PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN

BUKTI TATA PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PUSKESMAS DAN BUKTI PERTIMBANGAN RASIO JUMLAH PENDUDUKDAN KETERSEDIAAN LAYANAN

III. METODE PENELITIAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

KABUPATEN PURWOREJO. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN PURWOREJO

SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI

LAPORAN BULANAN KOMODITAS PERKEBUNAN KOMODITAS TANAMAN TAHUNAN/KERAS

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus urbanisasi dari desa ke kota menyebabkan terjadinya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RISIKO PENDAPATAN DAN PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO PADA USAHATANI PEPAYA CALIFORNIA DI DATARAN TINGGI KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DAERAH KABUPATEN PURWOREJO

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Purworejo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR: 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BAB. I. PENDAHULUAN. 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional;

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kritik dari teori trickle down effect, yang menegaskan bahwa

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAUSALITAS PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TESIS

I. PENDAHULUAN. Rajabasa dan merupakan desa pesisir pantai, secara geografis Desa Hargo

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dan masing-masing memiliki potensi sebagai penghasil komoditas agro

BAB I PENDAHULUAN 1. Umum

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PESAWARAN

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Pe n g e m b a n g a n

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merata pada tingkat harga yang terjangkau masyarakat. Sehubungan dengan

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Strategi Jitu Pengembangan Produk UMKM Gula Kelapa di Kabupaten Cilacap Slamet Wahyudin, S.Pt.

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

LKjIP Kabupaten Purworejo Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NAMA TIM KAMPANYE KOALISI PURWOREJO HEBAT PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATT PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. pasar bagi sektor industri. Industrialisasi pertanian juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis merupakan usaha pertanian dari hulu hingga hilir yang mencakup kegiatan pertanian mulai dari produksi, pengolahan, dan pemasaran produk pertanian. Agribisnis sebagai usaha pertanian, berada di wilayah pedesaan. Wilayah pedesaan dengan mayoritas usaha di bidang pertanian (agribisnis) diharapkan mampu meningkatkan agribisnis produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan untuk meningkatkan agribisnis produktif. Salah satunya adalah kebijakan Agropolitan District atau Kawasan Agropolitan. Menurut Mahi (2004) agropolitan merupakan realisasi pelaksanaan pembangunan ekonomi yang tidak lagi bertumpu pada pusat-pusat pembangunan di kawasan kota tetapi bertumpu pada pusat-pusat pembangunan di kawasan desa dengan kegiatan ekonomi utama agribisnis. Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten yang telah menerapkan kebijakan kawasan agropolitan. Kabupaten Purworejo mempunyai dua kawasan agropolitan yaitu Kawasan Agropolitan Bagelen dan Kawasan Agropolitan Kutoarjo. Kawasan Agropolitan Bagelen merupakan kawasan agropolitan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Bagelen, Purwodadi, Ngombol, dan Kaligesing. Kawasan Agropolitan Bagelen merupakan kawasan agropolitan yang sudah memenuhi syarat sebagai kawasan agropolitan dengan adanya beberapa pusat-pusat pelayanan di kawasan desa. Menurut Mahi (2004), pusat-pusat pelayanan di kawasan desa tersebut antara lain: jalan-jalan usaha tani, pasar-pasar pengumpul, jalan-jalan kolektor, Sub Terminal Agribisnis (STA), trading house, asosiasi-asosiasi masyarakat agribisnis, lembaga-lembaga keuangan mikro, lembaga pengkajian dan pelatihan ke-farming-an, serta fasilitas dan utilitas sosial ekonomi lain pada tingkat pelayanan pedesaan. Salah satu pusat pelayanan kawasan desa yang ada 1

