BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lingkungan Eksternal Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah satu industri yang mengglobal. Berdasarkan laporan The World Travel & Tourism Council (WWTC), Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pariwisata paling bagus di antara negara-negara anggota G20. WWTC memperkirakan pada 2015 Indonesia berpeluang mencapai pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 14,2 persen dan wisatawan nusantara (wisnus) sebesar 6,3 persen. Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian diperkirakan bisa mencapai 8,1 persen (Kompas, 1 April 2014). Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan WTTC menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat pertumbuhan pengunjung internasional sebanyak 15,1% dan pertumbuhan ekonomi 7,2% dalam pariwisata domestik tahun 2013. Sektor ini menyumbangkan produk domestik bruto mencapai Rp 347 triliun. Bila dibandingkan, angka itu mencapai 23 persen dari dengan total pendapatan negara yang tercantum di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013, yakni Rp 1.502 triliun, Sektor pariwisata juga menempati urutan keempat sebagai 1
penyumbang devisa negara tahun 2013 (Tempo, 6 Maret 2014). Peta pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia ini juga dapat dilihat pada table 1.1.: Tahun Tabel 1.1. Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara di Indonesia Jumlah Wisatawan Domestik Tahun 2004 2010 Perjalanan (Ribuan) Rata-Rata Lama Tinggal (Hari) Total Pengeluaran (Triliunan Rp) 2004 111.352.000 202.763 1,82 71,70 2005 112.701.000 198.359 1,76 74,72 2006 114.270.000 204.553 1,93 88,21 2007 115.335.000 222.389 1,92 108,96 2008 117.213.000 225.041 1,92 123,17 2009 119.944.000 229.731 1,92 137,91 2010 122.312.000 234.377 1,92 150,49 Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia 2011 Dari data statistik diatas menunjukkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan domestik dan pendapatan devisa pertahunnya terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Dari data kunjungan wisatawan diatas cukup membuktikan bahwa sektor pariwisata di Indonesia sudah berkembang dan telah menjadi salah satu alternatif dalam sektor ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan 2
T A H U N pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Yang menarik dari industri pariwisata adalah sektor ini memberikan multiplier effect terhadap industri lain seperti industri makanan, akomodasi, transportasi, hiburan dan pameran. Multiplier effect ini yang memancing sense of business dari kalangan swasta. Salah satu peluang bisnis yang tersedia seiring perkembangan industri pariwisata ini adalah bisnis Tour & Travel. Usaha jasa perjalanan wisata dalam bentuk Tour & Travel ini tumbuh menjamur secara signifikan. Pertumbuhan ini dapat dilihat pada statistik di tabel 1.2.: Tabel 1.2. Perkembangan Usaha Jasa Perjalanan Wisata Berskala Menengah dan Besar, Tahun 2009 2013 BPW (Biro Perjalanan Wisata) Usaha/Perusahaan Jumlah Pertumbuhan (%) Rata-rata tenaga kerja APW (Agen Perjalanan Wisata) Usaha/Perusahaan Jumlah Pertumbuhan (%) Rata-rata tenaga kerja Usaha Perjalanan Wisata (BPW + APW) Jumlah Pertumbuhan (%) 2009 655-11.00 1.159-9.00 1.814-2010 815 24.43 12.05 1.893 63.33 7.57 2.708 49.28 2011 952 16.81 12.35 1.803 4.75 6.51 2.755 1.74 2012 1,116 17.23 11.00 1.917 6.32 6.00 3.033 10.09 2013 1,120 0.36 12.00 1.918 0.05 7.00 3.038 0.16 Sumber: Statistik Jasa Perjalanan Wisata (BPS) Perkembangan bisnis tour & travel di Indonesia membuat peningkatan penawaran bisnis travel agent dengan konsep waralaba juga ikut berperan dalam perkembangan bisnis travel agent. Travel agent tidak hanya melakukan tiket penerbangan saja melainkan penawaran tiket tour wisata dengan harga terjangkau disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Biasanya travel agent melakukan kerjasama dengan maskapai penerbangan dan hotel - 3
hotel untuk penawaran paket wisatanya baik domestik maupun internasional. Menurut data Association of The Indonesian Tour & Travels Agencies (ASITA) jumlah perusahaan tur dan travel di Indonesia sudah mencapai sekitar 4.000 perusahaan, tetapi jumlah tersebut cenderung naik turun. Fluktuasi jumlah perusahaan itu karena ada perusahaan yang mampu bertahan dan sebaliknya justru tenggelam. Dari jumlah itu, anggota Asita Jakarta baru mencapai 1.400 perusahaan. Setidaknya, terdapat sekitar 1.400 perusahaan tur dan travel di Jakarta yang belum menjadi anggota lantaran terkendala beberapa hal salah satunya soal pengetahuan manfaat asosiasi (Harian Bisnis Indonesia, 21 Mei 2013). Pesatnya pertumbuhan bisnis perjalanan wisata berupa Tour & Travel ini pada akhirnya akan mempertinggi tingkat persaingan bisnis yang sejenis. Konsep, sistem, perencanaan dan inovasi akan menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah perusahaan Tour & Travel dalam proses supply and demand. Di wilayah ibu kota Jakarta, terdapat beberapa perusahan Tour & Travel yang memiliki konsep, sistem dan perencanaan yang matang sehingga menjadikannya perusahaan tour & travel besar yang kompetitif. Beberapa perusahaan tersebut diantaranya adalah Panorama Tours, Smailing Tour dan Bayu Buana Travels. Panorama Tours berdiri sejak 1998 dalam Panorama Group. Lahir dalam situasi Panorama Group yang terus tumbuh dengan cepat, Panorama Tours tumbuh dan menjadi pemimpin pasar nasional dalam masa dekade pertama beroperasi. Menjadi perusahaan manajemen perjalanan dan 4
wisata yang telah memenangkan berbagai penghargaan melalui inovasi dan perluasan ekspansi. Adikarya Wisata 2010, enam penghargaan IMAC selama 2008-2013, dua penghargaan Indonesia Tourism Award, tujuh rekor MURI dan ratusan penghargaan lainnya dari pemerintah, dewan pariwisata, lembaga independen, dsb. Terakhir, Panorama Tours dinobatkan sebagai Indonesia Leading Corporate Travel Agent pada acara Indonesia Travel & Tourism Award (ITTA) 2013/2014. Hal ini menunjukkan bahwa Panorama Tours telah menjadi salah satu pemain kuat dalam industri pariwisata. Sedangkan PT. Smailing Tour berdiri sejak 10 Juli 1976 dan sejak awal bergerak di bisnis tour & travel. Salah satu bukti dedikasinya di bisnis tour & travel, PT. Smailing Tour ditunjuk sebagai salah satu Agen Resmi Penjualan Tiket Penumpang dari IATA (International Air Transport Associatin Authorized Passengger Ticket Sales Agent) pada tahun 1979. Berbeda dengan Panorama Tour dan Smailing Tour, Bayu Buana Travels berdiri sebelumnya yakni pada tahun 1972. Hingga kini, Bayu Buana Travel memiliki 500 karyawan yang tersebar di 20 cabang di Indonesia. Selain terdaftar sebagai anggota di beberapa perusahaan tour dan travel terbaik didunia seperti IATA (International Air Transport Association), ASITA (Association of Indonesian Tours & Travel Agencies), dan PATA (Pasific Asia Travel association), Bayu Buana Travel bekerjasama dengan beberapa perusahaan penerbangan internasional seperti Singapore Airline, Cathay Pacific Airways, KLM, British Airways, Qantas, Lufthansa, Malaysian Airlines, Eva Air, Thai Airways, United Airline dan Air France. 5
Persaingan ini tambah menemukan momentumnya saat implementasi The ASEAN Free Trade Area atau AFTA pada 2014. Pada saat implementasi AFTA ini, tingkat persaingan akan semakin meningkat karena persaingan bisnis Tour & Travel tidak hanya hanya terjadi pada level domestik tetapi juga dengan perusahan luar negeri. Disinilah tingkat kematangan ide dan inovasi dari perusahaan/biro jasa perjalanan akan teruji, apakah perusahaan tersebut akan bertahan atau sebaliknya akan tenggelam. Hal tersebut menjadi tantangan bagi perusahaan tour & travel untuk mengukur kinerjanya tidak hanya dalam aspek keuangan melainkan non keuangan juga perlu sebagai wujud penilaian baik buruknya perusahaan tersebut dalam kegiatan bisnis. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting bagi perusahaan bisnis, karena dengan pengukuran kinerja ini perusahaan tersebut dapat merumuskan inovasi atau terobosan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. 1.2. Lingkungan Internal Tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan bisnis waralaba pada usaha Tour & Travel Agent akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah pemilik modal yang merambah usaha ini. Peningkatan jumlah bisnis waralaba ini dinilai disebabkan oleh besarnya peluang Indonesia dalam industri pariwisata. Peluang inilah yang kemudian memberikan tantangan bagi setiap pelaku usaha, yakni bermunculannya pesaing dalam bisnis serupa. Salah satu terobosan yang mulai banyak dilakukan oleh para pelaku usaha dibidang usaha Tour & Travel Agent ini adalah kombinasi bisnis 6
waralaba Tour & Travel Agent dengan bisnis franchise. Kombinasi bisnis ini sejauh ini mampu menarik konsumen menjadi mitra bisnis. Setiap harinya muncul para franchiser baru yang secara tidak langsung meningkatkan jumlah franchisee di pasaran, sehingga persaingan antar pelaku usaha saat ini kian meningkat. Walaupun saat ini banyak franchiser yang menawarkan investasi kemitraan dengan dukungan beberapa alat pemasaran seperti X- banner, both menarik, brosur dll, namun pada kenyataannya para mitra masih banyak yang kesulitan menghadapi ketatnya persaingan pasar ditingkat lokal yang cukup padat. Disisi lain, implementasi The ASEAN Free Trade Area atau AFTA pada 2014 dan berlakunya pasar tunggal ASEAN pada tahun 2015 mendatang akan semakin membuka peluang masuknya barang dan jasa dari sesama negara di Asia Tenggara. Terbukanya peluang masuknya barang dan jasa dari Negara lain ini akan menambah tingkat persaingan pada usaha Tour & Travel Agent ini semakin meningkat. Tanpa adanya strategi pemasaran dan inovasi model bisnis yang jitu, sebuah brand franchise pun bisa mati dan tenggelam dengan sendirinya. PT Cipta Wisata Mandiri yang sudah berdiri sejak tahun 2004 menawarkan peluang usaha kemitraan dengan brand Cipta Tour & Travel. Perusahaan yang bergerak di bidang tour & travel ini memiliki pelayanan ticketing, paket wisata dalam dan luar negeri, rental mobil, pengurusan passport & visa, serta wisata rohani umroh dan haji. Untuk mengembangkan jaringan yang luas PT. Cipta Wisata Mandiri 7
membuat sistem franchise dengan paket investasi keagenan Silver 2,5 juta, Gold 25 juta, dan Platinum 75 juta. Masing-masing paket mendapatkan fasilitas sesuai dengan yang ditetapkan dimana untuk paket Silver, member atau franchisee mendapatkan user dan login maskapai, sehingga dengan investasi 2,5 juta member sudah dapat menjadi agen ticketing dengan modal komputer yang terkoneksi dengan internet. Disamping itu perusahaan juga memberikan tutorial dalam bentuk elektronik, 2 box kartu nama, dan 1 buah banner. Sementara untuk paket Gold selain mendapat fasilitas seperti paket Silver, franchisee juga diberikan legalitas usaha untuk mempermudah melakukan kontrak kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta. Dan paket Platinum adalah paket selain mendapat fasilitas seperti paket Gold, franchisee juga dapat menjual paket Silver. Sebagai sebuah perusahaan yang terbilang baru ini, perusahan PT. Cipta Wisata Mandiri perlu melakukan serangkaian upaya untuk meningkatkan kinerja agar mampu berkompetisi di dunia bisnis Tour & Travel. Upaya peningkatan kinerja ini didasarkan pada analisis SWOT seperti yang ditunjukkan di tabel 1.3 : Tabel 1.3. Analisis SWOT PT. Cipta Tour & Travel Strenghts S1 Lokasi yang cukup strategis S2 Manajemen yang baik S3 Pelayanan yang ramah S4 Mampu untuk memberikan harga yang bersaing Weaknesses W1 Perusahaan masih baru sehingga belum cukup dikenal oleh publik W2 Karena masih tergolong baru, jadi jatah tiket yang didapat pun sedikit 8
W3 Tour guide yang masih kurang berpengalaman W4 Kurangnya pemakaian teknologi informasi secara maksimal Opportunities O1 Mulai memasuki dunia bisnis yang global O2 Meningkatnya masyarakat ingin refreshing O3 Semakin banyaknya hari libur O4 Terjadi kerusuhan Threats Persaingan yang ketat dari perusahaan besar lainnya, yang sudah T1 lebih terkenal T2 Menjamurnya perusahaan sejenis Pemesanan tiket sudah bisa secara online (untuk maskapai T3 penerbangan tertentu) T4 Maskapai penerbangan yang mempunyai hotline sendiri Sumber: Hasil elaborasi wawancara dengan Manajer Marketing PT. Cipta Wisata Mandiri Tahun 2014. Dalam wawancaranya pada tanggal 24 November 2014, manajer marketing PT. Cipta Wisata Mandiri menjelaskan bahwa secara internal perusahaan yang berkantor di Grand ITC Permata Hijau Lt. 1 Blok C 19 No. 22, Jl. Arteri Permata Hijau Jakarta Selatan ini sudah mampu menjalankan perusahaan sesuai standart operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Dengan dukungan pelayanan yang ramah, perusahaan menawarkan biaya perjalanan yang terjangkau. Akan tetapi, karena masih tergolong perusahaan baru, PT. Cipta Wisata Mandiri belum dikenal oleh masyarakat luas dan jatah tiket yang terbatas. Ditambah lagi, karyawan yang masih tergolong baru dan masih kurang berpengalaman. Sedangkan dari sisi pemasaran, perusahaan masih menggunakan cara-cara sederhana yakni melalui jaringan perkenalan teman atau keluarga saja. Secara eksternal, bisnis tour & travel ini semakin banyak diminati dan jadi pilihan pebisnis pemula yang ingin merambah dunia bisnis. Fenomena 9
menjamurnya bisnis tour & travel ini berangkat dari kecenderungan orang untuk melakukan refreshing dari penatnya dunia kerja. Kecenderungan untuk refreshing ini semakin kuat karena banyaknya hari libur kerja dan seringnya terjadi kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Disamping itu, berlakunya pasar tunggal ASEAN pada tahun 2015 yang membuka peluang masuknya barang dan jasa dari sesama negara di Asia Tenggara akan menjadi tantangan bagi perusahaan tour & travel. Tantangan ini semakin tinggi setelah beberapa maskapai penerbangan memiliki hotline sendiri dan melayani pemesanan tiket secara online. 1.3. Rumusan Masalah Kondisi internal perusahaan menunjukkan bahwa PT. Cipta Wisata Mandiri masih tergolong baru dan masih menggunakan cara-cara sederhana yakni melalui jaringan perkenalan teman atau keluarga saja. Sedangkan kondisi eksternal perusahaan menunjukkan tingkat persaingan yang semakin tinggi dikarenakan semakin banyaknya peminat atau pebisnis pemula yang merambah bisnis tour & travel. Berdasarkan kondisi internal dan eksternal inilah, terdapat kebutuhan untuk mengembangkan model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri dalam berkompetisi di dunia bisnis tour & travel. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menyusun pengembangan model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri. 10
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian pada tesis ini ditujukan untuk manajemen PT. Cipta Wisata Mandiri yang bisa dijadikan masukan untuk pengembangan kreatifitas dan inovasi bagi PT. Cipta Wisata Mandiri. Tesis ini juga diharapkan menjadi referensi tentang pentingnya pengembangan model bisnis khususnya dalam bisnis tour & travel. 1.6. Sistematika Penelitian Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah Pendahuluan, yang berisi tentang lingkungan eksternal dan internal bisnis tour & travel; Rumusan masalah dan tujuan penelitian. Bab II adalah kerangka teoritis. Bab ini memuat teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Sedangkan Bab III berisi tentang metode penelitian yang mencakup unit analisis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data, responden dan tahap penelitian. Kemudian bab IV berisi tentang model bisnis dasar dan inovasi baru yang dapat dikembangkan dari model bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri. Akhirnya, bab V berisi tentang model dan inovasi pengembangan bisnis PT. Cipta Wisata Mandiri yang memungkinkan dilakukan untuk bertahan dalam kompetisi bisnis yang lebih kompetitif. 11