2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

REPRESENTASI GAYA BERBUSANA SEBAGAI SIMBOL KELAS SOSIAL DALAM FILM THE GREAT GATSBY SKRIPSI. Disusun Oleh: NOVIANA FAKUTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan


BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM THE DEVIL WEARS PRADA DAN CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB IV PENUTUP. kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce)

( dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan representasi diskriminasi agama Islam di balik teks media yang

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

Semiotika I. Disusun Oleh: Muhammad Kafrawi, S.S., M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi. 1. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana media massa pada umumnya, film menjadi cermin atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Busana adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas. Dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari yang lain, dan selanjutnya, diidentifikasi sebagai suatu kelompok tertentu. Busana a yang kita pakai bisa menampilkan pelbagai fungsi. Sebagai bentuk komunikasi, busana bisa menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat nonverbal. Busana a bisa melindungi kita dari cuaca yang buruk atau dalam olahraga tetentu dari kemungkinan cedera. Selain dilihat dari segi keindahan dari rupa busana yang dipakai, i, sebenarnya banyak makna atau simbol berdiri di belakangnya yang dapat berkesinambungan dengan latar belakang atau gaya hidup si pemakai gaya busana tertentu. Pemilihan warna, potongan, penggunaa bahan tertentu, tentu menjadi indikator yang paling jelas mengapa busana dapat dijadikan simbol dari suatu latar belakang atau gaya hidup seorang individu. Orang akan membuat kesimpulan tentang siapa seorang individu sebagian juga lewat apa yang ia pakai. Apakah kesimpulan tersebut terbukti akurat atau tidak, tak ayal ia akan memengaruhi pikiran orang tentang seorang individu dan bagaimana mereka bersikap pada individu tersebut. Kelas sosial, keseriusan atau kesantaian, keglamoran atau keeleganan, sense of style, dan bahkan mungkin kreativitas seorang individu akan dinilai sebagian dari caranya berbusana. Gaya berbusana 1

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak dilakukan dari pelbagai perspektif. Gaya berbusana dan fashion pun digunakan untuk menunjukkan atau mendefinisikan peran sosial yang dimiliki seseorang. Gaya berbusana itu diambil sebagai tanda bagi orang tertentu yang menjalankan peran tertentu pula sehingga diharapkan berperilaku dalam cara tertentu. Sudah dikemukakan bahwa pakaian yang berbeda, dan jenis pakaian yang berbeda, yang dikenakan oleh orang yang berbeda memungkinkan adanya interaksi sosial yang berlangsung mulus dibandingkan ingkan kebalikannya. Dengan demikian, cara lain melihat relasi antara peran sosial dan fashion atau gaya busana adalah melihat gaya busana ketika seorang individu membuat ketimpangan dalam peran sosial itu tampak alamiah atau pantas. Selain dari peran sosial, hal lain yang dapat ditilik dari gaya berbusana adalah kelas sosial seseorang. Orang kerap membuat penilaian terhadap nilai sosial sial atau status orang lain berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut. Menurut beberapa pandangan Marxis, bisa diklaim bahwa fashion dan gaya berbusana hanya cara tempat mengekspresikan dan merefleksikan identitas kelas; bahwa seorang manusia adalah pertama-pertama merupakan anggota satu kelas sosial dan kemudian mengkomunikasikan keanggotaannya lewat fashion dan pakaian. Beberapa pandangan marxis mereduksi fashion dan gaya busana

3 menjadi epifenomena ekonomi. Mereka menjelaskan fashion dan pakaian sebagai aktifitas sekunder dan sepenuhnya bergantung pada ekonomi. 1 Dalam konteks me-representasikan kelas sosial melalui gaya berbusana, film The Great Gatsby merupakan salah satu film internasional yang sukses mempresentasikan bagaimana gaya berbusana sangat berpengaruh terhadap pencitraan atau image dari suatu kelas sosial, khususnya kalangan dari kelas sosial atas (borjuis). The Great Gatsby yang dirilis pada tahun 2013 telah berhasil merepresentasi esentasi kepada audiens mengenai kehidupan para sosialita kelas atas pada tahun 1920-an di Amerika. Seusai Perang Dunia I, didukung oleh kemakmuran ekonomi, generasi muda dinegeri Amerika masuk kedalam gaya hidup hedonis dan materialistis, persis kehidupan karakter Jay Gatsby dalam film ini. Melalui realita yang digambarkan film ini, kita bisa mempelajari bagaimana sebuah simbol, yang dalam kasus ini menjelaskan kelas sosial yang dimiliki i seseorang, dapat menjadi sesuatu yang menarik untuk diamati karena sebuah simbol sendiri berdiri mewakili beberapa aspek yang dapat di implikasikan dengan aspek-aspek lainnya. Simbol gaya busana sebagai penanda kelas sosial dalam film The Great Gatsby memberi informasi dan menjadi media pembelajaran tersendiri terkait fenomena kehidupan dan kelas sosial. Selain itu, dalam film ini kita seolah dibawa kedalam ruang dan waktu pada setting tahun 1920-an. Kita diperkenalkan dengan gaya hidup kelas atas pada era tersebut yang notabene dipenuhi dengan keglamoran, pesta, dan alkohol. 1 Malcolm Barnard, Fashion sebagai Komunikasi, Bandung : Jalasutra. 1996. Hlm. 145

4 Selain sukses dengan isi cerita dan visual yang penuh makna, The Great Gatsby yang disutradarai oleh Baz Luhrmann juga mendapatkan berbagai hal pestigious lain seperti pendapatan, banyaknya jumlah penonton di berbagai negara, dan awarding di berbagai ajang penghargaan intenasional. Untuk jumlah pendapatannya sendiri, film bergenre drama romansa yang menghabiskan biaya produksi sebesar $105 juta ini mendapatkan $142 juta untuk pemutaran filmnya di Amerika serikat dan mendapat $321 juta untuk pemutarannya di seluruh dunia. Hal ini i membuat The Great Gatsby menjadi salah satu film berpendapatan terbesar r dari sembilan film yang dirilis pada tahun 2013, dan menempati urutan ke tujuh di seluruh dunia. Selain itu The Great Gatsby juga mendapatkan jumlah penonton yang cukup besar diberbagai negara, khususnya Australia dan Amerika. Meski awalnya banyak yang meragukan kesuksesan film yang diadaptasi dari novel F. Scott Fitzgerald ini, namun The Great Gatsby membuktikan kesuksesanya esanya dengan diraihnya berbagai penghargaan di ajang penghargaan international. tional. The Great Gatsby berhasil menjadi film pembuka dan masuk dalam nominasi Cannes Film Festival di tahun 2014. Sedangkan penghargaan paling bergengsi gsi yang didapatkan oleh film The Great Gatsby adalah diraihnya dua penghargaan dalam ajang penghargaan yang diadakan oleh Academy of Motion Pictures Arts and Sciences atau biasa dijuluki Academy Award atau piala Oscar, pada tahun 2014. Dalam ajang penghargaan tersebut The Great Gatsby meraih dua piala Oscar masing-masing untuk kategori Tata Busana terbaik dan Desain Produksi terbaik. Dua penghargaan tersebut berhasil mengukuhkan film The Great Gatsby sebagai salah satu film berprestasi, karena ajang penghargaan Oscar

5 merupakan ajang penghargaan paling bergengsi bagi insan perfilman dunia sehingga dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu film. 2 Berbagai kesuksesan inilah yang membuat film The Great Gatsby menarik perhatian peneliti untuk dapat meneliti lebih lanjut dan lebih dalam, terlebih cerita di dalam film ini yang menggambarkan bagaimana suatu kelas sosial mendominasi kehidupan ditengah masyarakat, juga didasarkan pada realita kehidupan masyarakat Amerika pada era 1920-an. Selain kesuksesan yang diraih dalam beberapa penghargaan, alasan mengapa film ini layak untuk diteliti adalah karena peneliti melihat bagaimana peran busana sebagai perpanjangan tubuh manusia digambarkan dengan baik dalam film ini. Terlihat jelas, bahwa dari satu penampilan seseorang tersimpan banyak makna yang dapat kita kaitkan dengan aspek-aspek penting kehidupan manusia a diluar ranah fashion. Dengan kata lain, busana dapat membawa kita untuk mempelajari hal-hal lain yang mungkin tidak dapat dilihat sekilas saja, namun membutuhkan pemahaman dan perspektif yang baik. Untuk mengkaji berbagai simbol terkait gaya berbusana yang dapat menjadi alat identifikasi kelas sosial seseorang dalam film The Great Gatsby, pendekatan semiotika Roland Barthes menjadi pendekatan yang paling tepat dalam menguraikan simbol-simbol yang ada. Hal ini karena Roland Barthes sebagai salah satu tokoh semiotik melihat signifikasi (tanda) sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah terstruktur, dan mengacu kepada teori semiotika Saussure dengan meyelidiki hubungan antara penanda dan 2 http://www.people.com/20/4/14/the-first-celebrity-portal/

6 petanda pada sebuah tanda. Signifikasi tersebut tidak terbatas pada bahasa saja, tetapi terdapat pula hal-hal yang bukan bahasa. Barthes menganggap pada kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula. Barthes juga mengungkapkan adanya peran pembaca (the reader) dengan tanda yang dimaknainya. Dalam pendekatan semiotika Roland Barthes, tidak hanya karya sastra yang dapat dikaji, namun juga merambah ke pelbagai gejala sosial lainnya seperti mode, foto, dan film. Pengkajian semiotika Roland Barthes tidak sebatas memahami proses penandaan, aan, tetapi dia juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) adalah istilah lain yang dipergunakan oleh Barthes untuk ideologi yang dipakai, dan merupakan level tertinggi gi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang hidup dalam sebuah kebudayaan. Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat. Hal inilah yang membuat pendekatan semiotika Roland Barthes sangat tepat untuk mengurai peran gaya berbusana sebagai simbol kelas sosial dalam film The Great Gatsby. Semiotika Roland Barthes mampu mengurai simbol atau berbagai petanda yang ada dengan lebih spesifik dan ekplisit disertai dengan berbagai alasan mengapa simbol tersebut dapat terbentuk. Pada akhirnya, semua proses penandaan hingga terciptanya kognisi dibenak masyarakat dikorelasikan dengan gaya hidup dan mitos atau kepercayaan yang

7 dipegang suatu budaya dalam masyarakat yang memang dalam film The Great Gatsby digambarkan secara tersirat. 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini menjabarkan bagaimana sebuah simbol yang berkenaan dengan aspek penting dalam kehidupan manusia dapat kita petik dan pelajari dari sebuah film. Film The Great Gatsby mengajarkan pada kita, bagaimana manusia sesungguhnya guhnya baik dalam keadaan sadar maupun tidak, telah mengidentifikasikan dirinya kedalam suatu kelas sosial tertentu melalui busana yang ia kenakan. Dengan sangat jelas, film The Great Gatsby memberitahu kita bagaimana wanita-wanita Amerika di era 1920-an merepresentasi kelas sosialnya melalui busana yang lebih spesifik disiratkan lewat pemilihan warna, potongannya, dan pemilihan bahan untuk busana yang dikenakan. Dari sinilah analisis semiotika Roland Bhartes akan bermain bersama simbol-simbol tersebut, mengkajinya dan menciptakan suatu perspektif kritis mengenai keterkaitan gaya busana dengan kelas sosial dalam kehidupan masyarakat luas. Maka berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian tersebut, fokus dari penelitian ini adalah Bagaimana Representasi Gaya Berbusana sebagai Simbol Kelas Sosial dalam Film The Great Gatsby (Analisis Semiotika Roland Barthes)?

8 1.3 Identifikasi Masalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana gaya busana atau fashion mempresentasikan kelas sosial seseorang atau kelompok dalam film The Great Gatsby. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Representasi Gaya Berbusana sebagai Simbol Kelas Sosial dalam Film The Great Gatsby dengan Analisis s Semiotka Roland Barthes. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur baru mengenai nai penelitian semiotika, khususnya penelitian semiotika dengan pendekatan Roland Barthes yang mengurai berbagai simbol dibalik gaya berbusana yang diterapkan pada suatu masyarakat atau budaya. Selain itu, penelitian ian ini juga bertujuan untuk memberikan uraian secara mendalam mengenai gaya berbusana yang dapat diimplikasikan dengan kelas sosial tertentu, dengan mengambil contoh pemaknaan atau simbol yang digambarkan dalam film The Great Gatsby.

9 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi: 1. Para Insan Perfilman Agar dapat memberikan konten berbobot yang lebih menggambarkan bagaimana suatu budaya atau tradisi dapat menjadi identitas sosial dari suatu negara. 2. Masyarakat Agar selain mendapatkan hiburan saat menyaksikan sebuah film, masyarakat juga mempunyai medium baru yang lebih menarik untuk diteliti dan dikaji secara mendalam terkait fenomena atau simbol yang terkandung dalam film tersebut. 1.5.3 Manfaat Sosial Dari penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat mengerti berbagai simbol dan makna yang terkandung dibalik suatu fenomena, khususnya mengenai gaya berbusana yang dikaitkan dengan kelas sosial seseorang. Selain itu, diharapkan juga agar masyarakat mampu menangkap pesan dan berpikir kritis terhadap apapun yang disampaikan oleh media massa, tidak serta merta menelan apa yang disajikan dan mempelajari terlebih dahulu apa yang harus dipercaya.