BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan banyak kerugian para stakeholder. Perusahaan energi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak pihak pemakai laporan. serta kesesuaiannya dengan prinsip prinsip akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang begitu besar bagi perekonomian dunia. Dalam hal ini auditor. antara pihak dalam dengan pihak auditor.

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan usaha suatu perusahaan merupakan salah satu indikator

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan suatu informasi yang relevan. Kenley dan Stubus (1972) dalam Saleh

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak terjadinya krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, banyak

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan tepat. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kita sebut Going Concern. Mengingat tujuan utama suatu entitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak yang paling. mengeluarkan opini going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini,

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Selain itu, juga berfungsi sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen. Berdasarkan teori agensi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976) maka dengan adanya akuntan publik atau auditor sebagai pihak ketiga yang independen wajib ada untuk menjembatani perbedaan kepentingan tersebut. Bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan bisnis di Amerika. Enron merupakan salah satu perusahaan yang terbesar dalam bidang listrik, gas alam, komunikasi dan kertas di Amerika. Pada kasus ini melibatkan banyak pihak yang berdampak cukup luas, karena adanya penipuan akuntansi sistematis, terlembaga dan direncanakan secara kreatif yang dilakukan oleh pihak manajemen dan auditor eksternal. Tucker et al., (2003) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Hasilnya, kesalahan pemberian opini yang dikeluarkan auditor tersebut membuat salah satu Kantor Akuntan Publik (big-5) yaitu Arthur Andersen terlibat dan berhenti beroperasi (Chandra, 2009). 1

Dalam pekerjaan sebagai auditor, auditor diberikan kewajiban untuk menilai kewajaran laporan keuangan dengan memberikan pendapat atau opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Sehingga laporan audit itu tidak terpisahkan dari bagian pendapat atau opini audit. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508) (IAPI, 2011), ada lima jenis pendapat auditor yaitu : 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. 2

4. Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakah bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Selain memberikan pendapat atau opini audit, auditor juga mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah suatu perusahaan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dengan periode yang pantas. Pada saat auditor menemukan kejanggalan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini audit dengan modifikasi mengenai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan pendapat wajar dengan paragraf penjelas atau tidak memberikan pendapat. Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001). Pentingnya suatu opini going concern untuk perusahaan adalah dapat mengetahui apakah yang harus dilakukan agar tetap bisa mempertahankan perusahaan tersebut. Pemilik perusahaan bisa membuat rencana (planning) 3

sehingga dapat mengatasi apakah yang menjadi kekurangan perusahaan dan mempertahankan hal-hal yang sudah baik di perusahaan tersebut.. Pentingnya opini going concern juga tidak sekedar untuk pemilik perusahaan, tetapi juga untuk para pihak eksternal seperti para investor. Dengan keputusan auditor untuk memberikan opini going concern kepada suatu perusahaan akan membuat investor berpikir apakah akan menanamkan investasinya di perusahaan tersebut, karena apabila auditor memberikan sebuah opini going concern tersebut maka perusahaan tersebut memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kebangkrutan, sehingga apabila investor menanamkan investasinya akan mempunyai peluang untuk tidak menerima keuntungan dan dividen dari perusahaan. Hal sebaliknya jika di sebuah perusahaan di nilai tidak akan mengalami kebangkrutan maka investor akan lebih mempertimbangkan untuk menanamkan investasinya di perusahaan tersebut. Pemberian opini going concern bukanlah masalah mudah yang untuk para auditor. Auditor mempunyai kesulitan yang cukup besar untuk menyatakan bahwa suatu perusahaan tersebut dinyatakan menerima sebuah opini going concern. Opini going concern yang diberikan oleh auditor menjadi penting karena digunakan sebagai bahan pertimbangan banyak pihak. Kesalahan di dalam memberikan opini akan merugikan, bagi pihak-pihak yang menggunakan informasi tersebut. Auditor harus bisa memprediksi dengan cermat dan tepat apa yang mereka teliti. Mereka juga mempunyai tanggung jawab atas opini yang mereka berikan, karena opini yang mereka berikan itu akan digunakan banyak pihak seperti para investor dan perusahaan itu sendiri. 4

