ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

ARTIKEL PENELITIAN. Efek Penggunaan Leg Wrapping terhadap Kejadian Hipotensi Selama Anestesi Spinal pada Pasien Seksio Sesarea

ARTIKEL PENELITIAN. Efek Ondansetron Intravena terhadap Tekanan Darah dan Laju Nadi pada Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Bayukarta Karawang,

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

ARTIKEL PENELITIAN. Kejadian Post Dural Puncture Headache dan Nilai Numeric Rating Scale Pascaseksio Sesarea dengan Anestesi Spinal

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Agung Manggarai,

EFEK PEMBERIAN CAIRAN KOLOID DAN KRISTALOID TERHADAP TEKANAN DARAH

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL PENELITIAN. SMF Anestesi Rumah Sakit Umum Daerah SMC Kab. Tasikmalaya,

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN. Perbandingan Efek Anestesi Spinal dengan Anestesi Umum terhadap Kejadian Hipotensi dan Nilai APGAR Bayi pada Seksio Sesarea

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

ELEVASI KAKI EFEKTIF MENJAGA KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

Profil penurunan tekanan darah (hipotensi) pada pasien sectio caesarea yang diberikan anestesi spinal dengan menggunakan bupivakain

Complications Associated with Regional Anesthesia in Cesarean Section Patient in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

ARTIKEL PENELITIAN. Pemberian Bolus 7,5 ml Poligelin pada Ruang Epidural untuk Menurunkan Kejadian Postdural Puncture Headache pada Anestesi Spinal

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

BAB 4 METODE PENELITIAN

Supine Hypotension Syndrome pada Kehamilan. Supine Hypotension Syndrome in Pregnancies

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesi Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun Kota Bandung

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I PENDAHULUAN. selama berabad-abad. Bagaimanapun, kemajuan tehnik anestesi modern. memungkinkan operasi menjadi lebih aman. Ahli anestesi yang

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

PERBANDINGAN KEJADIAN MUAL MUNTAH PADA ANESTESI SPINAL ANTARA INFUS KONTINYU EFEDRIN DAN PRELOAD HAES STERIL 6 %

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Bagian Anestesesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA LIDOKAIN 0,50 mg/kgbb DENGAN LIDOKAIN 0,70 mg/kgbb UNTUK MENGURANGI NYERI PENYUNTIKAN PROPOFOL SAAT INDUKSI ANESTESIA

PERBANDINGAN SKOR APGAR BAYI YANG LAHIR MELALUI BEDAH SESAR DENGAN PEMBERIAN ANESTESI UMUM DAN ANALGESI SPINAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT

ARTIKEL PENELITIAN. Rumah Sakit Tentara Tingkat IV Singkawang Kalimantan Barat,

ARTIKEL PENELITIAN. Instalasi Anestesi dan Rawat Intensif Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap,

PENGARUH PEMBERIAN RINGER ASETAT MALAT DAN RINGER LAKTAT TERHADAP KADAR BASE EXCESS PASIEN OPERASI BEDAH SESAR DENGAN ANESTESI SPINAL

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari.

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional anesthesia.

PERBANDINGAN SKOR APGAR BAYI YANG LAHIR MELALUI BEDAH SESAR DENGAN PEMBERIAN ANALGESI SPINAL DAN ANALGESI EPIDURAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I. PENDAHULUAN. perubahan klinis dan psikologis sehingga meningkatkan morbiditas, mortalitas,

ARTIKEL PENELITIAN. Penambahan Natrium Bikarbonat 8,4% pada Lidokain 2% untuk Mengurangi Nyeri Saat Infiltrasi Anestetik Lokal

PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

PERBEDAAN HEMODINAMIK PRE DAN POST OPERASI ANTARA ANESTESI UMUM DAN ANESTESI REGIONAL PADA PASIEN SEKSIO SESAREA DENGAN PRE-EKLAMPSIA BERAT

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN KOMPLIKASI PASCA ANESTESI SPINAL PADA PASIEN SEKSIO SESARIA

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

PENGARUH PEMBERIAN LOADING 500 CC HIDROXYLETHYL STARCH

ABSTRAK. EFEK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

LAMPIRAN. : Drs.Rumonda Napitupulu,Apt : Mala Rhodearny Estomihi Munthe. : Mayor (CKM) dr.immanuel Es Stevanus Purba,SpTHT-KL Nama Anak : -

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGARUH KAFEIN PADA KOPI DAN COKLAT TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PRIA DEWASA

ARTIKEL PENELITIAN. , petidin

Anestesi spinal adalah pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid.