2 di Kawasan Agropolitan Bagelen adalah Sub Terminal Agribisnis (STA). Menurut Bappeda Kabupaten Purworejo (2006), STA Bagelen sebagai pusat pemasaran di Kawasan Agopolitan Bagelen merupakan titik temu dari interaksi yang kuat antara wilayah produksi pertanian (hinterland) dengan Kota Tani sebagai pusat kawasan agropolitan. Kabupaten Purworejo merupakan wilayah dengan sektor pertanian sebagai sektor basis dan pendominasi perekonomian Kabupaten Purworejo dengan kontribusi PDRB sebesar 31,13% pada Tahun 2013 (Sumber: PDRB Kabupaten Purworejo 2013). Pada sektor pertanian, Kabupaten Purworejo mempunyai produk unggulan yaitu kelapa. Kelapa merupakan tanaman perkebunan yang banyak diusahakan oleh masyarakat tani di Kabupaten Purworejo. Berikut data luas produksi dan jumlah produksi kelapa, serta luas produksi dan jumlah produksi kelapa deres di Kabupaten Purworejo Tahun 2010-2014. Tabel 1. Luas Produksi dan Produksi Kelapa dan Kelapa Deres Kabupaten Purworejo Tahun 2010-2014 Tahun Luas Produksi Kelapa (Ha) Produksi Kelapa (Ton) Luas Produksi Kelapa Deres (Ha) Produksi Kelapa Deres (Ton) 2010 17.966,90 23.994,39 2.093,77 15.605,42 2011 17.370,46 23.719,94 2.313,27 17.267,82 2012 17.831,34 24.966,84 2.534,77 18.655,96 2013 18.109,52 25.317,10 2.534,77 18.650,17 2014 18.057,94 25.240,57 2.155,61 15.842,73 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, 2015 Tabel 1 menunjukkan bahwa luas produksi dan jumlah produksi kelapa di Kabupaten Purworejo mengalami penurunan dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011 dan meningkat pada Tahun 2012 sampai Tahun 2013 dan kemudian turun lagi pada Tahun 2014. Sama halnya dengan luas tanaman dan produksi tanaman kelapa deres yang naik turun selama Tahun 2010 sampai Tahun 2014. Produk turunan dari tanaman kelapa deres adalah gula kelapa. Produk gula kelapa ini banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Purworejo. Berikut disajikan tabel luas produksi, jumlah produksi, jumlah

3 petani, dan jumlah industri rumah tangga serta jumlah tenaga kerja industri rumah tangga gula kelapa di Kabupaten Purworejo per kecamatan. Tabel 2. Luas Produksi, Produksi, Petani Kelapa Deres, Industri Rumah Tangga, dan Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga Gula Kelapa di Kecamatan Kabupaten Purworejo Tahun 2014 No. Kecamatan Luas Produksi (Ha) Produksi (Ton) Petani Industri Rumah Tangga Tenaga Kerja 1. Grabag 245,50 1.818,54 982 1.749 3.478 2. Ngombol 12,15 90,00 36 175 350 3. Purwodadi 206,00 1.467,75 1.084 460 920 4. Bagelen 1.493,48 11.051,75 3.154 1.870 3.740 5. Kaligesing 5,97 44,22 29 941 1.882 6. Purworejo 0 0 0 144 288 7. Banyuurip 0 0 0 15 30 8. Bayan 2,00 14,81 20 195 390 9. Kutoarjo 39,06 283,53 159 200 400 10. Butuh 291,00 2.155,44 278 313 616 11. Pituruh 118,44 840,92 756 270 540 12. Kemiri 30,70 227,39 87 65 130 13. Bruno (343,44) (2543,86) 246 45 90 14. Gebang 0 0 0 15 30 15. Loano 33,00 244,43 163 130 260 16. Bener 21,75 146,81 180 110 346 2.534,77 18.650,17 7.174 6.697 13.490 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, 2015 Tabel 2 menunjukkan bahwa pada Tahun 2014 Kecamatan Bagelen mempunyai luas produksi kelapa deres yang paling besar dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Purworejo yaitu seluas 1.493,48 Ha. Produksi dari tanaman kelapa deres juga merupakan produksi yang paling besar yaitu 11.051,75 ton. Untuk jumlah petani yang mengusahakan tanaman perkebunan kelapa deres juga merupakan yang paling banyak yaitu sebanyak 3.154 orang. Kecamatan Bagelen sebagai pusat dari Kawasan Agropolitan Bagelen merupakan kecamatan dengan jumlah industri rumah tangga gula kelapa terbanyak yaitu terdapat 1.870 industri rumah tangga gula kelapa. Kecamatan Bagelen prospektif sebagai daerah pengembang produk gula kelapa. Topografi wilayah di Kecamatan Bagelen yang terdiri lebih banyak dataran tinggi dibandingkan dataran rendah menyebabkan luas lahan pertanian produktif di Kecamatan Bagelen didominasi oleh bukan lahan sawah yaitu

4 5.521 Ha, sedangkan lahan sawah hanya 509 Ha (Sumber: Kabupaten Purworejo dalam Angka 2015). Komoditas kelapa menjadi komoditas utama yang diusahakan oleh sebagian besar penduduk di Kecamatan Bagelen. Produk turunan kelapa yang menjadi produk unggulan Kecamatan Bagelen adalah produk gula kelapa. Produk gula kelapa dapat menjadi produk yang bersaing jika dapat dikembangkan dan dipasarkan dengan baik. Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat tani di Kecamatan Bagelen, khususnya pengrajin gula kelapa adalah pada pemasaran produk gula kelapa. Walaupun Kecamatan Bagelen mempunyai potensi yang besar pada produksi gula kelapa, akan tetapi pemasaran produk gula kelapa belum lancar. Dengan adanya STA, pengrajin gula kelapa di Kecamatan Bagelen dapat memperoleh informasi pasar terkait harga pasar sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk memasarkan produknya. STA juga dapat meningkakan akses pasar untuk pengrajin gula kelapa karena dikonsepsikan dekat dengan produsen. STA juga dapat meningkakan nilai tambah produk. Selain itu, STA dapat berperan sebagai wadah transaksi pemasaran produk pertanian baik di tempat (STA) maupun tidak yaitu melalui pokja (kelompok kerja) di setiap kecamatan. STA berfungi sebagai pusat pemasaran produk pertanian di Kawasan Agropolitan Bagelen. Sebagai pusat pemasaran, STA merupakan titik temu antara sentra-sentra produksi di daerah dengan pedagang. STA diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan dan efisiensi pemasaran, memperbaiki mutu produk agribisnis, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani, dan mendorong pengembangan agribisnis. Akan tetapi, STA yang sedianya dapat dimanfaatkan oleh pengrajin gula kelapa di Kecamatan Bagelen pemanfaatannya belum optimal. Sejak empat tahun berdiri, STA sebagai sarana pemasaran tidak serta merta digunakan oleh pengrajin gula kelapa. Meskipun pengrajin gula kelapa dapat memperoleh manfaat dari STA, tetapi tidak semua pengrajin gula kelapa memasarkan produknya di STA. Berdasarkan hasil survei, hanya 2 kios dari 5 kios tersedia yang terisi dan digunakan sebagai ruang pamer dan transaksi hasil

5 pertanian. Untuk produk gula kelapa sendiri, berdasarkan data dari Kecamatan Bagelen, jumlah pengrajin gula kelapa yang aktif berproduksi setiap harinya di 17 desa di Kecamatan Bagelen adalah 1.870 orang. Menurut pengelola STA, dari 17 desa pengrajin gula kelapa, hanya 7 desa yang pengrajin gula kelapanya pernah memasarkan gula kelapanya di STA, itupun dengan dikoordinatori oleh koordinator pemasaran di masing-masing desa. Tujuh desa tersebut adalah Desa Bapangsari, Sokoagung, Soko, Durensari, Somorejo, Krendetan, Semono, Semagung, dan Hargorojo. Lokasi Sub Terminal Agribisnis (STA) berada di Jalan Jogja Km. 12.8 Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Lokasi ini sangat strategis yaitu merupakan ruas jalan lintas selatan Jawa tengah, dan merupakan lokasi yang paling mudah diakses oleh masyarakat tani di daerah-daerah produksi di Kawasan Agropolitan Bagelen sehigga merupakan titik temu dari wilayah-wilayah hinterland-nya. Sebagai daerah administratif dimana STA berada dan desa yang terdekat dari STA, Desa Krendetan merupakan desa yang masyarakatnya paling prospektif dapat menggunakan STA sebagai sarana pemasaran. Sebagai bagian dari pusat Kawasan Agropolitan Bagelen, Desa Krendetan harus mempunyai basis agroindustri yang kuat. Salah satu agroindustri unggulan dan banyak dikembangkan oleh masyarakat di Desa krendetan adalah agroindustri gula kelapa. Oleh karena itu sikap pengrajin gula kelapa di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo ini terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) perlu dilakukan penelitian. Masyarakat di Desa Krendetan seharusnya dapat menjadi contoh yang baik dalam memasarkan produk di STA dan memiliki gairah yang lebih besar untuk memasarkan produknya di STA dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Bagelen. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pengrajin gula kelapa di Desa Krendetan menyambut baik STA dengan cara memasarkan produknya di STA. Berdasarkan data pengelola STA, tidak ada satupun pengrajin gula kelapa dari Desa Krendetan yang menempati kios di STA. Pada dasarnya optimalnya penggunaan STA di Desa Krendetan ini tergantung dari sikap masyarakat khususnya pengrajin gula kelapa terhadap

6 STA. Pengrajin gula kelapa di Desa Krendetan yang memiliki akses lebih baik untuk memasarkan produknya di STA seharusnya dapat memiliki sikap yang baik yang ditunjukkan dengan keikutsertaannya dalam memasarkan produk di STA. Sikap pengrajin gula kelapa terhadap STA tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pemerintah daerah untuk kebijakan di masa mendatang terkait STA dan pengembangan produk gula kelapa. Sikap pengrajin gula kelapa terhadap STA tersebut juga tidak terlepas dari faktor-faktor pembentuk sikap sebagai acuan berhasil atau tidaknya STA secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, perlu diadakan kajian mengenai sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) untuk mengetahui seberapa besar sikap pengrajin gula kelapa di Desa Krendetan terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA). B. Rumusan Masalah Kawasan Agropolitan Bagelen terdiri dari empat kecamatan di Kabupaten Purworejo dengan Kecamatan Bagelen sebagai kota tani atau pusat dari daerah-daerah penghasil produksi pertanian. Kecamatan Bagelen diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan sistem agribisnis sehingga mampu melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan agribisnis hinterland-nya. Oleh karena itu kegiatan agribisnis di Kecamatan Bagelen diharapkan lebih baik dibandingkan dengan kecamatan lain di Kawasan Agropolitan Bagelen. Kegiatan agribisnis di Kecamatan Bagelen dapat tumbuh dengan baik apabila komoditas-komoditas utama daerah dapat dioptimalkan. Salah satu produk unggulan yang dapat dioptimalkan adalah gula kelapa. Permasalahan utama yang dihadapi oleh pengrajin gula kelapa di Kecamatan Bagelen adalah rendahnya manajemen pemasaran gula kelapa. Dengan hasil produksi gula kelapa yang tinggi, kesejahteraan pengrajin gula kelapa dapat meningkat jika dapat dipasarkan dengan baik. Sub Terminal Agribisnis (STA) hadir sebagai sarana pemasaran yang menjembatani produsen dan pedagang besar ataupun pengepul baik lokal maupun luar daerah. Pembangunan STA lebih diarahkan kepada berjalannya STA secara

7 berkelanjutan sebagai sarana pemasaran yang berfungsi untuk mendorong peningkatan agribisnis. Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah STA yang seharusnya menjadi pusat pemasaran hasil pertanian di Kawasan Agropolitan Bagelen kurang dimanfaatkandengan baik. Permasalahan tersebut ditunjukkan dengan belum banyaknya pengrajin gula kelapa yang memasarkan produknya di STA. Masyarakat pengrajin gula kelapa di Desa Krendetan yang merupakan desa terdekat dari STA pun kurang aktif dalam memasarkan produk gula kelapa di STA. Merujuk pada keuntungan dari STA yang dapat diperoleh pengrajin gula kelapa di Kawasan Agropolitan Bagelen, seharusnya selama empat tahun terakhir sejak berdirinya STA banyak masyarakat pengrajin gula kelapa yang dapat memanfaatkan STA sebagai sarana pemasaran. Aktifnya pemanfaatan STA oleh pengrajin gula kelapa ini menunjukkan sikapnya terhadap STA. Sikap pengrajin gula kelapa tersebut tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk sikap. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, terpaan media massa, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam mengenai hubungan antara faktor-faktor yang membentuk sikap dengan sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang membentuk sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo?

8 3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang ada adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. 2. Mengkaji faktor-faktor yang membentuk sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. 3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti sehubungan dengan sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, serta merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Purworejo sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya sehubungan dengan Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo.

9 3. Bagi Pengelola Sub Terminal Agribisnis (STA) Bagelen Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pengelola STA sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo serta untuk mengetahui seberapa besar respon masyarakat dengan adanya Sub Terminal Agribisnis (STA). 4. Bagi Pengrajin Gula Kelapa Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada pengrajin gula kelapa mengenai pemanfaatan Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai salah satu sarana pemasaran produk gula kelapa. 5. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai sikap pengrajin gula kelapa terhadap Sub Terminal Agribisnis (STA) di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.