ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah Identifikasi Masalah

PENENTUAN LAHAN KRITIS DALAM UPAYA REHABILITASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN ASAHAN

Metode Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai alternatif penggunaan,

EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB IV METODE PENELITIAN

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Oleh: Alfian Sukri Rahman Dosen Pembimbing: Ir. Yuwono, MT Udiana WD, ST, MT

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN)

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah memasukkan cendana

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

(Evaluation of Land Suitability for Settlements in Coastal Area of Pekalongan)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Program Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

Gambar 3.16 Peta RTRW Kota Bogor

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

MODEL ZONASI UNTUK KAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA (STUDI KASUS KABUPATEN WAROPEN PROVINSI PAPUA)

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

PENGARUH BANJIRTERHADAP PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN TANASITOLO KABUPATEN WAJO

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak dengan pendekatan Zonasi Agroekologi (ZAE) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

Kata kunci : Perubahan lahan, nilai tanah.

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

BAB I PENDAHULUAN I-1

I Gede Budiarta Prodi Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Ganesha

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN LOKASI FASILITAS PENUNJANG PERMUKIMAN DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG PROYEK AKHIR

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman

EVALUASI KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR DI KAWASAN PERMUKIMAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG HULU

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN WILAYAH

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR. Lahan Di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dengan

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

MG XV METODE DAN TOOLS DALAM PENGELOLAAN LANSKAP

Transkripsi:

ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin Abstrak : Penelitian ini bertujuan menganalisis data spasial untuk mengetahui fungsi kawasan yang dievaluasi dengan lahan existing dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan memanfaatkan sistem informasi geografis. Parameter yang digunakan adalah kelerengan, jenis tanah, curah hujan. Fungsi kawasan pada penelitian ini mencangkup kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya tanaman tahunan, dan kawasan budidaya tanaman semusim. Proses untuk mendapatkan peta pertama dilakukan overlay fungsi kawasan dengan lahan existing dan untuk peta kedua dilakukan overlay fungsi kawasan dengan RTRW. Hasil analisa dari overlay fungsi kawasan dengan lahan existing yaitu luas wilayah yang sesuai sebesar 27329,12 Ha atau 48,31 % dari total, sedangkan luas wilayah 29237,78 atau 51,69 % tidak sesuai. Kesesuaian paling besar terdapat pada kecamatan Ngemplak dengan luas wilayah sesuai 3410,83 Ha atau 94,60 %, sesuai karena tetap menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Ketidaksesuaian paling signifikan terjadi pada kecamatan Turi karena ketidaksesuaian terjadi pada luas wilayah 2961,60 Ha atau 80,82 dari total wilayah yang disebabkan karena perubahan kawasan penyangga menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Sedangkan hasil analisa dari overlay fungsi kawasan dengan RTRW yaitu luas wilayah yang sesuai sebesar 32004,28 Ha atau 56,58 % dari total, sedangkan luas wilayah 24562,62 atau 43,42 % tidak sesuai. Kesesuaian paling besar terdapat pada kecamatan Depok dengan luas wilayah sesuai 2938,39 Ha atau 96,10 %, sesuai karena tetap menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Ketidaksesuaian paling signifikan terjadi pada kecamatan Mlati karena ketidaksesuaian terjadi pada luas wilayah 2649,47 Ha atau 96,70 dari total wilayah yang disebabkan karena perubahan kawasan penyangga menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Kata Kunci : evaluasi, fungsi kawasan, lahan existing, rencana tata ruang wilayah (RTRW)

PENDAHULUAN Dengan terus meningkatnya populasi penduduk maka akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan terhadap lahan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertambahan penduduk dan perkembangan penduduk selain sangat menentukan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kota juga berpengaruh terhadap pola pengaturan kota dan kemungkinan perluasan kota. Semua kebutuhan yang menunjang kehidupan penduduk membutuhkan lahan. Oleh karena itu perlu pengembangan penelitian terhadap lahan yang berupa analisis evaluasi lahan, yang bertujuan mengetahui seberapa luas lahan yang masih bisa di kembangkan dan agar lahan yang dimanfaatkan secara maksimal tetapi tetap lestari. Dalam proses pengembangan lebih lanjut terhadap lahan yang, perlu dilakukan analisis evaluasi fungsi kawasan, yang bertujuan mengetahui seberapa luas lahan yang masih dapat dikembangkan dan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan yang terjadi pada penggunaan lahan, agar lahan yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tetap lestari. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan salah satunya adalah Sistem Informasi Geografis (SIG), maka kita bisa membuat analisis tentang fungsi kawasan. Sehingga dapat membuat pengembangan lahan bisa dilakukan secara maksimal tanpa merusak fungsi lahan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi kawasan yang dievaluasi dengan lahan existing dan RTRW dengan memanfaatkan sistem informasi geografis. Batasan pada penelitian ini adalah analisis fungsi kawasan hanya mengenai kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya tanaman tahunan, dan kawasan budidaya tanaman semusim dan hasil akhir juga berupa analisis sesuai atau tidaknya hasil dari evaluasi fungsi kawasan dengan lahan existing dan RTRW. Batasan wilayah penelitian adalah kabupaten Sleman yang terdapat pada provinsi Yogyakarta. Gambar 1 Kabupaten Sleman TINJAUAN PUSTAKA Beberapa tinjauan pustaka telah dilakukan dalam menyusun penelitian guna mengumpulkan informasi dan materi yang bisa mendukung penulis dalam menyusun penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan Hartako (2008) mengenai Analisis kesesuaian Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Dan Sosioekonomi Wilayah Bodetabek. Hasil akhir yang diperoleh yaitu analisis kesesuaian lahan untuk mengetahui jumlah lahan yang tersedia dan tingkat kesesuaiannya. Penelitian yang dilakukan Suhardana (2009) mengenai Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Mengevaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Hasil akhir yang diperoleh yaitu perubahan penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang. Penelitian yang dilakukan Ardi (2013) mengenai Kajian Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Pemanfaatan Fungsi Kawasan Sub DAS Rawapening. Hasil akhir yang diperoleh yaitu kesesuaian lahan yang disesuaikan dengan penggunaan lahan untuk kawasan DAS. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa parameter sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 untuk membuat fungsi kawasan yang sesuai. Parameter tersebut adalah kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Berikut adalah tabel parameter tersebut. Tabel 1 Parameter Kelerengan Tabel 2 Parameter Jenis Tanah Tabel 3 Parameter Curah Hujan 1. Analisis Fungsi Kawasan Setelah dilakukan skoring terhadap ketiga parameter tersebut, maka selanjutnya dilakukan overlay dan penambahan masing-masing skor dari parameter untuk memperoleh kriteria fungsi kawasan sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981. Berikut adalah tabel kriteria fungsi kawasan.

Tabel 4 Kriteria Fungsi Kawasan Tabel 7 Kriteria Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Setelah mengetahui kriteria fungsi kawasan, selanjutnya adalah mengetahui kriteria untuk masingmasing kawasan. Berikut adalah kriteria untuk masing-masing kawasan. Tabel 8 Kriteria Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Tabel 5 Kriteria Kawasan Lindung Tabel 6 Kriteria Kawasan Penyangga 2. Analisis Fungsi Kawasan Dengan Lahan Existing Analisis ini dilakukan dengan melakukan overlay pada fungsi kawasan yang telah dibuat dengan data lahan existing yang telah didapatkan dari Bappeda. 3. Analisis Fungsi Kawasan Dengan RTRW Analisis ini dilakukan dengan melakukan overlay pada fungsi kawasan yang telah dibuat dengan data RTRW yang telah didapatkan dari Bappeda. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Fungsi Kawasan Fungsi kawasan terdiri dari empat jenis, yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan

budidaya tanaman tahunan, dan kawasan budidaya tanaman semusim. Fungsi kawasan tersebut diperoleh dari analisis spasial pada parameter kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Berikut adalah peta dari parameter tersebut. Gambar 4 Parameter Curah Hujan Gambar 2 Parameter Kelerengan Hasil overlay dari parameter akan menghasilkan fungsi kawasan yang sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981. Berikut adalah peta fungsi kawasan tersebut. Gambar 3 Parameter Jenis Tanah Gambar 5 Peta Fungsi Kawasan 2. Evaluasi Fungsi Kawasan Dengan Lahan Existing Dari hasil evaluasi fungsi kawasan dengan lahan existing akan menghasilkan peta seperti gambar 6.

Gambar 6 Peta evaluasi fungsi kawasan dengan lahan existing 3. Evaluasi Fungsi Kawasan Dengan RTRW Dari hasil evaluasi fungsi kawasan dengan RTRW akan menghasilkan peta seperti gambar 7. Gambar 7 Peta evaluasi fungsi kawasan dengan RTRW Dari hasil evaluasi fungsi kawasan dengan lahan existing akan menghasilkan. Luas wilayah yang sesuai sebesar 27329,12 Ha atau 48,31 % dari total, sedangkan luas wilayah 29237,78 atau 51,69 % tidak sesuai. Kesesuaian paling besar terdapat pada kecamatan Ngemplak dengan luas wilayah sesuai 3410,83 Ha atau 94,60 %, sesuai karena tetap menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Ketidaksesuaian paling signifikan terjadi pada kecamatan Turi karena ketidaksesuaian terjadi pada luas wilayah 2961,60 Ha atau 80,82 dari total wilayah yang disebabkan karena perubahan kawasan penyangga menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Daerah yang tidak sesuai mengarah ke arah negatif karena kawasan budidaya tanaman semusim tidak lebih mengutamakan lingkungan jika dibandingkan dengan kawasan penyangga. Dari hasil evaluasi fungsi kawasan dengan RTRW akan menghasilkan. Luas wilayah yang sesuai sebesar 32004,28 Ha atau 56,58 % dari total, sedangkan luas wilayah 24562,62 atau 43,42 % tidak sesuai. Kesesuaian paling besar terdapat pada kecamatan Depok dengan luas wilayah sesuai 2938,39 Ha atau 96,10 %, sesuai karena tetap menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Ketidaksesuaian paling signifikan terjadi pada kecamatan Mlati karena ketidaksesuaian terjadi pada luas wilayah 2649,47 Ha atau 96,70 dari total wilayah yang disebabkan karena perubahan kawasan penyangga menjadi kawasan budidaya tanaman

semusim. Daerah yang tidak sesuai mengarah ke arah negatif karena kawasan budidaya tanaman semusim tidak lebih mengutamakan lingkungan jika dibandingkan dengan kawasan penyangga. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil evaluasi fungsi kawasan dengan lahan existing akan menghasilkan luas wilayah yang sesuai sebesar 27329,12 Ha atau 48,31 % dari total, sedangkan luas wilayah 29237,78 atau 51,69 % tidak sesuai. Kesesuaian paling besar terdapat pada kecamatan Ngemplak dengan luas wilayah sesuai 3410,83 Ha atau 94,60 %. Ketidaksesuaian paling signifikan terjadi pada kecamatan Turi karena ketidaksesuaian terjadi pada luas wilayah 2961,60 Ha atau 80,82 Hasil evaluasi fungsi kawasan dengan RTRW akan menghasilkan luas wilayah yang sesuai sebesar 32004,28 Ha atau 56,58 % dari total, sedangkan luas wilayah 24562,62 atau 43,42 % tidak sesuai. Kesesuaian paling besar terdapat pada kecamatan Depok dengan luas wilayah sesuai 2938,39 Ha atau 96,10 %. Ketidaksesuaian paling signifikan terjadi pada kecamatan Mlati karena ketidaksesuaian terjadi pada luas wilayah 2649,47 Ha atau 96,70 %. 2. Saran Berdasarkan hasil evaluasi antara fungsi kawasan dengan lahan existing dan RTRW, ketidaksesuaian terjadi karena kawasan penyangga berubah menjadi kawasan budidaya tanaman semusim. Sehingga diharapkan pemerintah turut andil dalam mengembalikan kawasan sesuai fungsinya. Pemerintah harus mengendalikan dan mempertahankan kawasan sesuai fungsinya, agar fungsi kawasan tidak mengarah ke negatif yaitu lebih mengutamakan faktor ekonomi dan sosial dibandingkan dengan faktor lingkungan, supaya kawasan dapat dikembangkan secara maksimal tetapi tetap lestari. Penelitian tentang perubahan fungsi kawasan masih sangat diperlukan dimasa mendatang sebagai bahan masukan pemerintah atau instansi terkait untuk penanggulanan. DAFTAR PUSTAKA Ardi, Anggda D. 2013. Kajian Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Pemanfaatan Fungsi Kawasan Sub DAS Rawapening. Semarang. Balai Penelitian Tanah. 2003. Lahan dan Penggunaan lahan di Indonesia. Subiyanto, Chistine. 1985. Pengantar Kartografi dan Proyeksi Peta. UGM. Yogyakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Jakarta. Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Hartoko, Heru. 2008. Analisis kesesuaian Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Dan Sosioekonomi Wilayah Bodetabek. Bandung. Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah Edisi Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Koestoer, R.H. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota: Teori dan Kasus. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Mega, I Made., dkk. 2010. Buku Ajar Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar Menteri Pertanian. 1980. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Jakarta. Menteri Pertanian. 1981. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 683/Kpts/Um/8/1981 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Produksi. Jakarta. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 217/Kpts/M/2002 tentang Kebijakan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman. Jakarta. Menteri Pekerjaan Umum. 1986. Surat Keputusan Menteri Perkerjaan Umum No. 20/Kpts/1986 Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun. Jakarta. Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. CV Informatika, Bandung. Puntodewo A., Dewi, S., Tarigan, J. 2003. Sistem Informasi Geografis: Untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. Center for International Forestry Research. Bogor. Simonds, J.O. 1978. Earthscape, A Manual Of Environment Planning. McGraw-Hill. New York. Suhardana, Eddy. 2009. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Mengevaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Malang.