LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Good Governance. Etika Bisnis

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penganggaran partisipatif..., 1 Amaliah Begum, FE Universitas UI, 2009 Indonesia

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

IKHTISAR EKSEKUTIF. Ikhtisar Eksekutif

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pemerintahan Desa dan Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

PERAN SUPRADESA DALAM TATA KELOLA DESA. LEMBAGA PENELITIAN SMERU 14 Februari 2018

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

B. Maksud dan Tujuan Maksud

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012

3. Pembinaan, pengawasan dan supervisi penyelenggaraan pembentukan, pemekaran, penggabungan, dan penghapusan desa skala daerah.

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

1. Apakah yang dimaksud dengan keuangan desa? 2. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan desa?

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

1. Kebijakan 1. Penetapan kebijakan daerah. 2. Penyelenggaraan pemerintahan desa.

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

Penetapan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan skala nasional.

Penetapan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan skala nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

U. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

IKHTISAR EKSEKUTIF. Pencapaian kinerja sasaran Pemerintah Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat digambarkan sebagai berikut : iii

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

1 LOCAL LEVEL INSTITUTIONS 3: IKHTISAR TEMUAN 29 April 2014 Lily Hoo Leni Dharmawan

2 Pengantar Apa itu Studi LLI Mengapa perlu melakukan LLI3? Ikhtisar Latar Belakang Masalah yang dihadapi masyarakat desa Perubahan kapasitas Pemerintahan desa Hubungan negara - masyarakat Kesimpulan umum

3 Perubahan Kebijakan Demokratisasi Pemilihan langsung, tidak ada intervensi, batasan masa jabatan Desentralisasi (1999, 2004) Akses terhadap sumber daya langsung ke kabupaten Badan Perwakilan Desa (1999), Badan Permusyawaratan Desa (2004) Peningkatan program-program partisipatif PNPM

4 Pertanyaan Penelitian Kapasitas lokal: kemampuan untuk memecahkan masalah bersama secara kolektif 1. Kapasitas lokal apa yang ada untuk memecahkan masalah bersama? Bagaimana kapasitas ini berubah? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi variasi atau perubahan kapasitas lokal? 3. Apa dampak perubahan kapasitas lokal pada kelompok miskin dan terpinggirkan dalam masyakarat? 4. Apa hubungan antara kapasitas lokal dan pemerintah daerah? 5. Apa, jika ada, peran PNPM dalam meningkatkan kapasitas lokal dan meningkatkan kualitas pemerintah lokal?

5 Metodologi Isu-isu pokok Perbandingan Pendekatan Penelitian Metode penelitian LLI1 (1996) LLI2 (2000/2001) LLI3 (2012) Kapasitas lokal Modal sosial Pemerintahan desa Pengumpulan data kualitatif Survei rumah tangga Kapasitas lokal Modal sosial Pemerintahan desa Tanggap krisis Pengumpulan data kualitatif Survei rumah tangga Etnografi 1. Batanghari 2. Merangin 3. Banyumas 4. Wonogiri 5. Ngada Kapasitas lokal Modal sosial Pemerintahan desa Pemerintahan Kabupaten PNPM Pengumpulan data kualitatif Survei rumah tangga Kabupaten Dikunjungi (ulang) Batanghari Merangin Banyumas Wonogiri Ngada Timor Tengah Selatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Batanghari Merangin Muara Jambi Banyumas Wonogiri Ngada 7. Nagakeo Jumlah desa 48 40 20 (kual) and 40 (kuant)

6 MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI WARGA DESA

Dlm ribuan Masalah yang dialami 7 Secara keseluruhan, jumlah masalah menurun Profil berubah Permasalahan sosial hampir menghilang Permasalahan ekonomi dan pelayanan menjadi lebih sering Idiosyncratic and covariate risks meningkat Total Permasalahan yang Dialami Porsi masalah (berdasarkan jenis) 2,5 Crop Failure/Forest Fire/Livestock epidemic 2 LLI2/2001 LLI3/2012 Drinking water Infrastructure LLI2 1,5 Scarcity of land and income-generating natural resources Irrigation water 1 Gambling 0,5 Drinking/Drugs LLI3 Stealing/Looting 0 LLI Jambi Java NTT Prostitution/Pornography Sumber & Catatan: Survei rumah tangga LLI. Responden ditanya apakah salah satu dari sembilan jenis masalah terjadi di desa mereka pada tahun lalu.

