BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI DI POLRESTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelayanan masyarakat (public service) (Maslach dalam Jones,

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. karyawan. Wujud nyata perusahaan yang secara langsung berpengaruh. terhadap keberadaan karyawan yaitu masalah stress karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISIDI POLRESTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB II URAIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diinginkan oleh semua perusahaan. Semakin banyak pegawai yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Rangkuman Penelitian Seluruh Subjek. dibuat table sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB I PENGANTAR. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak berpisahnya Polri dari tubuh organisasi Angkatan Bersenjata Republik

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

NURDIYANTO F

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Nuansa pembangunan di masa mendatang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. individu tentunya akan mengalami tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polisi adalah suatu perantara umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum. Aparat kepolisian sebagai abdi negara harus menjunjung tinggi, nilai-nilai kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam sumpah dan janji anggota Polri. Hal tersebut tertuang dalam pembukaan kode etik profesi anggota Polri. Menurut undang-undang kepolisian No. 2 Th.2002 pasal 2. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Kepolisian Republik Indonesia juga mempunyai fungsi kamtibnas yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam pasal 1 ayat 5 undang-undang kepolisian No. 2 Th. 2002, keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat (http://m.hukumonline.com/). 1

2 Polisi Republik Indonesia yang mempunyai tujuan membangun karakter kepolisian menjadi pengayom dan pelayan masyarakat. Pelayanan prima untuk memelihara keamanan, pelayanan prima dalam rangka melindungi dan mengayomi, dan juga pelayanan prima dalam penegakkan hukum sudah menjadi tanggung jawab setiap polisi di Indonesia. Tidak demikian dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Selama tahun 2013 terdapat beberapa kasus kriminal yang dilakukan oleh oknum polisi di antaranya adalah beberapa kasus pelecehan seksual dan bunuh diri, tercatat beberapa oknum anggota polisi bunuh diri menggunakan senjata yang dimilikinya. Kasus lain, yang menyita perhatian masyarakat adalah keterlibatan anggota polisi dalam peredaran perdagangan narkotika dan kejadian polisi menembak anggota polisi lainnya belakangan ini marak terjadi. Hal tersebut di karenakan bawahan yang tersinggung dengan teguran dari atasan saat bertugas. Disamping itu terdapat pula sesama angota polisi yang terlibat baku tembak karena salah paham. Kebanyakan oknum anggota polri yang melakukan tindakan ini adalah mereka yang rata-rata berpangkat dan bergaji rendah. Tekanan kerja yang tinggi mempengaruhi aparat kepolisian di level bawah dan menengah rentan mengalami stres dan dampak terburuk dari stres kerja pada laki-laki adalah terjadinya gangguan disfungsi ereksi (http://daerah.sindonews.com). Fenomena tersebut merupakan lembaran hitam kepolisian yang bertolak belakang dengan tugas yang dipikul. Kondisi stres yang berlarut-larut pada polisi kerap menimbulkan dua hal. Pertama, pengambilan keputusan buruk pada individu, dibuktikan dengan adanya fenomena bunuh diri pada anggota polisi

3 meningkat. Kedua, individu menjadi mudah marah dan tersinggung sehingga tidak mampu untuk berpikir jernih, termasuk kepada rekannya atau atasannya. Terkait dengan kasus-kasus yang harus dihadapi oleh para polisi. Berikut data yang didapat dari sumber Polri jawa tengah tahun 2013: 1. Data laka lantas, jumlah laka : 19.203 kejadian, korban meninggal dunia: 3.220 orang, korban luka berat: 1.173 orang, korban luka ringan: 25.245 orang. 2. Data kejahatan resah masyarakat, kejadian perkosaan: 49, pembunuhan: 57, uang palsu: 32, penipuan : 1.900 kejadian. 3. Data kejahatan resah masyarakat, data Curat: 2.582 kejadian, Curanmor: 1.984 kejadian, narkoba : 686 Kejadian, aniaya berat : 465 Kejadian, Curras : 343 Kejadian (http://www.jateng.polri.go.id/). Dari data kasus-kasus diatas, begitu banyak permasalahan yang harus ditangani oleh polisi hanya dalam kurun waktu satu tahun. Tantangan, penghasilan yang tidak sesuai dengan pekerjaan dan tekanan yang dihadapi seorang polisi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dapat memicu timbulnya stres. Zakir dan Murat (2011) menyatakan bahwa menjadi seorang polisi dianggap sebagai pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi, hal ini dikarenakan jam kerja yang panjang, struktur kepemimpinan dan kehawatiran akan keselamatan. Peneliti melakukan survey untuk mengungkap tentang stres kerja yang dialami oleh polisi dengan menggunakan kuesinoner yang mengungkap indikasi terjadinya stres dan faktor-faktor yang menjadi pemucu timbulnya stres pada tanggal 4 sampai 6 April 2014 pada 40 orang anggota polisi di Polresta Surakarta.

4 Hasil survey menemukan adanya indikasi anggota polisi di Polresta Surakarta mengalami stres dalam bekerja. Diantaranya polisi sebagai penegak hukum yang dituntut untuk disiplin dalam menjalankan tugas akan tetapi pada kenyataannya tuntutan kedisiplinan yang tinggi membuat anggota polisi merasa terbebani dalam bekerja. Selain itu rasa khawatir akan keselamatan dalam bekerja juga selalu membayangi setiap petugas polisi akan tetapi kenyataannya polisi dituntut untuk selalu menjaga keamanan masyarakat. Menurut Riggio (dalam Almasitoh, 2011) stres kerja sebagai reaksi fisiologis atau psikologis terhadap suatu kejadian yang dipersepsi individu sebagai ancaman. Evan dan Johnson (dalam Almasitoh, 2011) menyebutkan bahwa stres kerja merupakan faktor yang menentukan naik turunnya kinerja karyawan. Luthans (dalam Almasitoh, 2011) pemicu stres kerja berasal dari interaksi seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerja yang tidak nyaman. Stres kerja menyebabkan penyimpangan dalam fungsi psikologis, fisik dan tingkah laku individu yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dari fungsi normal Beehr, Newmam dan Robbins (dalam Almasitoh, 2011). Sementara Beehr (dalam Almasitoh, 2011) menyebutkan bahwa gangguan psikologis yang paling sering terjadi akibat stres kerja adalah kecemasan dan depresi. Menurut Sheridan dan Radmacher (dalam Almasitoh, 2011) ada tiga faktor penyebab stres kerja, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan, organisasi, dan individu. Faktor organisasional, yaitu kondisi yang langsung mempengaruhi kinerja individu. Salah satunya adalah karakteristik lingkungan sosial, kondisi sosial yang menjadi sumber stres terjadi pada bentuk pola hubungan antar rekan

5 kerja, atasan dengan bawahan, dan dengan klien dengan konsumen. Hubungan kurang baik antar kelompok kerja akan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu dan organisasi Gibson, dkk (dalam Almasitoh, 2011). Quick dan Quick (dalam Almasitoh, 2011) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: (1) Eustress, adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu, meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja yang tinggi, produktifitas tinggi, timbulnya harapan untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjaan serta meningkatnya kreatifitas dalam situasi kompetitif. (2) Distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari stres, misalnya perasaan bosan, frustasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul sikap keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta timbulnya sikap apatis. Hasil survei peneliti juga mengungkap informasi mengenai faktor stresor yang dialami oleh polisi. Beban kerja merupakan penyebab stres terbesar pada anggota polisi dengan prosentase 26,08%, kedua adalah konflik dengan rekan kerja dan atasan dengan prosentase 20,65%, penyebab stres kerja yang ketiga yaitu shift kerja dengan prosentase 18,47%, kemudian gaya kepemimpinan dengan prosentase 16,30%. Adapun faktor lingkungan kerja yang ikut berperan dalam timbulnya stres kerja adanya konflik yang dialami dengan rekan kerja dan atasan. Greenberg dan Baron (2003) mengutarakan bahwa konflik terjadi sebagai suatu proses bahwa satu pihak atau satu kelompok merasakan ada pihak atau kelompok lain yang telah

6 mengambil atau akan mengambil tindakan negatif yang akan berpengaruh pada tujuan utama kelompoknya. Alwi (2013) mengemukakan bahwa aspek terpenting dalam konflik guna menjaga lingkungan kerja yang harmonis adalah komunikasi. Konflik akan meningkat apabila tidak adanya komunikasi, komunikasi dapat berupa adanya dukungan sosial. Konflik antara pekerja umumnya diselesaikan melalui negosiasi. Harjana (1999) mengemukakan orang yang kurang saling mengenal akan membuat orang kurang saling memahami kondisi masing-masing dan hal itu mudah menciptakan konflik. Komunikasi dapat berupa dukungan sosial. Dalam sebuah literatur memuat hipotesis bahwa meningkatnya dukungan sosial dari dalam organisasi dalam hal kepemimpinan, kepercayaan, komunikasi, gaya pengelolaan yang lebih konsultatif, dukungan administratif lebih mampu menurunkan stres polisi (Anderson, 2002). Hubungan sosial seperti kelekatan antar kelompok, kepercayaan antar pribadi dan rasa senang dengan atasan, berhubungan dengan penurunan dari stres pekerjaan dan kesehatan yang lebih baik. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi (Argyris, Cooper, dalam Ashar, 2001) Ada banyak bukti yang menunjukkan efek buruk dari kurangnya dukungan sosial dari dalam lingkungan kerja. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Graft, Cullen, Kaufman dan Beehr (dalam Liberman, 2002) yang melakukan penelitian tentang stres kerja pada polisi dan menemukan bahwa