Suatu perusahaan dianggap going concern apabila tidak dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual asset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestrukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain, hal yang demikian akan menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan. Ada beberapa penyebab yang menyebabkan ketidakpastiaan suatu usaha dalam mempertahankan usahanya (Chandra, 2009) : 1. Kerugian usaha yang besar dan tidak terjadi hanya sekali tetapi terjadi berulang-ulang dan kekurangan modal pada suatu usaha yang sudah ada. Jadi Pemilik atau pendiri perusahaan tidak memikirkan jangka panjang sehingga pada saat perusahaan membutuhkan tambahan modal, pemilik tidak mempunyai modal tersebut. 2. Ketidak mampuan perusahaan membayar kewajiban atau hutang pada saat jatuh tempo dalam jangka waktu pendek. 3. Adanya masalah yang tidak di prediksi seperti kehilangan pelanggan tetap, adanya bencana alam seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya dan juga seperti masalah pemburuhan yang tidak biasa. 4. Perkara pengadilan, keputusan pengadilan yang dapat membahayakan suatu perusahaan untuk menjadi sulit beroperasi bahkan dilarang melanjutkan suatu usaha nya. 5

Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko tidak dapat bertahan dalam bisnis. Pada dasarnya perusahaan ingin kelangsungan usahanya terus baik dan tidak mendapatkan opini going concern, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan opini going concern tersebut seperti pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, opinion shopping, dan reputasi kantor akuntansi publik. Pertumbuhan penjualan perusahaan menunjukkan pertumbuhan kekuatan perusahaan dalam operasinya serta mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam penelitian kali ini, pertumbuhan perusahaan di proksikan dengan Sales Growth Ratio. Sebuah perusahaan yang mempunyai sales growth positif mempunyai kecenderungan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (going concern) dan sebaliknya jika perusahaan mempunyai sales growth negatif akan sulit dapat mempertahankan usahanya (Petronela, 2004). Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang terus meningkat akan mendapatkan laba yang juga terus meningkat, sehingga dengan peningkatan laba tersebut perusahaan akan mempunyai kesempatan mempertahankan usaha lebih baik. Tingginya laba perusahaan juga bisa memberikan sinyal bahwa perusahaan tersebut akan membagikan dividen kepada para investor. Sehingga dengan adanya kemungkinan tersebut dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan sales growth ratio yang tinggi akan lebih dapat mempertahankan perusahaanya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Andi 6

(2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan dengan proksi sales growth ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Namun bertolak belakang dengan penelitian Sri (2009) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi public terhadap presiksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain (Randhyni, dkk, 2010). Opini audit tahun sebelumnya juga akan mempengaruhi perusahaan tersebut, dengan diberikannya opini going concern pada perusahaan tersebut, maka investor akan berpikir untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut sehingga perusahaan akan sulit mendapatkan modal tambahan untuk memperbaiki kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan yang sudah menerima opini going concern pada tahun sebelumnya harus melakukan perubahan agar tetap bisa melanjutkan usahanya dan tidak mengalami kebangkrutan. Opini audit tahun sebelumnya akan mempengaruhi penerimaan opini going concern. Hal tersebut di dukung oleh penelitian Randhyni, dkk (2010) 7

yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi penerimaan opini going concern. Pembuat kebijakan dalam beberapa tahun belakang megekspresikan kekhawatiran atas opinion shopping. Geiger et al. (2000) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mengalami financial disstress (kesulitan keuangan). Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini going concern. Fenomena ini disebut opinion shopping. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu: 1. Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going concern. 2. Bahkan ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan (Lely, 2012). Perusahaan yang sudah mendapatkan opini going concern cenderung untuk melakukan pergantian auditor agar dapat mendapatkan opini yang berbeda dari 8

