Ekonomi Penggunakan A7at Pengering Tipe Sirkular di Perkebunan RajamandaTa, PTP XI1 Bandung. Dibawah bimbingan Ir. A Kohar

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PTP NUSANTARA VIII PERKEBUNAN BATULAWANG CIAMIS, JAWA BARAT. Oleh : RANING MASADA F

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT / MESIN UNTUK PENGOLAHAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.)

Campuran udara uap air

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

KINERJA PENGERING KOPI TIPE VIS. Oleh : DONNY HAMONANGAN SINAGA F

For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna

For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

JENIS-JENIS PENGERINGAN

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

III. METODE PENELITIAN

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANS! ALAT PENGERING TlPE BAK UNTUK PENGERIHGAH PAPAIN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

KESETIMBANGAN ENERGI

Oleh AT0 SUNARTO F

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

III. METODE PENELITIAN

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BlJl KAKAO KERING Dl KEBUN RAJAMANDALA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA Vlll BANDUNG, JAWA BARAT OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bunda, Fatia, Mas Hamid dan ayah (almarhum)

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

TEBU. (Saccharum officinarum L).

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

BAB IV PERHITUNGAN DATA

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F

XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur)

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana,

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana,

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

Lampiran 1. Analisis Neraca Massa Proses Penggilingan dan Pengempaan dengan Hotpress

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO. M Denny Surindra 1*

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur)

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FANNYTA YUDHISTIRA A

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

1) Neraca Massa di sekitar Nanofiltration Membran (NF-101) Tabel 4.1 Neraca Massa di sekitar Nanofiltration Membran (NF-101)

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

RANCANGBANGUN DAN UJI PERFORMANSI UNIT VHT (VAPOR HEAT TREATMENT) UNTUK PENANGANAN PASCAPANEN PEPAYA

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS KELA Y AKAN PENGGUNAAN LEMARI PENGASAP TIPE BEELONIA UNTUK PRODUK PANGAN. Oleh BINTAR NURCAHYO ADI F

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING ENERGI SURYA EFEK RUMAH KACA (ERK) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANAS TAMBAHAN UNTUK PENGERINGAN BIJI KAKAO.

III. METODE PENELITIAN

HEAT EXCHANGER SEBAGAI ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL

Transkripsi:

Erniaty Herlinda. F. 270254. Studi Konsumsi Energi dan Ke7ayakan Ekonomi Penggunakan A7at Pengering Tipe Sirkular di Perkebunan RajamandaTa, PTP XI1 Bandung. Dibawah bimbingan Ir. A Kohar Irwanto,MSc dan Dr.Ir. Armansyah H. Tambunan. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi ekspor perkebunan Indonesia yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu cara untuk meningkatkan ekspor adalah meningkatkan mutu kakao. Di Perkebunan Rajamandala, pengeringan sebagian besar dilakukan dengan alat pengering sirkular. Penggunaan e- nergi terbesar pada alat pengering sirkular adalah untuk pemanasan. Sumber energinya adalah kayu bakar yang perse- diaannya terbatas. Untuk itu perlu dipikirkan usaha- usaha penghematan energi. Tujuan dari percobaan ini adalah: untuk menghitung konsumsi energi, kehilangan panas dan efisiensi alat serta mencari biaya pokok pengeringan dan menganalisa kelayakan ekonomi. Konsumsi energi dihitung dari jumlah energi yang terpakai oleh input energi lalu dikonversikan menjadi kilojoule perjam menggunakan nilai kalornya. Beban pemanasan adalah banyaknya panas yang pindah ke lingkungan. Efisiensi energi didapat dari perbandingan antara output energi dengan input energi. Efisiensi akan diukur