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

SYOK ANAFILAKTIK. No.Revisi : 0. Halaman :1 dari 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

SKRIPSI PENGARUH ELEVASI KAKI TERHADAP KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

Kata kunci: Berjalan santai selama 30 menit, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda

PENGARUH HIPOTENSI IBU TERHADAP APGAR SKOR BAYI YANG LAHIR SECARA SEKSIO SESAREA DENGAN ANESTESIA SPINAL DI RSU. PROF. DR. R. D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

Perbandingan Osmolaritas, Kadar Natrium dan Klorida Plasma setelah Pemberian NaCl RL (3:1) dengan Ringerfundin pada Pasien Tumor Otak

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

ARTIKEL PENELITIAN. Rumah Sakit Umum Daerah Teuku Umar Aceh Jaya,

Transkripsi:

Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2016;4(2): 124 30] Perbandingan Efek Pemberian Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal pada Seksio Sesarea Abstrak Zaki Fikran, Doddy Tavianto, Tinni T. Maskoen Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Pemberian cairan secara preload sebagai profilaksis sebelum anestesi spinal telah menjadi prosedur rutin untuk mencegah hipotensi ibu selama tindakan seksio sesarea. Tidak seperti koloid, waktu pemberian cairan kristaloid merupakan hal penting karena singkatnya waktu cairan kristaloid berada di ruang intravaskular. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh waktu pemberian cairan kristaloid terutama Ringerfundin yang lebih baik antara preload dibanding dengan coload dalam mencegah hipotensi maternal selama anestesi spinal pada seksio sesarea. Penelitian dilakukan di Central Operating Theatre (COT) Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Juni Juli 2015 dengan uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 36 pasien yang menjalani seksio sesarea dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) II. Kejadian hipotensi dinilai setelah pemberian anestesi spinal sampai bayi lahir. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji-t, Uji Mann-Whitney, dan uji chi-kuadrat dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna. Insidens hipotensi lebih rendah pada kelompok kristaloid coload dibanding dengan kelompok kristaloid preload (44,4% vs 77,8%; p=0,040). Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian cairan kristaloid secara coload lebih efektif daripada preload untuk pencegahan hipotensi maternal setelah anestesi spinal pada seksio sesarea. Kata kunci: Anestesi spinal, hipotensi, kristaloid, seksio sesarea Comparison of the Effect of Crystalloids Fluid Provision Before Spinal Anesthesia (Preload) and Shortly after Spinal Anesthesia (Co-load) on Maternal Hypotension Incidence in Caesarean Delivery Abstract ARTIKEL PENELITIAN Prophylactic fluid as a preload before spinal anesthesia has been a routine procedure to prevent maternal hypotension during cesarean delivery. Unlike colloid, timing of infusion of crystalloid may be important because it has short linger time in the intravascular space. This study aimed to compare the effect of the timing of administration of crystalloid, especially Ringerfundin, which is more effective between preload and co-load in preventing maternal hypotension during spinal anesthesia for cesarean section. This study was performed at the Central Operating Theatre (COT) of Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in June July 2015 using the single blind randomized controlled trial method on 36 patients who underwent caesarean section with American Society of Anesthesiologist (ASA) II physical status. The incidence of hypotension was observed starting from the time the spinal anesthesia was performed to the time when the baby was born. Data were analyzed statistically using t-test, Mann Whitney test, and chi-square test where a p value of <0.05 considered significant. The incidence of hypotension was lower in the co-load group when compared to the preload group (44.4% vs. 77.8%, p value=0.040). In conclusion, the use of crystalloids for cesarean delivery in co-loading manner is more effective than preloading for the prevention of maternal hypotension after spinal anesthesia. Key words: Cesarean delivery, crystalloid, hypotension, spinal anesthesia Korespondensi: Zaki Fikran, dr., SpAn, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Pasteur No. 38 Bandung 40161, Tlpn 022-2038285, Mobile 082117744765/08892711296, Email zaki_fkr@yahoo.com 124 p-issn 2337-7909; e-issn 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n2.818

Zaki Fikran: Perbandingan Efek Pemberian Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal pada Seksio Sesarea 125 Pendahuluan Teknik anestesi spinal sering digunakan pada operasi seksio sesarea dikarenakan mula kerja yang cepat, blokade sensorik dan juga motorik yang lebih dalam, risiko toksisitas obat anestesi kecil, serta kontak fetus dengan obat-obatan minimal. Namun demikian, insidensi hipotensi merupakan salah satu kerugian yang sering terjadi pada teknik ini. Pada anestesi spinal, vasodilatasi akut akibat blokade sistem saraf simpatis meningkatkan kapasitas pembuluh darah perifer sehingga menurunkan aliran balik vena yang merupakan determinan utama curah jantung. 1 3 Kejadian hipotensi yang tidak tertangani mengakibatkan komplikasi pada ibu dan bayi. Hipotensi pada ibu hamil dapat menyebabkan mual dan muntah. Hal ini dapat menyebabkan morbiditas pada ibu. Penanganan yang baik terhadap hipotensi dapat menghilangkan efek samping yang tidak menyenangkan ini. Hipotensi maternal yang berat menyebabkan penurunan perfusi utero-plasenta sehingga terjadi hipoksia, penurunan nilai APGAR, dan abnormalitas asam-basa pada bayi. 3,4 Pemberian cairan intravena dengan jumlah tertentu, pencegahan penekanan aortokaval, dan pemberian obat vasopresor yang disertai pemantauan ketat tekanan darah merupakan langkah-langkah yang dapat kita dilakukan untuk mengurangi risiko hipotensi. 1 3 Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3 4 kali cairan koloid) ternyata sama efektif seperti halnya pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskular. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskular sekitar 20 30 menit. 5 Keuntungan cairan ini antara lain harga yang murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi ataupun syok anafilaktik, penyimpanan sederhana, dan dapat disimpan lama. 6,7 Selama ini dari beberapa penelitian cairan koloid dianggap lebih efektif untuk mencegah hipotensi dibanding dengan kristaloid, namun koloid mempunyai beberapa kerugian seperti biaya mahal, dapat menimbulkan alergi, dan efeknya terhadap proses pembekuan darah. 8,9 Cairan kristaloid tidak menetap lama di ruang intravaskular, namun dengan cepat berpindah ke ruang interstitial. Oleh karena itu, waktu pemberian cairan terutama saat coload menjadi kunci yang utama dalam mencegah hipotensi karena efek peningkatan volume intravaskular menjadi maksimal selama vasodilatasi akibat blokade simpatis dan juga sedikit mengalami redistribusi dan ekskresi. 2,4,9 Saat ini terdapat jenis cairan kristaloid baru, yaitu Ringerfundin. Cairan Ringerfundin mempunyai kandungan elektrolit yang mirip dengan plasma tubuh, namun mempunyai osmolaritas yang hampir sama dengan NaCl 0,9%, yaitu 309 mosm/l. Cairan Ringerfundin tidak menimbulkan asidosis bila diberikan dalam jumlah yang banyak karena mempunyai kadar elektrolit yang hampir sama dengan plasma tubuh sehingga mempunyai strong ion difference (SID) yang sama dengan tubuh. 10 Penelitian ini bertujuan membandingkan kejadian hipotensi antara pemberian cairan kristaloid Ringerfundin sebelum dilakukan anestesi spinal (preload) dan sesaat setelah dilakukan anestesi spinal (coload) pada seksio sesarea. Subjek dan Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental memakai uji klinis tersamar tunggal yang dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilakukan pada bulan Juni Juli 2015 di Central Operating Theatre (COT) Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek penelitian adalah wanita hamil yang menjalani seksio sesarea elektif atau segera dengan mempergunakan anestesi spinal dengan kriteria inklusi adalah status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) II, usia 20 40 tahun, dan usia kehamilan aterm. Kriteria eksklusi adalah gawat janin, pre-eklamsi, gemeli, tekanan darah sistol <90 mmhg, serta pasien memiliki kontraindikasi terhadap anestesi spinal. Sampel dikeluarkan bila terjadi kegagalan pada tindakan anestesi spinal setelah ditunggu selama 15 menit dan

126 p-issn 2337-7909; e-issn 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n2.818 anestesi spinal dialihkan menjadi anestesi umum. Besar sampel ditentukan memakai rumus perbedaan dua proporsi efektivitas pada dua tindakan dengan tingkat kepercayaan (α) 95% dan besarnya uji kekuatan 90%. Besar sampel yang dibutuhkan minimal 18 subjek untuk tiap kelompok. Sampel diambil secara acak dengan permutasi yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberikan cairan Ringerfundin preload, sedangkan pada kelompok II diberikan Ringerfundin coload. Dilakukan pemasangan kateter intravena 18G dan diganti cairan puasa dengan cairan Ringer laktat saat pasien sudah berada di kamar operasi. Kemudian, dilakukan pemasangan alat pantau elektrokardiografi (EKG), tekanan darah noninvasif, dan pulse oksimetri. Pasien tidak diberikan premedikasi. Posisi pasien berbaring terlentang dengan bokong kanan diganjal, kemudian dicatat data tekanan darah sistol, diastol, tekanan darah rata-rata, dan laju nadi. Pencatatan dilakukan oleh seorang asisten yang telah ditunjuk oleh peneliti dan telah mengerti tentang penelitian yang dilakukan. Kelompok I diberikan cairan Ringerfundin 15 ml/kgbb dalam 20 menit menggunakan infusion pump sebelum dilakukan tindakan anestesi spinal. Kelompok II diberikan cairan Ringerfundin segera setelah penyuntikan intratekal secara cepat dalam waktu kurang lebih 20 menit menggunakan infusion pump. Anestesi spinal dimulai dengan menempatkan pasien pada posisi duduk. Dilakukan teknik aseptik dan antiseptik di daerah penyuntikan, lalu dilakukan anestesi spinal dengan jarum spinal Quincke no. 25 pada celah vertebra lumbal 3 4 atau 4 5 dengan arah jarum membentuk sudut safalad dengan pendekatan median. Setelah keluar cairan serebrospinal, disuntikkan 10 mg bupivakain hiperbarik 0,5% memakai suplemen fentanil 25 mcg dengan kecepatan 1 ml/3 detik. Selanjutnya, pasien segera dibaringkan dalam posisi telentang Tabel 1 Karakteristik Pasien pada Kedua Kelompok Penelitian Perlakuan Karakteristik Ringerfundin Ringerfundin Nilai p Preload (n=18) Coload (n=18) Usia (tahun) 0,686 Rata-rata±SD 29,22±4,28 28,61±4,72 Median 30,00 30,00 Range (min.-maks.) 15 (20,00 35,00) 15 (20,00 35,00) Tinggi badan (cm) 0,696 Rata-rata±SD 157,50±3,54 158,22±4,54 Median 159,00 159,50 Range (min.-maks.) 152,00 162,00 150,00 168,00 Berat badan (kg) 0,612 Rata-rata±SD 65,94±5,04 66,78±4,74 Median 65,00 68,00 Range (min.-maks.) 57,00 74,00 58,00 73,00 Indeks massa tubuh (kg/m 2 ) 0,863 Rata-rata±SD 26,59±1,94 26,71±1,89 Median 26,85 26,60 Range (min.-maks.) 23,40 29,10 22,10 30,00 Keterangan: uji statistik dengan uji-t dan Uji Mann-Whitney. Bermakna jika nilai p<0,05

Zaki Fikran: Perbandingan Efek Pemberian Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal pada Seksio Sesarea 127 Tabel 2 Perbandingan Angka Kejadian Hipotensi antara Kedua Kelompok Penelitian Perlakuan Hipotensi Ringerfundin Ringerfundin OR (Low-Upper) Nilai p Preload (n=18) Coload (n=18) Ya 14 8 4,375 (1,027 18,629) 0,040** Tidak 4 10 Keterangan: uji statistik dengan chi-kuadrat. Bermakna jika nilai p<0,05 horizontal dengan kepala yang diberi bantal, bokong kanan tetap diganjal, dan oksigen 2 3 L/menit per nasal. Cairan rumatan diberikan Ringerfundin dengan kecepatan 1 2 ml/ kgbb/jam. Waktu 1 menit setelah penyuntikan intratekal dipakai sebagai awal perhitungan waktu. Efektivitas blokade sensorik dinilai dengan tes pinprick yang dimulai setelah penyuntikan dan diukur setiap menit. Bila setelah 15 menit blok negatif maka anestesi spinal dianggap gagal dan pasien dikeluarkan dari penelitian. Variabel hemodinamik berupa tekanan darah sistol, diastol, tekanan arteri rata-rata, dan laju nadi diukur dan dicatat setiap menit selama 15 menit pertama dan selanjutnya tiap 3 menit sampai bayi lahir. Apabila terjadi hipotensi, yaitu penurunan tekanan darah sistol 20% atau lebih daripada baseline, diberikan bolus efedrin 5 mg intravena. Bila terjadi bradikardia diberi injeksi sulfas atropin 0,5 mg intravena. Dilakukan pencatatan sampai bayi lahir. Analisis statistika terhadap data numerik menggunakan uji-t apabila data berdistribusi normal, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal mempergunakan Uji Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% (α=5%), sedangkan untuk data kategorik digunakan uji chi-kuadrat dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna secara statistika. Data dianalisis menggunakan program statistical product and service solution (SPSS) versi 21.0 for windows. Hasil Penelitian ini dilakukan terhadap 36 pasien yang dibagi menjadi 2 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri atas 18 pasien. Hasil analisis statistika menggunakan uji-t dan Uji Mann- Whitney menunjukkan bahwa karakteristik usia, tinggi badan, berat badan, dan body mass index (BMI) pada kedua kelompok perlakuan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05; Tabel 1). Sebanyak 14 dari 18 orang pada kelompok Ringerfundin preload mengalami hipotensi, pada kelompok Ringerfundin coload hanya 8 orang yang mengalami hipotensi. Perbedaan kejadian hipotensi antara kedua kelompok tersebut bermakna secara statistika (p<0,05; Tabel 2). Dari hasil analisis di atas berdasarkan nilai Odd Ratio (OR) maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang mendapatkan preload mempunyai Tabel 3 Perbandingan Tinggi Blokade Perlakuan Tinggi Blokade Ringerfundin Ringerfundin Nilai p Preload (n=18) Coload (n=18) T5 7 7 1,000 T6 9 11 T7 2 0 Keterangan: uji statistik dengan chi-kuadrat alternatif Uji Eksak Fisher dan Kolmogorov Smirnov. Bermakna jika nilai p<0,05

128 p-issn 2337-7909; e-issn 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n2.818 risiko 4,375 kali lebih besar untuk mengalami hipotensi dibanding dengan coload (Tabel 2). Analisis statistika dengan uji chi-kuadrat didapatkan ketinggian blokade sensorik kedua kelompok rata-rata pada T6 dan tidak berbeda secara statistik (p>0,05; Tabel 3). Pembahasan Dari data karakteristik umum penderita (Tabel 1) antara kedua kelompok perlakuan, yaitu kelompok preload Ringerfundin dan coload Ringerfundin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal usia, tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil dalam penelitian ini relatif homogen secara statistika (p>0,05) sehingga kedua kelompok layak untuk diperbandingkan. Terdapat 14 dari 18 pasien pada kelompok preload Ringerfundin mengalami hipotensi, ditandai dengan penurunan tekanan darah sistol 20% atau lebih dari tekanan darah sistol awal. Penderita ini mendapatkan penanganan dengan pemberian efedrin intravena 5 mg yang pemberiannya dapat diulang hingga tekanan darah sistol kembali normal. Pada kelompok coload Ringerfundin terdapat 8 pasien yang mengalami hipotensi. Perbandingan kejadian hipotensi ini menunjukkan hasil yang berbeda bermakna secara statistika (p<0,05; Tabel 2). Anestesi spinal menimbulkan vasodilatasi perifer dan juga penurunan tahanan vaskular sistemik yang sering diikuti dengan hipotensi. Hipotensi setelah tindakan anestesi spinal dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Diagnosis hipotensi secara klinis adalah bila terdapat penurunan tekanan darah sistol sebesar 20 30% dari tekanan darah sistol semula atau tekanan darah sistol kurang dari 100 mmhg. 9 Hipotensi yang terjadi setelah dilakukan anestesi spinal disebabkan oleh paralisis serat simpatis preganglionik yang mengakibatkan vasodilatasi vena serta arteri sehingga terjadi penurunan tahanan vaskular sistemik dan juga dapat disertai penurunan aliran balik vena sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan tekanan darah setelah anestesi spinal terutama berhubungan dengan derajat blokade simpatis. 11 Hipotensi setelah anestesi spinal biasanya terjadi pada 15 20 menit pertama dan waktu ini merupakan waktu yang diperlukan oleh obat anestesi lokal untuk menyebabkan blokade saraf dengan level tertentu dan akan menetap. Hal ini disebut dengan fixation time. Setelah tekanan darah mencapai tingkat terendah, tekanan darah sistol sering meningkat secara spontan 5 10 mmhg 10 15 menit berikutnya sebagai manifestasi kompensasi sirkulasi oleh bagian saraf simpatis yang tidak mengalami blokade dan juga oleh kembalinya beberapa tonus otot polos pada vaskularisasi perifer yang mengalami denervasi, namun bukan disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Tekanan darah kemudian stabil dan juga relatif menetap sampai efek anestetik lokal habis. 12,13 Hipotensi adalah salah satu komplikasi paling sering terjadi akibat anestesi spinal pada tindakan seksio sesarea. Komplikasi ini dapat berpengaruh terhadap ibu maupun janin. Salah satu metode untuk mencegah hipotensi adalah dengan pemberian cairan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian cairan kristaloid dalam pencegahan hipotensi akibat anestesi spinal yang dianggap lebih rasional adalah pengisian volume intravaskular pada saat blokade simpatis dari anestesi lokal mulai bekerja atau saat terjadinya vasodilatasi. 9 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian cairan Ringerfundin secara coload memiliki efek mencegah penurunan tekanan darah yang lebih baik dibanding dengan preload pada tindakan seksio sesarea. Kristaloid tidak terbatas pada ruang intravaskular, secara cepat terdistribusi ke dalam ruang ekstraseluler sehingga pemberian cairan kristaloid pada saat vasodilatasi lebih efektif daripada sebagai profilaksis dalam mencegah hipotensi selama anestesi spinal pada bedah seksio sesarea. Pemberian cairan pada saat yang bersamaan dengan pemberian anestesi lokal ke dalam ruang intratekal dianggap lebih rasional untuk mendapatkan efek maksimal selama waktu dilakukannya blokade karena cairan kristaloid masih bertahan di intravaskular saat terjadinya vasodilatasi akibat blokade simpatis. 2

Zaki Fikran: Perbandingan Efek Pemberian Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal pada Seksio Sesarea 129 Cairan kristaloid yang diberikan dalam jumlah yang cukup (3 4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskular. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskular sekitar 20 30 menit. 5 Keuntungan cairan ini antara lain harga murah, banyak tersedia di setiap pusat kesehatan, tidak perlu proses cross match, tidak menimbulkan alergi ataupun syok anafilaktik, penyimpanan sederhana, dan dapat disimpan lama. 6,7 Pada hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 didapatkan pasien yang diberikan cairan kristaloid Ringer laktat 15 ml/kgbb secara coload lebih efektif dalam menurunkan insidensi hipotensi bila dibanding dengan pemberian cairan kristaloid yang sama secara preload pada seksio sesarea yang dilakukan anestesi spinal. 2 Pada penelitian ini ketinggian blok juga diuji secara statistika, hasilnya tidak terdapat perbedaan signifikan tinggi blokade antara kedua kelompok perlakuan (p>0,05; Tabel 3). Ketinggian blok akan memengaruhi derajat dan insiden hipotensi. Pada penelitian ini ketinggian blokade yang ditolerir hanya sampai ketinggian torakal 5 sampai torakal 7. Ketinggian di atas torakal 5 serta di bawah torakal 7 dikeluarkan dari penelitian karena blokade di bawah torakal 7 biasanya ibu masih merasakan nyeri saat manipulasi operasi, sedangkan ketinggian di atas torakal 5 akan berpotensi menimbulkan bradikardia. Simpulan Pemberian cairan kristaloid (Ringerfundin ) sesaat setelah anestesi spinal (coload) lebih efektif dibanding dengan sebelum anestesi spinal (preload) dalam hal mencegah hipotensi pada ibu yang dilakukan seksio sesarea. Daftar Pustaka 1. Birnbach DJ, Browne IM. Anesthesia for obstretrics. Dalam: Miller RD, penyunting. Miller s anesthesia. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2010. hlm. 2203 40. 2. Oh AY, Hwang JW, Song IA, Kim MH, Ryu JH, Park HP, dkk. Influence of the timing of administration of crystalloid on maternal hypotension during spinal anesthesia for cesarean delivery: preload versus coload. BMC Anesthesiol. 2014;14(36):1 5. 3. Datta S, Kodali BS, Segal S. Dalam: Datta S, penyunting. Obstetric anesthesia handbook. Edisi ke-5. New York: Springer Science Business Media LLC; 2006. hlm. 180 200. 4. Jacob JJ, Williams A, Verghese M, Afzal L. Crystalloid preload versus crystalloid coload for parturients undergoing cesarean section under spinal anesthesia. Obstet Anaesth Crit Care. 2012;2:10 5. 5. Gan TJ. Colloid or crystalloid: any differences in outcomes?. Intern Anesth Res Soc. 2011;14(36):7 12. 6. McDremit RC, Raghunathan K, Romanovky A, Shaw AD, Bagshaw SM. Controversies in fluid therapy: type, dose, and toxicity. World J Crit Care Med. 2014;3(1):24 33. 7. Strunden MS, Heckel K, Goetz AE, Reuter DA. Perioperative fluid and volume management: physiological basis, tools, and strategies. Annals Intens Care. 2011;1(2):1 8. 8. Medi-Jebara S, Ghosn A, Sleilaty G, Richa F, Cherfane A, Haddad F, dkk. Prevention of hypotension after spinal anesthesia for cesarean section: 6% hydroxyethyl starch 130/0.4 (voluven) versus lactated ringer s solution. J Med Liban. 2008;56:203 7. 9. Tamilselvan P, Fernando R, Bray J, Sodhi M, Columb M. The effects of crystalloid and colloid preload on cardiac output in the parturient undergoing planned cesarean delivery under spinal anesthesia: a randomized trial. Anesth Analg. 2009;109:1916 21. 10. Zadak Z, Hyspler R, Hronek M, Ticha A. The energetic and metabolic effect of ringerfundin (B. Braun) infusion and comparison with plasmalyte (Baxter) in healthy volunteers. Acta Medica. 2010;53(3):13 7. 11. Ngan Kee WD. Prevention of maternal hypotension after regional anaesthesia for caesarean section. Curr Opin Anaesthesiol.

130 p-issn 2337-7909; e-issn 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n2.818 2010;23:304 9. 12. Javed S, Hamis S, Amin F, Mahmood KT. Spinal anesthesia induced complications in caesarean section. Review. J Pharm Sci Res. 2011;3(10):1530 8. 13. Siddik-Sayyid SM, Nasr VG, Taha SK, Zbeide RA, Shehade JM, Al-Alami AA, dkk. A randomized trial comparing colloid preload to coload during spinal anesthesia for elective cesarean delivery. Anesth Analg. 2009;109:1219 24.