7 dukungan sosial dapat mempengaruhi presepsi tentang stres dan gejala stres yang timbul. Stres kerja juga menjadi salah satu tekanan bagi petugas kepolisian serta berdampak pada menurunnya pelayanan kepada masyarakat dan dapat menimbulkan ancaman bagi keselamatan polisi dan masyarakat umum (Gul, 2011). Dukungan sosial bisa datang dari dalam organisasi polisi atau dari sumber eksternal seperti teman dan keluarga. Bagaimanapun juga ada bermacam-macam pandangan tentang pentingnya peran dukungan sosial bagi stres polisi. Sebagai contoh, Kirkcaldy dkk (dalam Anderson, 2002) menemukan bahwa petugas polisi terbukti cenderung lebih mengandalkan dukungan sosial dalam pemecahan masalah mereka. Sementara secara intuitif orang berfikir bahwa meningkatkan dukungan sosial sangat penting dalam menurunkan stres. Coyne dan Downey (dalam Anderson, 2002) mengatakan bahwa hal itu bukan permasalahannya, peran dukungan sosial dalam mengurangi hal-hal penyebab stres ditentukan oleh kondisi stres dimana seseorang bekerja. Brown dan Grover (dalam Anderson, 2002) mengatakan bahwa peran dukungan sosial berbeda-beda, tergantung tinggi atau rendahnya tingkat stres yang dialami dan jenis kelamin. Bagi petugas polisi tidak ada orang lain, selain rekan kerja yang siap membantu dalam memahami tekanan yang dialami dari pekerjaan. Dukungan rekan kerja sangat efektif dalam menangani berbagai macam masalah stres yang dialami polisi dalam pekerjaannya. Faktor utama yang penting bagi petugas kepolisian untuk mengurangi stres kerja adalah ketergantungan kepada kelompok pendukung atau rekan kerja yang dapat diandalkan. Dengan harapan rekan kerja

8 mampu memberikan nasihat dan jalan keluar. Seorang polisi juga harus tetap berhati hati akan kemungkinan yang mengancam kesalamatan diri mereka sendiri sehingga mereka juga harus tetap mengontrol emosi mereka sekalipun pada kondisi di bawah tekanan (Waters, 2007). Berkaitan dengan dukungan sosial, manusia sebagai mahluk sosial dituntut kemampuannya untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Hubungan antar personal merupakan salah satu ciri khas kualitas kehidupan manusia. Manusia memerlukan keberadaan orang lain untuk saling memberi penilaian, membantu, mendukung dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan. Bantuan kelompok individu terhadap individu lain atau kelompok lain disebut dengan dukungan sosial (Darmasaputra, 2013). Menurut Winuubst, dkk (dalam Darmasaputra, 2013) dukungan sosial lebih cenderung dianggap sebagai kognisi individual yang berawal dari segi gejala lingkungan yang obyektif dan dukungan sosial merupakan persepsi perseorangan terhadap dukungan potensial atau sebagai perceived helpfulness and supportivenes. Dukungan sosial menurut Corsini (dalam Darmasaputra, 2013) adalah keuntungan yang didapat individu melalui hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai hubungan dekat dengan orang lain seperti keluarga atau teman akan meningkatkan kemampuannya dalam dalam mengelola masalahmasalah yang dihadapi setiap hari. Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

9 Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan yaitu Apakah ada hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi?. Sehingga dari permasalahan tersebut penulis ingin memahami lebih lanjut melalui penelitian mengenai Hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1. Mengetahui hubungan dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta. 2. Mengetahui tingkat dukungan sosial rekan kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta. 3. Mengetahui tingkat stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta. 4. Mengetahui seberapa besar peranan dukungan sosial terhadap stres kerja pada anggota polisi di Polresta Surakarta. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi timbulnya stres kerja pada pihak kepolisian, khususnya di Polresta Surakarta, selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi : 1. Bagi Anggota Polisi, diharapkan anggota polisi dapat mengerti tentang stres kerja, sehingga dapat menghindari hal-hal yang memicu timbulnya stres dalam bekerja, dengan cara membangun komunikasi yang baik antar anggota polisi.

10 2. Bagi Instansi Terkait, dapat mengetahui pengaruh dari dukungan sosial terhadap stres kerja pada anggota kepolisian serta memberikan informasi dan masukan dalam kebijakan sehingga instansi dapat melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukungnya. 3. Bagi Ilmuan Psikologi, dapat menambah khasanah pengetahuan ilmu psikolgi, khususnya psikologi industri dan organisasi serta penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengurangi timbulnya stres kerja