pada tiga bagian alat pengering sirkular yaitu tungku, pipa penyalur dan bak pengering secara terpisah kemudian dicari efisiensi total dari sistem pengering. Untuk mencari biaya pokok pengeringan, dicari biaya tetap, biaya tidak tetap dan kapasitas alat. Analisa kelayakan menggunakan metode NPV, B/C Ratio dan IRR. Pengujian proses pengeringan biji kakao dilakukan sebanyak tiga kali yaitu: uji 1 dilakukan pada proses pengeringan 7073 kg kakao basah pada satu bak pengering dengan waktu pengeringan 29 jam dan diperoleh 2530 kg kakao kering, uji 2 dilakukan pada proses pengeringan 8757 kg kakao basah pada dua bak pengering dengan waktu pengeringan 28 jam dan dipoleh hasil 3294 kg kakao kering, dan uji 3 dilakukan pada proses pengeringan 12232 kg kakao basah pada dua bak pengering dengan waktu pengeringan 36 jam dan diperoleh 4160 kg kakao kering. Jumlah energi kayu balcar adalah: 29933,965 kj/kg atau 2611480,41 kj/jam(uji I), 22991,175 kj/kg atau 2704747,SG kj/jam (uji 2) dan 22903,07 kj/kg atau 2646576,56 kj/jam (uji 3). Jumlah energi listrik adalah: 62,6 kj/kg atau 5462 kj/jam (uji I), 48,l kj/kg atau 5657 kj/jam (uji 2) dan 60,6 kj/kg atau 7000 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas pada tungku rata-rata adalah: 27111,22 kj/jam (uji l), 27192,37 kj/jam (uji 2) dan 32911,08 kj/jam (uji 3).

Kehilangan panas infiltrasi 1 rata-rata adalah: 135350,39 kj/jam (uji I), 120401,631 kj/jam (uji 2) dan 123315,123 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas infiltrasi 2 rata-rata adalah: 16954,481 kj/jam (uji I), 10071,972 kj/jam (uji 2) dan 20177,844 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas rata-rata pada pipa penyalur A adalah: 336,574 kj/jam (uji 1), 366,637 kj/jam (uji 2) dan 364,2 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas rata-rata pada pipa penyalur B adalah 360,454 kj/jam (uji 2) dan 370,418 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas rata-rata pada bak pengering A adalah: 841,373 kj/jam (uji I), 611,837 kj/jam (uji 2) dan 884,81 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas pada bak pengering B adalah 561,856 kj/jam (uji 2) dan 601,587 kj/jam (uji 3). Efisiensi rata-rata pada tungku adalah: 75,87% (uji I), 66,63% (uji 2) dan 66,08% (uji 3). Hasil uji statis- tik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata pada pipa penyalur A adalah: 55,01% (uji I), 65,99% (uji 2) dan 62,75% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata- rata pada pipa penyalur B adalah: 67,36% (uji 2) dan 62,75% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata pemanasan udara pengering pada bak pengering A adalah: 76,47% (uji 1), 51,68% (uji 2)

dan 63,012 (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda nya- ta pada taraf alpha 5%. Efisiensi rata-rata pemanasan udara pengering pada bak pengering B adalah: 49,73% (uji 2) dan 57,98% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata penggunaan panas untuk menguapkan air pada bak pengering A adalah: 73,95% (uji I), 72,03% (uji 2) dan 74,86% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata pengqunaan panas untuk menguapkan air pada bak pengering B adalah: 67,49% (uji 2) dan 69,35% (uji 3 Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi total dari sistem pengering sirkular ada- lah: 11% (uji I), 13,2% (uji 2) dan!5,16% (uji 3). sil uji statistik adalah beda nyata. Ha- Biaya pokok pengeringan (Rp/kg kakao kering) adalah: 232,67 (tahun ke O), 140,72 (tahun k.2 l), 133,12 (tahun ke 2), 136,39 (tahun ke 3), 142,951 (tahun ke 4) dan 128,83 (tahun ke 5-10). Nilai NPV adalah 114160114. Nilai nett B/C ratio adalah 2,2. IRR 64,76%. Berlaku untuk pengeringan ratarata 12 ton dengan waktu pengeringan rat:a-rata 35 jam.

STUD1 KONSUMSI ENERGI DAN KELAYAKAN EKONOMI PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE SIRKULAR DI PERKEBUNAN RAJAMANDALA, PTP XI1 BANDUNG SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor oleh : Erniaty Herlinda F. 270254 1995 JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR