HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL. Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu:

BAB I PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN ORGANISASI INTERNASIONAL 1

Pengertian dan Penggolongan Organisasi Administrasi Internasional

BAB VII PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

HUBUNGAN HUKUM NASIONAL DENGAN HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu:

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI:

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

SISTEM PENETAPAN NILAI PABEAN (CUSTOMS VALUATION) YANG BERLAKU DI INDONESIA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL...

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IX HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

BAB III SUMBER HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

BAB I. A. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IMPLIKASI PRINSIP MOST FAVOURED NATION DALAM UPAYA PENGHAPUSAN HAMBATAN PEDAGANGAN INTERNASIONAL

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

BAB V INSTRUMEN-INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA. 1. Memahami dan mengetahui sistem internasional hak-hak asasi manusia;

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional.

BAB VII. KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL (International Personality of International Organization)

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara lainnya merupakan salah satu faktor penyebab semakin maraknya

BAB I PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami gambaran umum Hukum Internasional.

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura

WORLD TRADE ORGANIZATION Structure & Membership FETRYCIA ANGELA OCTORY/ KEN SWARI MAHARANI /

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

perdagangan, industri, pertania

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 31, 2015

Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan bagi Penyusun dalam menyelesaikan makalah yang berjudul Hukum Organisasi Internasional: Sejarah dan Perkembangannya. Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Internasional pada Program Doktoral Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Tahun 2015. Makalah ini menguraikan tentang organisasi internasional dan kontribusinya terhadap perkembangan hukum internasional. Makalah ini terdiri dari III (tiga) bab yang tersusun dalam sistematika: Bab I Pendahuluan; Bab II Pembahasan tentang organisasi internasional dan perannya dalam perkembangan hukum internasional; serta Bab III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Harapan Penyusun, masukan dan kritikan dari pembaca akan memberikan perbaikan terhadap substansi tulisan yang lebih akurat dan reliable. Di sisi lain, semoga makalah ini dapat memberi kontribusi dalam bidang hukum humaniter internasional dan konflik bersenjata non-internasional khususnya. Salam. Penyusun, Malahayati PAGE 1

Daftar Isi Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 PENDAHULUAN... 3 A. Latar Belakang... 3 B. Rumusan Masalah... 3 PEMBAHASAN... 4 A. PENGERTIAN ORGANISASI INTERNASIONAL... 4 B. KARAKTERISTIK ORGANISASI INTERNASIONAL... 6 C. KLASIFIKASI ORGANISASI INTERNASIONAL... 7 D. GATT DAN WTO... 9 Tujuan dan Fungsi WTO... 11 Keanggotaan... 12 Prinsip-Prinsip GATT... 13 PENUTUP... 15 Daftar Pustaka... 16 PAGE 2

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi Internasional adalah kolektivitas dari entitas-entitas yang independen, kerjasama yang terorganisasi (organized cooperation) dalam bentuk yang lebih konkret. Organisasi internasional merupakan produk dari perjanjianperjanjian multilateral. Secara sederhana adapula yang mendefinisikan organisasi internasional sebagai sebuah struktur formal dan berkesinambungan yang dibentuk oleh kesepakatan diantara anggotanya (keanggotaan negara dan non negara), dari paling tidak dua negara merdeka atau lebih, yang memiliki tujuan untuk mengejar kepentingan bersama anggota. Organisasi internasional mencakup Mekanisme/aturan main, kerjasama dan struktur organisasi. Tipe dari keanggotaan organisasi internasional terdiri dari wakil pemerintah dan dari anggota non-pemerintah. Muncul perdebatan mengenai Apakah organisasi antar pemerintah (intergovernmental) sama dengan organisasi antar Negara (interstate)? ada beberapa pandangan mengenai hal ini: Ada beberapa organisasi yang memperbolehkan keanggotaan dari Negara yang belum merdeka (not sovereign), tetapi memiliki pemerintahan. Contoh: ITU (International Telecomunication Union), UPU (the Universal Postal UNIon). Perbedaan fundamental organisiasi adalah berdasarkan perjanjian. B. RUMUSAN MASALAH Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba melihat peran organisasi internasional dalam perkembangan hukum internasional. PAGE 3

PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ORGANISASI INTERNASIONAL Para sarjana hukum internasional pada umumnya mendefinisikan organisasi internasional dengan memberikan kriteria-kriteria, serta elemen-elemen dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi internasional. Hal inilah yang menyulitkan untuk didapatkannya suatu definisi yang umum. Beberapa definisi yang diutarakan antara lain: Bowett D.W. Dalam bukunya Hukum organisasi internasional Bowet memberikan batasan definisi organisasi internasional, bahwa: tidak ada suatu batasan mengenenai organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya. Starke Dalam bukunya An introduction to international law, starke membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke menegaskan pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan Hukum Tata Negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional. Sumaryo Suryokusumo Organisai internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai PAGE 4

pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul. Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr. Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbale balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. NA Maryan Green Green memberikan batasan langsung tentang organisasi internasional dengan mengatakan: organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian dengan tiga atau lebih Negara-negara menjadi peserta. Boer Mauna Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan Negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri. Teuku May Rudy Organisasi internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas Negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan/diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesame kelompok non pemerintah pada dasar Negara yang berbeda. PAGE 5

B. KARAKTERISTIK ORGANISASI INTERNASIONAL Secara sederhana pengertian organisasi internasional mencakup unsur-unsur keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama, adanya pertemuan-pertemuan secara berkala, adanya staf yang bekerja sebagai pegawai sipil internasional, kerjasama yang ruang-lingkupnya melintasi batas Negara, mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama dan Struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta melaksanakan fungsi secara berkesinambungan. Sementara itu organisasi juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (A. Leroy Bennet): 1. Organisasi yang tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan 2. keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat 3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional 4. badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas 5. sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan informasi secara berkelanjutan. berikut: LL. Leonard memberikan karakteristik yang lebih luas lagi, yaitu sebagai 1. piagam dasar/konstitusi biasanya dalam bentuk perjanjian multilateral dikhususkan untuk kewajiban-kewajiban negara anggota, batasan kekuasaan dan tanggung jawab organisasi menghasilkan struktur dan menyediakan prosedur untuk organisasi yang akan berfungsi. 2. keanggotaan diberitahukan kepada negara peserta penandatanganan yang berpartisipasi melalui pertemuan delegasi oleh pemerintah mereka. 3. strukturnya termasuk badan pembuat kebijakan terdiri atas perwakilan semua anggota pemerintah dan pertemuan dengan jangka tetap dari 1 sampai 5 tahun. 4. kadang-kadang badan pembuat kebijakan dan badan eksekutif cadangan telah disediakan yang terdiri atas keanggotaan terbatas, mempunyai kekuasaan yang ditegaskan dengan jelas dan pertemuan yang lebih sering. 5. prosedur pengambilan suara umumnya disediakan satu suara untuk masingmasing anggota, memerlukan pengambilan suara bulat untuk keputusan penting. PAGE 6

6. strukturnya juga termasuk sekretariat yang dikepalai oleh seorang sekretarus jendral atau direktur dan biasanya terdiri atas pegawai sipil organisasi internasional yang dipekerjakan oleh organisasi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. 7. anggota-anggotanya dibutuhkan untuk membuat kontribusi untuk memenuhi badan-badan dari organisasi tersebut. C. KLASIFIKASI ORGANISASI INTERNASIONAL Persoalan klasifikasi organsiasi internasional adalah upaya untuk melihat apa yang seharusnya dilakukan, klasifikasi organisasi internasional berdasarkan pada tujuan dan aktivitasnya, dapat kita lihat dalam beberapa hubungan sebagai berikut: 1. organisasi yang bertujuan mendorong hubungan co-operativ diantara anggotanya yang tidak sedang dalam konflik negara. 2. Organisasi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat conflict diantara negara anggota dengan jalan management konflik atau prevention conflict. 3. Organisasi dengan tujuan menciptakan/memproduksi confrontation diantara anggota yang berbeda pendapat. Teuku May Rudy, mengemukakan dari segi ruang lingkupnnya, fungsinya, kewenanangan dan sebagainya ada beberapa macam penggolongan organisasi internasional. Suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyandang lebih dari satu macam penggolongan, begantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya. Secara terperinci penggolongan organisasi internasional ada bermacam-macam menurut segi tinjauan berdasarkan 8 hal, yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan administrasi: organisasi internasional antarpemerintah (IGO/International Governmental Organization) dan organisasi internasional nonpemerintah (INGO/International nongovernmental Organization) 2. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan: Organisasi internasional global dan organisasi internasional regional. 3. Bidang kegiatan (operasional) organisasi, seperti ekonomi, lingkungan hidup, pertambangan, perdagangan internasional, dst. 4. Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi: organisasi internasional umum dan organisasi internasional khusus. PAGE 7

5. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan: global-umum, global-khusus, regional-umum, regional-khusus. 6. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan): organisasi supranasional (supranational organization) dan organisasi kerjasama (co-operative organization) 7. Bentuk dan pola kerjasama : kerjasama pertahanan keamanan (Collective security) yang biasanya disebut institutionalized alliance dan kerjasama fungsional (fuctional organization). 8. Fungsi organisasi: organisasi politik: yaitu organisasi yang didalam kegiatannya menyangkut masalah-masalah politik dalam hubungan internasional. Organisasi administratif: yaitu organisasi yang sepenuhnya hanya melaksanakan kegiatan teknis secara administratif. Organisasi peradilan (judicial organization): yaitu organisasi yang menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, sosial, dan budaya) menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai dengan ketentuan internasional dan perjanjian internasional). Contoh organisasi internasional yang paling banyak anggotanya dan bersifat universal adalah United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. PAGE 8

D. GATT DAN WTO Latar belakang berdirinya World Trade Organization (WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia) tidak terlepas dari sejarah lahirnya International Trade Organization (ITO) dan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Seusai Perang Dunia ke II, masyarakat internasional menyadari perlunya pembentukan suatu organisasi internasional di bidang perdagangan. Namun upaya atau usulan yang dilontarkan oleh Amerika Serikat, setelah mengalami beberapa tahun perundingan (1945 1948) mengalami hambatan, ternyata Kongres Amerika Serikat menolak menandatangani Piagam Pendirian ITO. Kebetulan pada waktu Piagam ITO dirancang di Konfrensi Jenewa, pada waktu yang bersamaan dirancang pula GATT. Dasar pemikiran penyusunan GATT ini adalah suatu kesepakatan yang memuat hasil-hasil negosiasi tarif dan klausul-klausul perlindungan (protektif) guna mengatur komitmen tarif. GATT karenanya dirancang sebagai suatu persetujuan tambahan yang posisinya berada dibawah Piagam ITO. Tetapi pada waktu itu GATT tidak dirancang menjadi suatu organisasi. GATT menyelenggarakan putaran-putaran perundingan (Round) untuk membahas isu-isu hukum perdagangan dunia. Sejak berdiri (1947), GATT telah menyelenggarakan 8 putaran. Putaran terakhir, Uruguay Round berlangsung dari 1986-1994 yang dimulai dari Kota Jenewa, Swiss. Meskipun disadari bahwa GATT dari segi atau persyaratan suatu organisasi masih lemah, namun para perunding sewaktu mempersiapkan perundingan Uruguay tidak membayangkan sama sekali untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang sifatnya formal. Tidak adanya pemikiran ke arah itu mungkin karena GATT itu sendiri telah berkembang menjadi semacam (quasi) organisasi. Juga mungkin ada kekhawatiran bahwa rencana ke arah itu akan mengalami nasib seperti ITO. Adalah pemerintah Canada yang pertama-tama pada bulan Mei 1990, mengusulkan secara formal pembentukan suatu badan perdagangan dunia (WTO). Usulan ini disambut positif oleh Uni Eropa. Namun Uni Eropa mengusulkan agar istilah World diganting dengan Multilateral sehingga menjadi Multilateral Trade Organization (MTO). Perkembangan selanjutnya adalah membahas isi rancangan tersebut disertai perubahan-perubahannya agar dapat diterima oleh semua negara, khususnya PAGE 9

Amerika Serikat. Pada pertemuan bulan Desember 1993, tercapai kesepakatan terhadap usulan pembentukan organisasi internasional. Tetapi namanya berubah kembali menjadi WTO. Usulan ini disahkan menjadi persetujuan akhir yang ditandatangani pada April 1994 di Maroko. WTO merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antarnegara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh Negaranegara anggota. Persetujuan tersebut merupakan perjanjian antarnegara anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan.2 Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU No. 7 tahun 1994. PAGE 10

TUJUAN DAN FUNGSI WTO WTO memiliki beberapa tujuan penting, yaitu pertama, mendorong arus perdagangan antarnegara, dengan mengurangi dan menghapus berbagai hambatan yang dapat mengganggu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa. Kedua, memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang lebih permanen. Hal ini mengingat bahwa perundingan perdagangan internasional di masa lalu prosesnya sangat kompleks dan memakan waktu. Tujuan penting lainnya adalah untuk penyelesaian sengketa, mengingat hubungan dagang sering menimbulkan konflik-konflik kepentingan. Meskipun sudah ada persetujuan-persetujuan dalam WTO yang sudah disepakati anggotanya, masih dimungkinkan terjadi perbedaan interpretasi dan pelanggaran sehingga diperlukan prosedur legal penyelesaian sengketa yang netral dan telah disepakati bersama. Dengan adanya aturan-aturan WTO yang berlaku sama bagi semua anggota, maka baik individu, perusahaan ataupun pemerintah akan mendapatkan kepastian yang lebih besar mengenai kebijakan perdagangan suatu negara. Terikatnya suatu negara dengan aturan-aturan WTO akan memperkecil kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan secara mendadak dalam kebijakan perdagangan suatu Negara (lebih predictable). Keberhasilan implementasi persetujuan-persetujuan dalam WTO tergantung pada dukungan Negara-negara anggotanya. Demikian pula legitimasi WTO sebagai sebuah organisasi, juga sangat tergantung pada kemauan Negara-negara anggota untuk mematuhi persetujuan-persetujuan yang telah mereka sepakati bersama. Adapun fungsi utama dari WTO adalah untuk memberikan kerangka kelembagaan bagi hubungan perdagangan antar negara anggota dalam implementasi perjanjian dan berbagai instrument hukum termasuk yang terdapat di dalam Annex Persetujuan WTO. Secara khusus, berdasarkan Pasal III Persetujuan WTO ditegaskan lima fungsi WTO yaitu : 1. Implementasi dari Persetujuan WTO, adalah untuk memfasilitasi implementasi administrasi dan pelaksanaan dari Persetujuan WTO serta perjanjian-perjanjian multilateral dan plurilateral tambahannya. PAGE 11

2. Forum untuk perundingan perdagangan, adalah untuk memberikan suatu forum tetap guna melakukan perundingan diantara anggota. Perundingan ini tidak saja menyangkut masalah/isu-isu yang telah tercakup dalam Persetujuan WTO saja, namun juga berbagai masalah/isu yang belum tercakup dalam Persetujuan WTO. 3. Penyelesaian sengketa, adalah sebagai administrasi sistem penyelesaian sengketa WTO 4. Mengawasi kebijakan perdagangan, adalah sebagai administrasi dari Mekanisme Tinjauan atas Kebijakan Perdagangan (Trade Policy Review Mechanism-TPRM) 5. Kerjasama dengan organisasi lainnya, adalah melakukan kerjasama dengan organisasi-organisasi internasional dan organisasi organisasi nonpemerintah. KEANGGOTAAN Negara anggota GATT adalah anggota WTO. Perlu dikemukakan disini bahwa istilah anggota pada GATT bukan member, tetapi contracting party. Hal ini merupakan konsekuensi dari status GATT yang sifatnya, dengan meninjau sejarah berdirinya organisasi. Karena itu pula Negara-negara yang ikut serta dalam GATT tidak tepat untuk disebut sebagai anggota karena memang sebutan anggota (member) hanya untuk menunjuk pada istilah peserta/pihak pada suatu organisasi internasional. Maka itu untuk GATT yang bukan organisasi ini, istilah yang tepat adalah contracting party. Pada dasarnya ada dua cara untuk dapat menjadi anggota WTO. Berdasarkan Pasal XXXIII GATT, suatu negara anggota dapat menjadi anggota berdasarkan prosedur normal. Untuk ini diperlukan suatu putusan dua pertiga mayoritas suara dari negara anggota. Untuk dapat menjadi anggota, maka aksesi negara tersebut harus disetujui oleh Contracting Parties. Berikut ini langkah-langkah atau proses aksesi ke WTO: 1. Permintaan resmi untuk menjadi anggota 2. Negosiasi dengan seluruh anggota WTO 3. Menyusun draft keanggotaan baru PAGE 12

4. Keputusan akhir Dalam kenyataannya untuk mendapatkan persetujuan ini tidaklah mudah. Ada cukup banyak persyaratan yang perlu dipenuhi, misalnya komitment negara tersebut mengenai kebijakan perdagangannya dan kemungkinan kebijakan perdagangan Negara pemohon di masa depan. Cara kedua adalah melalui cara sponsorship berdasarkan Pasal XXVI : 5 (C). Pasal ini ditujukan khusus terhadap Negara-negara yang baru merdeka dan sebelum merdeka, ia berada di bawah penguasaan suatu negara anggota GATT. Negara pertama yang memanfaatkan cara ini adalah Indonesia yang menjadi anggota GATT pada 1950. PRINSIP-PRINSIP GATT Most Favored Nation Prinsip ini termuat dalam Pasal 1 GATT. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar nondiskriminasi. Semua negara anggota terikat untuk memberikan negara-negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan dan kebijakan impor dan ekspor serta yang menyangkut biaya-biaya lainnya. Perlakuan yang sama tersebut harus dijalankan dengan segera dan tanpa syarat terhadap produk yang berasal atau yang diajukan kepada semua anggota GATT. Negara tidak boleh memperlakukan istimewa satu negara anggota lainnya. National Treatment Prinsip ini terdapat dalam Pasal III GATT. Menurut prinsip ini, produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri. Prinsip ini juga berlaku terhadap semua pajak dan pungutan-pungutan lainnya. Berlaku juga terhadap perundang-undangan, pengaturan dan persyaratan yang mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan, distribusi dan penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri. Prinsip ini juga memberikan perlindungan terhadap PAGE 13

proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya atau kebijakan administratif atau legislatif suatu negara. Larangan Restriksi Kuantitatif Restriksi atau larangan pembatasan kuantitatif terhadap ekspor dan impor dalam bentuk apapun pada umumnya dilarang berdasarkan Pasla IX GATT. Hal ini disebabkan karena praktek demikian mengganggu praktek perdagangan yang normal. Restriksi ini belakangan tidak begitu berkembang di negara maju. Namun, tekstil, logam dan beberapa industri produk tertentu, yang kebanyakan berasal dari negara berkembang masih sering mengalami masalah restriksi ini. Perlindungan Melalui Tarif Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif dan tidak melalui upayaupaya perdagangan lainnya. Perlindungan melalui tarif ini menunjukkan dengan jelas tingkat perlindungan yang diberikan dan masih memungkinkan adanya kompetisi yang sehat. Meskipun diperbolehkan, penggunaan tarif ini tetap tunduk pada ketentuanketentuan GATT. Misalnya saja, pengenaan tarif tersebut tidak bersifat diskriminatif dan tunduk pada komitmen tarifnya kepada GATT/WTO. Prinsip ini terdapat dalam pembukaan GATT dan berlaku dalam perundingan-perundingan tarif yang didasarkan atas dasar timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Perlakuan Khusus Terhadap Negara Berkembang Sekitar dua pertiga dari negara-negara anggota GATT adalah negaranegara berkembang yang masih berada dalam tahap awal pembangunan perekonomiannya. Untuk membantu mempercepat pembangunan mereka, pada tahun 1965 satu bagian ditambahkan dalam ketentuan GATT, yaitu Bagian IV yang terdiri dari Pasal XXXVI- XXXVIII. Tiga pasal baru tersebut dimaksudkan untuk mendorong PAGE 14

negara-negara industri dalam membantu pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang. PENUTUP Organisasi Internasional adalah kolektivitas dari entitas-entitas yang independen, kerjasama yang terorganisasi (organized cooperation) dalam bentuk yang lebih konkret. Organisasi internasional merupakan produk dari perjanjianperjanjian multilateral. Organisasi internasional memiliki unsur-unsur keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama, adanya pertemuan-pertemuan secara berkala, adanya staf yang bekerja sebagai pegawai sipil internasional, kerjasama yang ruanglingkupnya melintasi batas Negara, mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama dan Struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta melaksanakan fungsi secara berkesinambungan. Prinsip most favored nation termuat dalam Pasal 1 GATT. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar non-diskriminasi. Prinsip national treatment terdapat dalam Pasal III GATT. Menurut prinsip ini, produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri. Restriksi atau larangan pembatasan kuantitatif terhadap ekspor dan impor dalam bentuk apapun pada umumnya dilarang berdasarkan Pasla IX GATT. Prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif dan tidak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya. Terhadap negara berkembang juga diberikan perlakuan khusus. PAGE 15

Daftar Pustaka Bennet, Le Roy. International Organizations, Prentice Hall, Inc. USA, 1995 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2003, Alumni, Bandung Bowett, D.H, The Law of International Institutions, Stevens, London, 1982 Brierly, J.L, The Law of Nations, 6 th Edition, Edited by Sir Humpherly Waldock, Oxford, London, 1985 Brownly, Ian. Principles of Publik International Law, Fourth edition, Oxford University Press, 1990 -----------------, Basic Document on International Law. Clarendon Press: Oxford, 1974. Budiarto, M., Masalah Ekstradisi dan Jaminan Perlindungan atas Hak-Hak Azasi Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980. Office of Legal Affairs / TreatySection - Technical Assistance http://untreaty.un.org/ola/div_treaty_techassist.aspx?section=treaty United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 United Nation Charter Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Undang-Undang Nomor UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. PAGE 16