKL Tua Pejat. Sedangkan untuk PKL Painan dan PKWp Tapan langsung terintegrasi dengan PKN Padang. Gambar 11. Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat