BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

Latar Belakang Masalah. 1. Keuangan Perusahaan 2. Laporan Keuangan 3. Penilaian Kinerja Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. skripsi ini, mengggunakan buku acuan Manajemen Keuangan: Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

BAB V PENUTUP. Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

ANALISIS KINERJA LAPORAN KEUANGAN PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. CATUR PUTRI LUTPIANDARI Reni Diah Kusumawati, SE.

BAB 5 PENUTUP. kinerja keuangan PT. Fastfood Indonesia, Tbk dan PT. Pioneerindo Gourmet

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. JAKARTA SETIABUDI INTERNATIONAL TBK

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II URAIAN TEORITIS

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam

Analisa Rasio Keuangan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Pada PT. Bukit Asam, Tbk

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha.

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

Kajian lissensi 1 juni 2010 FEB UIN JAKARTA

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

BAB 5 PENUTUP. keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun , dapat ditarik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL,Tbk (PERIODE )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang. yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.

ABSTRAK : Tujuan penelitian, ialah untuk mengetahui pada perusahaan semen yang terdaftar di

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. By: Budi Setiawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO KEUANGAN PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY TBK. BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PERIODE

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Likuiditas Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Lancar (Current Ratio) dan Rasio Cepat (Quick Test Ratio). 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Tabel 4.1 Perhitungan Rasio Lancar PERIODE TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 Aktiva Lancar Kewajiban Lancar 6.961.662.223 4.099.274.365 9.396.095.848 5.868.983.254 11.416.711.618 6.344.021.350 17.396.847.503 8.478.656.485 22.824.194.657 9.928.553.878 RATIO PERTUMBUHAN 170% 160% 180% 205% 230% - -10% 20% 25% 25% 46

47 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 1,70 pada tahun 2006 dan Rp. 1,60 pada tahun 2007. Terjadi penurunan sebesar 10% di tahun 2007, ini disebabkan adanya penambahan kredit bank oleh perusahaan sebesar Rp.2.620.000.000,- (dua milyar enam ratus dua puluh juta rupiah) yang dipakai untuk investasi mesin dan pembelian persediaan. b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 2,05 pada tahun 2009 dan Rp.2,30 Pada tahun 2010. Terjadi peningkatan rasio yang cukup signifikan sebesar 25% di tahun 2009, ini merupakan salah satu dampak positif dari kebijakan keuangan baru yang mulai dijalankan setelah sertifikasi. Kebijakan keuangan ini salah satunya berkaitan dengan prosedur permintaan kas yang harus secara detil dijelaskan kegunaan dan seberapa besar tingkat pengembalian yang akan diperoleh. Peningkatan rasio juga terjadi pada tahun 2010 sebesar 25% dari nilai rasio tahun 2009, meskipun kembali ada penambahan kredit bank oleh perusahaan sebesar Rp. 2.385.000.000,- (dua milyar tiga ratus delapan puluh lima juta rupiah). Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancar dari aktiva lancarnya semakin baik. Rasio lancar dikatakan aman jika nilainya diatas, berarti

48 perusahaan selama 4 tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 memiliki rasio lancar yang aman, karena pembayaran kewajiban lancar perusahaan dapat dipenuhi dari aktiva lancar. 2. Rasio Cepat (Quick Test Ratio) Tabel 4.2 Perhitungan Rasio Cepat Aktiva Lancar - Persediaan PERTUMB PERIODE TAHUN RATIO Kewajiban Lancar UHAN 6.961.662.223-2.788.976.542 2006 102% - 4.099.274.365 9.396.095.848-2.885.442.198 2007 111% 9% 5.868.983.254 11.416.711.618-2.897.654.876 2008 134% 23% 6.344.021.350 17.396.847.503-4.119.876.548 2009 157% 22% 8.478.656.485 22.824.194.657-6.098.767.558 2010 168% 12% 9.928.553.878 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp. 1,02 pada tahun 2006 dan sebesar Rp. 1,11 pada tahun 2007.

49 Hal ini menunjukkan perusahaan berada dalam posisi aman karena mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menutup kewajiban lancarnya dari aktiva lancar yang dimiliki tanpa memperhitungkan persediaan. b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp. 1,57 di tahun 2009 dan Rp. 1,68 di tahun 2010. Terjadi kenaikan sebesar 22% di tahun 2009 yang sebelumnya juga naik 23% pada tahun 2008 masa penerapan ISO, dan kembali naik 12% di tahun 2010 di banding rasio tahun 2007, ini dapat diartikan perusahaan berhasil menerapkan kebijakan keuangan yang baru setelah sertifikasi ISO 9001:2008. B. Analisis Rasio Aktivitas ( Activity Ratio) Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Rasio ini menggambarkan seluruh aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya, baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.

50 1. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over / RTO) Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Penjualan PERTUMB PERIODE TAHUN 1 kali RATIO Rata-rata Piutang UHAN 19.738.569.680 2006 1 kali 9,37 38 Hari 2.106.570.937 20.001.376.512 2007 1 kali 6,93 52 Hari 2.887.120.997 20.707.037.394 2008 1 kali 7,20 50 Hari 2.876.543.261 26.316.218.682 2009 1 kali 7,46 48 Hari 3.527.643.255 35.191.698.474 2010 1 kali 7,49 48 Hari 4.698.491.118 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Perusahaan berhasil menagih piutang kurang lebih 38 hari (360 hari dibagi 9,37) pada tahun 2006 dan kurang lebih 52 hari (360 hari dibagi 6,93) pada tahun 2007 dihitung dari tanggal pengiriman tagihan yang diterbitkan. Kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan adalah 45 hari dari tanggal tagihan, ini berarti proses penagihan tahun 2006 lebih cepat dari kebijakan

51 kredit yang telah ditetapkan. Tetapi pada tahun 2007 terjadi penurunan tingkat rasio sebesar 2,44 kali dari tahun 2006 yang artinya perusahaan harus lebih aktif lagi memonitor tagihan-tagihannya. b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Dapat dilihat pada tahun 2009 dan tahun 2010, perusahaan berhasil menagih piutang kurang lebih 48 hari dari tanggal pengiriman tagihan, ini berarti perusahaan bisa melakukan penagihan piutang lebih cepat dari jangka waktu kredit yang telah ditetapkan. 2. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over / ITO ) Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan Harga Pokok Penjualan PERIODE TAHUN 1 kali RATIO PERTUMB Rata-rata Persediaan UHAN 12.207.200.485 2006 1 kali 4,95 73 Hari 2.466.101.108 12.966.046.821 2007 1 kali 4,57 79 Hari 2.837.209.370 13.003.216.547 2008 1 kali 4,50 80 Hari 2.891.548.537 16.561.374.161 2009 1 kali 4,72 76 Hari 3.508.765.712 24.626.932.295 2010 1 kali 4,82 75 Hari 5.109.322.053

52 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Perlu diketahui, persediaan yang dimaksud adalah persediaan material dan bahan penunjang serta pelumas dimana mempunyai masa kadaluarsa yang panjang. Perusahaan dalam produksinya juga hanya berdasarkan pesanan dimana tidak semua pesanan dapat dikerjakan dengan menggunakan persediaan yang ada (akan dilakukan pembelian jika perusahaan tidak mempunyai stok material). Dari penjelasan diatas, hasil perhitungan bisa diartikan bahwa perusahaan berhasil mengubah persediaan menjadi penjualan dalam kurun waktu kurang lebih 73 hari (360 hari dibagi 4,95) pada tahun 2006 dan kurang lebih 79 hari (360 hari dibagi 4,57) pada tahun 2007 dihitung dari tanggal pembelian persediaan. b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Perusahaan berhasil mengubah persediaan menjadi penjualan dalam kurun waktu kurang lebih 76 hari (360 hari dibagi 4,72) pada tahun 2009 dan kurang lebih 75 hari (360 hari dibagi 4,82) pada tahun 2010 dihitung dari tanggal pembelian persediaan. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya nilai persediaan di tahun 2009 dan 2010.

53 3. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over / TATO) Tabel 4.5 Perhitungan Rasio Perputaran Total Aktiva Penjualan PERIODE TAHUN 1 kali RATIO PERTUM Rata-rata Total Aktiva BUHAN 19.738.569.680 2006 1 kali 1,26 - kali 15.604.086.297 20.001.376.512 2007 1 kali 1,10-0,16 kali 18.112.936.434 20.707.037.394 2008 1 kali 1,01-0,09 kali 20.438.025.063 26.316.218.682 2009 1 kali 1,02 0,01 kali 25.837.055.048 35.191.698.474 2010 1 kali 1,02 0,00 kali 34.524.916.739 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Perusahaan berhasil melakukan perputaran aktiva untuk menghasilkan penjualan sebanyak 1,26 kali pada tahun 2006 dan 1,10 kali pada tahun 2007. Dapat dianalisis pada tahun 2007 nilai TATO mengalami penurunan yang artinya kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan kurang baik dibandingkan dengan tahun 2006. Hal ini dikarenakan perusahaan mulai melakukan ekspansi usaha yang tidak segera dapat menghasilkan tambahan penjualan.

54 b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Perusahaan berhasil melakukan perputaran aktiva untuk menghasilkan penjualan sebanyak 1,02 kali pada tahun 2009 dan 1,02 kali pada tahun 2010. Nilai TATO mengalami penurunan sebesar 0,10 kali dibandingkan tahun 2007, ini karena perusahaan masih melakukan ekspansi usaha. Meskipun rasio tidak mengalami kenaikan pada tahun 2009 ke tahun 2010 namun tetap stabil. Dapat dianalisis sesudah menerima sertifikasi Sistem Manajemen Mutu serta ekspansi usaha yang tepat, perusahaan mulai bisa meningkatkan penjualan meskipun nilai TATO tetap saja masih rendah dibanding nilai TATO tahun 2006 dan 2007. Tetapi dilihat dari nilai TATO diatas nilai 1 berarti perusahaan masih berada diatas standar perusahaan produktif, karena nilai TATO yang baik bagi perusahaan yang produktif adalah diatas nilai 1. Meskipun demikian, perusahaan harus lebih meningkatkan penjualan agar perputaran nilai total aktiva menjadi lebih efektif. C. Analisis Rasio Solvabilitas Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Analisis ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

55 1. Rasio Hutang atas Aktiva (Debt to Asset Ratio / DAR ) Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Hutang atas Aktiva PERIODE TAHUN Total Hutang Total Aktiva RATIO PERTUMB UHAN 2006 2007 2008 2009 2010 8.650.368.210 16.862.637.335 9.984.690.959 19.363.235.533 11.431.866.348 21.512.814.593 16.103.210.442 30.161.295.502 21.458.215.139 38.888.537.976 51% 52% 53% 53% 55% - 1% 1% 0% 2% a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 aktiva dapat menjamin hutang sebesar Rp. 0,51 di tahun 2006 dan sebesar Rp. 0,52 di tahun 2007. Terjadi kenaikan nilai rasio pada tahun 2007 sebesar 1%, ini dikarenakan adanya penambahan kredit dari bank sebesar Rp. 2.620.000.000,- (dua milyar enam ratus dua puluh juta rupiah). Meskipun demikian, perusahaan masih berada dalam posisi yang aman karena nilai hutang masih kecil dari total aktiva.

56 b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 aktiva dapat menjamin hutang sebesar Rp. 0,53 di tahun 2009 dan sebesar Rp. 0,55 ditahun 2010. Pasca sertfikasi terjadi peningkatan nilai rasio sebesar 2% meskipun ada penambahan kredit bank sebesar Rp. 2.385.000.000,- (dua milyar tiga ratus delapan puluh lima juta rupiah) di tahun 2009, yang artinya perusahaan menjadi lebih aman. Hal ini juga menunjukkan perusahaan berhasil menggunakan aktiva secara efektif. Ini bisa dilihat dengan meningkatnya omzet penjualan dan laba yang secara otomatis menambah total aktiva perusahaan. 2. Rasio Hutang atas Modal (Debt to Equity Ratio / DER ) Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Hutang atas Modal PERIODE TAHUN Total Hutang Modal (Ekuitas) RATIO PERTUMB UHAN 2006 2007 2008 2009 2010 8.650.368.210 8.212.269.125 9.984.690.959 9.378.544.574 11.431.866.348 10.080.948.245 16.103.210.442 14.058.085.060 21.458.215.139 17.430.322.837 105% 106% 113% 115% 123% - 1% 7% 2% 8%

57 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 modal dapat menjamin hutang sebesar Rp. 1,05 di tahun 2006 dan sebesar Rp. 1,06 di tahun 2007. Terjadi kenaikan nilai rasio pada tahun 2007 sebrsar 1%, ini dikarenakan adanya penambahan kredit dari bank sebesar Rp. 2.620.000.000,- (dua milyar enam ratus dua puluh juta rupiah). Meskipun demikian, perusahaan masih berada pada posisi yang aman karena nilai hutang masih lebih kecil dari modal. b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 modal dapat menjamin hutang sebesar Rp. 1,15 di tahun 2009 dan sebesar Rp. 1,23 di tahun 2010. Pasca sertifikasi Sistem Manajemen Mutu terjadi peningkatan nilai rasio sebesar 2% pada tahun 2009 dan 8% pada tahun 2010 dari nilai rasio tahun 2007, walaupun ada penambahan kredit bank sebesar Rp. 2.385.000.000,- (dua milyar tiga ratus delapan puluh lima juta rupiah) di tahun 2009, yang artinya perusahaan menjadi lebih aman. Perusahaan menunjukkan perkembangan yang positif dengan meningkatnya penjualan dan laba sehingga porsi modal perusahaan menjadi bertambah.

58 D. Analisis Rasio Profitabilitas Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva dan modal. Sehingga semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaaan berarti semakin baik. 1. Marjin Laba Bersih ( Net Profit Margin ) Tabel 4.8 Perhitungan Marjin Laba Bersih Laba Bersih PERTUMB PERIODE TAHUN RATIO Penjualan UHAN 835.392.238 2006 4% - 19.738.569.680 890.856.929 2007 4% 0% 20.001.376.512 1.048.523.696 2008 5% 1% 20.707.037.394 1.790.506.282 2009 7% 2% 26.316.218.682 2.465.707.034 2010 7% 0% 35.191.698.474

59 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 penjualan mendapatkan laba bersih sebesar Rp. 0,04 pada tahun 2006 dan begitu pula pada tahun 2007. Tidak ada peningkatan pada tahun 2007 padahal penjualan mengalami kenaikan, hal ini disebabkan beban usaha yang mengalami kenaikan serta bertambahnya beban bunga karena adanya tambahan kredit dari bank sebesar Rp. 2.620.000.000,- (dua milyar enam ratus dua puluh juta rupiah). b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 penjualan mendapatkan laba bersih sebesar Rp. 0,07 di tahun 2009, dan sebesar Rp. 0,07 di tahun 2010. Pasca memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, penjualan meningkat cukup signifikan sehingga laba bersih juga meningkat. Komitmen perusahaan akan jaminan kepuasan pelanggan sesuai dengan prinsip membuat pelanggan semakin yakin untuk melakukan new order ataupun repeat order.

60 2. Hasil Pengembalian atas Total Aktiva ( Return On Asset / ROA ) Tabel 4.9 Perhitungan ROA PERIODE TAHUN Laba Bersih Total Aktiva RATIO PERTUM BUHAN 2006 2007 2008 2009 2010 835.392.238 16.862.637.335 890.856.929 19.363.235.533 1.048.523.696 21.512.814.593 1.790.506.282 30.161.295.502 2.465.707.034 38.888.537.976 5% 5% 5% 6% 6% - 0% 0% 1% 0% a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,05 pada tahun 2006 dan 2007. ROA menunjukkan angka yang stabil, tidak ada kenaikan ataupun penurunan. Dapat diartikan bahwa perputaran aktiva sudah cukup baik sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal.

61 b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,06 di tahun 2009, dan sebesar Rp. 0,06 di tahun 2010. Perkembangan positif mulai terjadi pada tahun ke-2 pasca sertifikasi yaitu kenaikan sebesar 1% di tahun 2009, ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam perputaran aktiva untuk memperoleh laba menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. 3. Hasil Pengembalian atas Ekuitas ( Return On Equity / ROE ) Tabel 4.10 Perhitungan ROE Laba Bersih PERTUMB PERIODE TAHUN RATIO Ekuitas UHAN 835.392.238 2006 10% - 8.212.269.125 890.856.929 2007 9% -1% 9.378.544.574 1.048.523.696 2008 10% 1% 10.080.948.245 1.790.506.282 2009 13% 2% 14.058.085.060 2.465.707.034 2010 14% 1% 17.430.322.837

62 a. Sebelum memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 modal pemilik mendapatkan laba bersih sebesar Rp. 0,10 pada tahun 2006 dan sebesar Rp. 0,09 pada tahun 2007. ROE mengalami penurunan sebesar 1% di tahun 2007, ini berarti kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba diukur dari modal pemilik tidak lebih baik dari tahun 2006. b. Sesudah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Setiap Rp. 1 modal pemilik mendapatkan laba bersih sebesar Rp. 0,13 di tahun 2009, dan sebesar 0,14 di tahun 2010. Perkembangan positif mulai terjadi pada tahun ke-2 pasca sertifikasi yaitu kenaikan sebesar 2% pada tahun 2009 dan kembali terjadi kenaikan sebesar 1% pada tahun 2010, ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba diukur dari modal pemilik menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya.