BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2). Sunariyah (2003:4) mengaitkan investasi dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa mendatang. Dari pengertian tersebut, investasi merupakan kegiatan dalam upaya mendapatkan imbal hasil atas waktu dan risiko yang terkait dengan kegiatan tersebut di masa yang akan datang. Tandelilin (2010:2) aktivitas investasi yang dilakukan pada umumnya adalah investasi pada financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya. Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi dan lain sebagainya. Investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan dan yang lainnya. Tandelilin (2010:8) menyebutkan beberapa alasan dalam melakukan investasi yaitu: 1) Mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa akan datang. 13
2) Mengurangi tekanan inflasi, yaitu dengan melakukan investasi seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan karena pengaruh inflasi. 3) Dorongan untuk menghemat pajak, beberapa negara di dunia memberikan fasilitas perpajakan untuk mendorong tumbuhnya investasi. Diantara surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar modal, saham adalah yang paling dikenal masyarakat luas. Saham merupakan kepemilikan suatu perusahaan. Investasi saham di pasar modal mampu memberikan return atau keuntungan yang tidak terhingga bagi para investor. Fahmi (2012:88) Keuntungan memiliki saham yaitu memperoleh dividend yang diberikan pada setiap akhir tahun, memperoleh capital gain yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal, memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa (common stock). 2.1.2 Faktor Fluktuasi Harga Saham Arifin (2001:116) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya fluktuasi harga saham baik bersifat makro atau mikro. Yang dimaksud dengan faktor mikro adalah faktor-faktor yang dampaknya hanya dirasakan pada beberapa jenis saham saja, sedangkan fakor makro adalah fakorfaktor yang dampaknya dirasakan pada semua saham termasuk juga perekonomian secara menyeluruh. Faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi saham antara lain: 14
1) Kondisi fundamental emiten yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri 2) Hukum dan penawaran dimana terjadi transaksi jual beli saham yang memengaruhi fluktuasi harga saham. 3) Tingkat suku bunga yaitu suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia dengan mengeluarkan sertifikasi Bank Indonesia 4) Valuta asing yang memiliki efek ganda terhadap perubahan harga saham 5) Dana asing di bursa, dimana dana asing tersebut memiliki dampak yang sangat besar terhadap perubahan harga saham. 6) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi. 7) News dan rumours yaitu semua berita yang beredar di tengah masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik masalah ekonomi, sosial, politik dan keamanan. 2.1.3 Teori Sinyal (Signalling Theory) Signalling theory adalah teori yang melihat pada tanda-tanda tentang kondisi yang menggambarkan suatu perusahaan (Fahmi, 2012: 135). Signalling theory berasumsi bahwa investor maupun manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2011:184). Suatu tindakan yang diambil oleh manajemen sutu perusahaan memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut. Namun, pada kenyataannya manajer sering kali memiliki informasi yang lebih 15
baik dibandingkan dengan investor luar, yang disebut informasi asimetris (asymmetric information). Signallling theory adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor (Fahmi, 2012:103). Apapun informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah selalu memberi efek bagi keputusan investor sebagai pihak yang menangkap sinyal tersebut. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Signalling theory memberikan sinyal terhadap pasar dengan tujuan menarik perhatian investor. Saat pengumuman telah dipublikasikan maka pelaku pasar menganalisis dan memilih informasi yang baik (good news) atau informasi yang buruk (bad news). Jika informasi tersebut dianggap sebagai sinyal baik, maka terjadi perubahan pada volume perdagangan saham (Suparsa, 2014). 2.1.4 Pasar Modal Efisien Menurut Tandelilin (2010:219) pasar modal efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Fama (1970) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan jenis informasi yang digunakan, yaitu : 16
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (Weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Efisiensi pasar bentuk lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut : a. Informasi yang dipublikasikan yang memengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event). 17
b. Informasi yang dipublikasikan yang memengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. c. Informasi yang dipublikasikan yang memengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau group dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. 3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strongform) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau group dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. Tingkat efisiensi pasar dapat diukur dari seberapa besar perubahan rata - rata aktivitas volume perdagangan (trading volume activity), perubahan harga saham dan perubahan indeks harga saham gabungan yang diakibatkan oleh suatu peristiwa. 18
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi efisien (Jogiyanto, 2013:569). Pasar efisien terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai berikut ini: 1) Investor adalah penerima harga (price takers), yang berati bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat memengaruhi harga dari suatu sekuritas. 2) Informasi tersedia luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. 3) Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya sehingga investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru. 4) Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut unuk mencapai keseimbangan yang baru. Sebaliknya pasar dikatakan tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut terjadi (Jogiyanto, 2013:571) yaitu: 1) Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat memengaruhi harga dari sekuritas. 2) Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi. 19
3) Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian dari pelaku-pelaku. 4) Investor adalah individual-individual yang lugas (naive investor) dan tidak canggih. 2.1.5 Event Study Event Study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu (Peterson, 1989). Jogiyanto (2013:585) mengatakan peristiwa (event) yang dimaksud adalah event yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk mengukur kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji pasar bentuk setengah kuat. Jogiyanto (2013:586) juga mengatakan bahwa pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman itu mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mengandung kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya bila tidak mengandung informasi, maka tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar. 20
Menurut Fama (1991) kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu kejadian menggambarkan tingkat efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien (dalam bentuk setengah kuat) jika harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya informasi baru dan relevan yang tersedia. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa event study merupakan suatu cara dalam mengukur kandungan informasi suatu pengumuman peristiwa yang terlihat dari adanya perubahan harga dan aktivitas volume perdagangan di pasar modal. 2.1.6 Return Saham Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2013:263). Pada teori pasar modal, tingkat pengembalian yang diterima oleh seorang investor dari saham yang diperdagangkan di pasar modal (saham perusahaan go public) biasa diistilahkan dengan return. Komponen return meliputi capital gain/loss dan yield. Capital gain/loss merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan dan sebagai dasar penentu return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa mendatang. Return 21
ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang (Jogiyanto, 2013:263). 2.1.7 Abnormal Return Jogiyanto (2013: 609) menyatakan abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian, abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return yang sesungguhnya merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi, dengan menggunakan model estimasi yaitu mean-adjusted model, market model dan market-adjusted model. Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted model) menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period). Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) dilakukan dengan dua tahap yaitu pertama membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi. Kedua yaitu menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. 22
Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. 2.1.8 Aktivitas Volume Perdagangan (Trading Volume Activity) Volume transaksi merupakan unsur kunci dalam melakukan prediksi terhadap pergerakan harga saham. Menurut Cellier dan Wael (2011) menyatakan terdapat hubungan kuat antara trading volume dengan informasi publik. Arzu (2011) dan Malik et al. (2009) menyatakan fluktuasi aktivitas perdagangan tidak hanya dijelaskan oleh informasi yang tersedia untuk umum tetapi juga oleh peristiwa. Suatu peristiwa memiliki dampak yang signifikan terhadap return dan aktivitas perdagangan. Menurut Napitupulu dan Syahyunan (2013), untuk membuat keputusan investasinya, investor akan mempertimbangkan risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan, sehingga investor membutuhkan informasi untuk melakukan analisis saham. Adanya informasi yang dipublikasikan akan mengubah keyakinan investor yang dapat dilihat dari reaksi pasar. Salah satu reaksi pasar tersebut adalah reaksi volume perdagangan (trading volume activity). Trading volume activity adalah alat yang dipergunakan untuk melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap adanya informasi di pasar modal dengan melihat pergerakan trading volume activity (Fama, 1991). Menurut Jones (2010:413) volume perdagangan merupakan bagian dari analisis teknikal. Volume perdagangan yang tinggi dianggap sejalan dengan kenaikan harga. Volume 23
perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Husnan dkk. (1996) mengukur kegiatan perdagangan saham yang dilihat melalui indikator trading volume activity digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan keuangan informatif dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas keputusan perdagangan normal. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan di bursa akan semakin meningkat. Kim dan Verrechia (1991) berpendapat bahwa trading volume activity adalah dimana harga merefleksikan tingkat perubahan informasi. Perbedaan tingkat permintaan dan penawaran saham dipengaruhi oleh tingkah laku ekspektasi investor terhadap suatu saham. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham. 2.1 Rumusan Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Pengumuman Perubahan Harga BBM terhadap Abnormal Return Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2013: 586). Abnormal return terjadi karena ada informasi baru yang mengubah nilai perusahaan dan oleh investor direaksi dalam bentuk kenaikan atau penurunan 24
harga saham. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya, yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Tandelilin (2010:565) menyatakan pasar akan memberi respon pasar positif untuk berita baik, dan respon negatif untuk berita buruk. Respon pasar tersebut tercermin dari abnormal return positif (berita baik) dan abnormal return negatif (berita buruk). Bildik dan Gulay (2008) dalam penelitiannya tentang efek dari perubahan komposisi indeks pada harga saham dan volume di bursa Istanbul menunjukkan abnormal return positif yang signifikan pada hari pengumuman. Shahid et al. (2010) menemukan terdapat abnormal return positif sebelum tanggal pengumuman dan abnormal return negatif pada pengumuman Seasoned Equity Offering (SEO) di China. Setyawan (2006) meneliti tentang analisis reaksi pasar modal terhadap kenaikan harga BBM dimana menunjukkan rata-rata abnormal return saham kenaikan harga BBM 1 Maret 2005 terjadi reaksi negatif, sedangkan kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 menunjukkan terjadi kecenderungan reaksi positif. Arisyahidin (2012), Marisca dan Wijaya (2014), Liogu dan Saerang (2015) memberikan hasil terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM. Suarjana (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan pada periode peristiwa yang berarti peristiwa pengumuman penurunan harga BBM memiliki kandungan informasi dan rata-rata abnormal return yang diperoleh negatif dan itu berarti bahwa respon pasar negatif terhadap peristiwa pengumuman. 25
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 1a : terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM H 1b : terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman penurunan harga BBM 2.2.2 Pengaruh Pengumuman Perubahan Harga BBM terhadap Trading Volume Activity Bjursell et al. (2013) menyatakan aktivitas perdagangan sekitar pengumuman ekonomi makro menawarkan peluang unik bagi para peneliti dan regulator untuk mengevaluasi efisiensi harga pasar dan efisiensi operasional dalam mekanisme perdagangan. Trading volume activity adalah alat yang dipergunakan untuk melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap adanya informasi di pasar modal dengan melihat pergerakan trading volume activity (Fama, 1991). Kim dan Verrechia (1991) menyimpulkan bahwa volume perdagangan merupakan suatu fungsi peningkatan (increasing function) dari perubahan harga absolut, dimana harga merefleksikan perubahan tingkat informasi. Perbedaan bobot informasi publik, dapat mengakibatkan perubahan kepercayaan investor, sehingga mengakibatkan terjadinya perdagangan. Perbedaan tingkat permintaan dan penawaran saham dipengaruhi oleh tingkah laku ekspektasi investor terhadap suatu saham. Apabila informasi yang diisyratkan oleh investor sebagai sinyal positif, maka tingkat permintaan saham akan lebih tinggi daripada penawaran 26
saham yang ada, sehingga dapat memengaruhi volume perdagangan dan perubahan harga suatu saham, begitu juga sebaliknya. Onder dan Simga-Mugan (2006) menyatakan dampak politik dan berita ekonomi di Argentina dan Turki selama 1995-1997 memengaruhi volatilitas return dan volume perdagangan. Fithriyana dkk. (2014), Ningsih dan Cahyaningdyah (2014) serta Liogu dan Saerang (2015) meneliti tentang kenaikan harga BBM menemukan bahwa dari hasil uji beda rata-rata trading volume activity menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM tersebut. Sejalan dengan penelitian Ningsih dan Cahyaningdyah (2013), Lestari dan Subekti (2002) mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman kabinet baru pada tanggal 23 Agustus 2000. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 2a : terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM H 2b : terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman penurunan harga BBM 27