Data kualitatif memperkuat gambaran yang muncul 8 FGD mengungkapkan penurunan masalah prioritas yang diidentifikasikan sendiri oleh peserta dari 10 menjadi 5 (per desa)... sementara beberapa masalah yang sebelumnya sering disebutkan mengalami penurunan prioritas... Ketersediaan lahan dan produktivitas; pekerjaan Isu-isu sosial dan politik dan yang lainnya mengalami peningkatan Harga/tingkat keuntungan Infrastruktur dan pelayanan dasar Bencana alam Apa yang sekarang penting menurut wilayah: Jambi & NTT: tingkat keuntungan (tetapi bukan produktivitas) menjadi lebih sering muncul Jawa & NTT: Masalah pengairan dan air minum memburuk Jawa & Jambi: Infrastruktur dan pelayanan

Data kualitatif memperkuat gambaran yang muncul 9 FGD mengungkapkan penurunan respon kolektif sebesar 15 poin dalam persentase... Survei rumah tangga menunjukkan penurunan 13 poin dalam persentase FGD menanyakan tentang permasalahan prioritas yang diidentifikasi sendiri oleh peserta; survei rumah tangga menanyakan permasalahan yang sudah diditentukan sementara harga/produktivitas dan pelayanan/infrastruktur kurang menimbulkan respon kolektif. Apakah ini dianggap nasib buruk perorangan? Apakah sumber dan pemecahan terdapat di luar desa? Dalam LLI2 dan LLI3 sekitar 50-60% respon kolektif berhasil Survei rumah tangga menghasilkan angka yang serupa mengenai ketidakpuasan terhadap pemerintah Masalah-masalah pengelolaan sumber daya alam kurang efektif diatasi dengan tindakan kolektif Solusi sementara telah meningkat (baik data kualitatif dan kuantitatif menunjukkan hal ini) FGD juga menunjukkan peningkatan keterlibatan pemerintah daerah dalam menanggapi / solusi. LSM dan kelompok yang tidak terkena dampak lebih sering tidak terlibat (relatif terhadap LLI2) Tindakan kolektif lebih berhasil bila pemerintah kabupaten terlibat

10 PERGESERAN KAPASITAS

Kebanyakan desa tidak mengalami perubahan dalam kapasitas 11 Total Jambi Jawa Tengah NTT tetap 9 5 2 2 menurun 6 0 5 1 meningkat 5 3 1 1 total 20 8 8 4 Sumber: LLI2 & 3 data kualitatif

12 Penurunan kapasitas Disebabkan oleh banyak faktor, sering terkait dengan... Perubahan masalah yang dilaporkan ikut menggeser sifat dan keberhasilan respon Penurunan aset Permasalahan terus menerus pada memburuknya akses ke sumber daya alam Gotong royong berkurang Pemimpin formal yang tidak responsif

13 Peningkatan kapasitas Sebagian besar didorong oleh upaya warga desa sendiri untuk meningkatkan aset - Terkadang merupakan kombinasi dengan adanya pejabat reformis dan aktor eksternal - Tidak selalu terjadi self-reinforcing spirals Total LLI2 rendah LLI2 med LLI2 tinggi tetap 9 2 3 4 menurun 6 n.a. 3 3 meningkat 5 4 1 n.a. total 20 6 7 7 Sumber: LLI2 & 3 data kualitatif

14 Perubahan kapasitas: ekonomi politik Kepala Desa relatif menguat Kepemimpinan lokal lebih banyak datang dari kepala desa; bukan oleh tokoh masyarakat lainnya Keberhasilan yang tetap rentan dalam penguasaan masyarakat atas sumber daya alam, relatif terhadap aktor eksternal Contoh dari Jambi

15 PERUBAHAN DALAM PEMERINTAHAN DESA

16 Perubahan Kepala Desa Lebih banyak kepala desa baru di LLI3: >80% vs. 70% Karakteristik: lebih tua, lebih berpendidikan, dan lebih berpengalaman dalam kepemerintahan, seluruhnya lelaki Lebih sedikit yang berusia dibawah 40 tahun Sebagian besar adalah lulusan SMA Variasi jenjang pengalaman kurang lebih sama, namun lebih banyak yang pernah menjadi kepala dusun, aktif di Karang Taruna, atau pernah menjadi Ketua RT tidak selalu menghasilkan kepala desa yang lebih baik

17 Indikator Kualitas Governance dari Kepala Desa Bekerja untuk kepentingan warga desa Transparan, partisipatif, komunikatif Mampu menjalankan keputusan yang telah diambil Bagaimana kinerja Kepala Desa dalam hal-hal ini?

18 Kualitas Governance (1) Dari semua 20 Kepala Desa dan Lurah: 50% bekerja untuk kepentingan warganya sama dengan tingkat kepuasan warga terhadap kinerja mereka 60% tidak transparan memberikan informasi keuangan hanya kepada beberapa orang 30% tidak mampu menjalankan keputusan yang sudah mereka diambil

19 Kualitas Governance (2) Dari 12 kepala desa yang diganti: 50% membaik, 30% memburuk, 20% sama buruk Dari yang tidak diganti: Sebagian besar tidak transparan, tidak partisipatif, bekerja untuk kepentingan (kelompok) sendiri mereka, tidak ada institusi penyeimbang untuk mengontrol mereka dan memastikan mereka memenuhi komitmen mereka

20 Kepala Desa Selaku Pemegang Kekuasaan Pemegang legitimasi untuk bernegosiasi dengan aktor eksternal atau otoritas yang lebih tinggi, misalnya untuk mengambil kembali tanah dan hutan adat di Jambi Membawa sumber daya untuk kepentingan desa (melalui lobi untuk berbagai proyek) Ketergantungan yang semakin tinggi terhadap kepala desa untuk menyelesaikan permasalahan

Meminta Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa Melalui pemilihan: inkumben kalah atau diberhentikan Masa di antara pemilihan: hampir tidak ada pengawasan dengan diperlemahnya BPD, kecuali di 4 desa Protes (survei rumah tangga): lebih sedikit, namun lebih banyak fokus terhadap pelayanan. 21 LLI2 LLI3 Mengungkapkan 32% 26% ketidakpuasan Sebab ketidakpuasan: Korupsi 39% 15% Pelayanan 7% 13%

22 HUBUNGAN NEGARA- MASYARAKAT

23 Hubungan Negara-Masyarakat: BPD Pengurangan otoritas BPD telah melemahkan akuntabilitas seiring meningkatnya kekuasaan Kepala Desa Desa Kapasitas Rendah: Ada sistem akuntabilitas sebentar yang terus menurun dengan pelemahan BPD Desa Kapasitas Tinggi: Bisa mempertahankan fungsi akuntabilitas BPD walaupun kebijakan formal berubah

24 Kabupaten memberikan sumber daya. dengan sedikit pengawasan, baik terhadap pelaksanaan keputusan, maupun terhadap pemerintahan desa Penerapan peraturan yang lemah dan tidak merata seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Program sudah ditentukan Alokasi didasarkan pada patronage dan koneksi Dibutuhkan lebih banyak otonomi, namun harus disertai dengan mekanisme pertanggungjawaban yang lebih kuat

25 Partisipasi Memperkuat Kapasitas yang Ada 60% LLI3: % dari proyek yang dilaporkan kurang partisipatif 50% 40% 30% 20% 10% 0% Kapasitas LLI2 capacity: LLI2: Rendah low Kapasitas LLI2 capacity: LLI2: Menengah medium Kapasitas LLI2 capacity: LLI2: Tinggi high Desa dengan kapasitas yang lebih rendah tidak mampu mengambil manfaat dari desain program partisipatif Sumber: Data Kualitatif LLI2 & 3

26 PNPM memiliki manfaat yang jelas non-pnpm PNPM Tidak puas 37% 10% Kondisi baik 32% 60% Tahu tentang biaya 32% 55% Tidak partisipatif 47% 40% Namun hanya sedikit lebih baik dalam partisipasi. Sumber: data kualitatif LLI3

KESIMPULAN 27

28 Stabilitas Institusi Tingkat Desa Peran dalam mempertahankan dan meningkatkan kapasitas Perubahan yang lebih besar terjadi melalui mediasi (demokrasi/kualitas governance, proyek-proyek partisipatif) Pola tidak melibatkan (exclusion) perempuan dalam kepemerintahan tetap bertahan

29 Kemunculan (kembali) Negara di tingkat desa Konsentrasi kekuasaan pada kepala desa Peran yang lebih tinggi dalam penyelesaian masalah Meningkatkaynya jumlah organisasi yang didirikan pemerintah (setelah sempat menurun pada masa LLI2) dalam beberapa kebijakan yang mempengaruhi kapasitas melalui aktifitas ekonomi politik Ada penguatan kontrol masyarakat terhadap sumber daya alam Peran BPD Pemilihan Kepala Desa Namun ada kekurangan daya tanggap dan pengawasan dari kabupaten Dalam menghadapi meningkatnya permasalahan dengan cakupan yang sangat besar Meningkatnya sumberdaya dan kekuasaan pada Kepala Desa Hanya sedikit LSM yang pro-aktif.