auditor yang lain. Sehingga banyak perusahaan yang akan melakukan ancaman dan tekanan kepada auditor untuk tidak mendapatkan opini going concern agar tidak dilakukan pergantian auditor tersebut. Opinion shopping akan mempengaruhi penerimaan opini going concern. Hal ini tidak didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan yang opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Auditor diberikan kewajiban untuk menilai kewajaran laporan keuangan dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Bedasarkan reputasi kantor akuntansi publik (KAP) yang dijadikan tolak ukur adalah KAP besar di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP yang berlaku universal atau dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4) dan KAP non big 4. Perusahaan cenderung akan menggunakan jasa big four karena dinilai mempunyai kualitas yang lebih baik, dibanding non big four. Reputasi kantor akuntan publik akan mempengaruhi penerimaan opini going concern. Hal ini tidak di dukung oleh peneilitan Andi (2012) yang menyatakan bahwa reputasi kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Mengacu pada peristiwa pembekuan ijin empat akuntan publik yang terjadi pada tanggal 18 November 2002 dan kesalahan yang dilakukan oleh sejumlah KAP ketika melakukan audit terhadap laporan keuangan 38 bank beku kegiatan usaha (BBKU), peneliti mencoba mengkaji hubungan antara reputasi sebuah Kantor Akuntan Publik terhadap opini audit yang diberikan. Dalam 9

peristiwa ini, laporan audit yang dibuat oleh KAP tersebut menyatakan bahwa kondisi perbankan saat itu sangat baik, tetapi dalam kenyataannya buruk. Hal ini membuktikan bahwa KAP memiliki peranan yang penting dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sebuah Kantor Akuntan Publik harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mengenai kelangsungan hidup perusahaan klien. Seperti yang diungkapkan oleh Barnes dan Huan (1993), permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor dan dimasukkan dalam opini auditnya pada saat opini audit itu diterbitkan (Fanny,dkk, 2004). Penelitian yang dilakukan penulis adalah replikasi dari penelitian Andi Kartika (2012) yang meneliti tentang kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah 1. Tidak menggunakan 1 variabel independen yang tidak berpengaruh signifikan dari penelitian Andi Kartika (2012) yaitu kondisi keuanan perusahaan. 2. Studi empiris pada penelitian ini yaitu perusahaan industri sektor aneka industri yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2010-2012 sedangkan pada penelitian Andi Kartika (2012) studi empiris pada perusahaan manufaktur dengan periode penelitian 2006-2009. 10

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian ini adalah Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Opinion Shopping, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Penerimaan Opini Going Concern (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Periode 2010 2012). 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah dengan objek penelitian yang merupakan perusahaan industri sektor aneka industri yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian 2010-2012. Sedangkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern yaitu pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan sales growth ratio,serta opini audit tahun sebelumnya, opinion shopping, dan reputasi kantor akuntan publik di proksikan dengan variabel dummy. 1.3 Perumusan Masalah 1. Apakah faktor pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? 2. Apakah faktor opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? 3. Apakah faktor opinion shopping berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? 11

4. Apakah faktor reputasi kantor akuntan publik berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk membuktikan apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Untuk membuktikan apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 3. Untuk membuktikan apakah faktor opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going audit concern. 4. Untuk membuktikan apakah faktor reputasi kantor akuntansi publik berpengaruh terhadap penerimaan opini going audit concern. 12

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti berikutnya : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya. 2. Bagi Perusahaan Agar perusahaan mengetahui lebih dalam lagi tentang apa itu opini audit going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern 4. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan untuk berinvestasi. 13

1.6 Sistematika Penulisan Bab satu berisi tentang latar belakang masalah,,batasan masalah, rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian dan kegunaan atau manfaat penelitian yang ingin dicapai, sistematika penulisan yang menguraikan bagaimana penelitian ini dari setiap bab yang ada. Bab dua pada penelitian ini memuat landasan teori yang mencakup landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka teoritis dan hipotesis. Bab tiga membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian tersebut yang berisikan variabel penelitian, definisi operasional penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. Bab empat menguraikan deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan sehingga dapat diketahui hasil analisis yang diteliti mengenai hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan. Terakhir bab lima berisi simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian yang akan datang agar penelitian yang lebih baik di penelitian selanjutnya. 14