Satu. Secangkir Air Mata Duyung 1

dokumen-dokumen yang mirip
Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Belajar Memahami Drama

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Sang Pangeran. Kinanti 1

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

Saat itu aku sedang berdua di rumah dengan Fadhil, Kak Dityo sedang berada di kampus, dan Kak Darma baru saja pulang.

IBU DAN CINTA INT.DI DAPUR TEMPAT IBU MULYADI MEMASAK(PAGI)

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

AKU AKAN MATI HARI INI

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

dengan penuh hormat. rumah. mata.

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Autis. Ardi Purnama Jati. Based on a Story by Ardi Purnama Jati

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Arif Rahman

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.


Penerbit Kin S Gallery

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

Pertama Kali Aku Mengenalnya

PATI AGNI Antologi Kematian

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

TILL DEATH DO US PART

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

Kejadian Sehari-hari

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

Tema 1. Keluarga yang Rukun

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

AYAH MENGAPA AKU BERBEDA?

Oleh: Windra Yuniarsih

Mengajarkan Budi Pekerti

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

Kurasa memang benar, sebaiknya kita membeli boks yang lebih besar.

Before-After Met. Hara s POV

SATU. Plak Srek.. Srek

Pupuklah terus cinta dalam keluarga Anda. Pastikan buku di atas dan di bawah ini menjadi bacaan Anda sekeluarga, sebelum, sesudah, dan selamanya...

Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

ALBINO. Written by Aprilia Rahayu ( ) (Copyright 2011)

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

jawaban yang jujur dan sesuai dengan kenyataan dan kondisi kelas kami. Bangunan tempat kami belajar mungkin kurang layak untuk disebut sekolah.

2. Gadis yang Dijodohkan

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Suatu hari. Fara, kamu ibu ikutkan ke olimpiade Ipa ya! Seru Bu Guru yang membuat Fara kaget sekaligus senang.

Cinta memang tidak akan ada yang tahu kehadirannya, cinta bisa datang dan pergi tanpa diduga. Cinta bisa berdampak positive ataupun negative terhadap

membentak-bentak mereka apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang Riani inginkan. Semua pelampiasan amarahnya kepada semua orang selalu dia tujukan

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Kaki Langit. Bulan dan Matahari

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

2 Our Precious School

Mr Knight, tadi Mr. Boyd menelepon untuk membuat janji temu di hari Jumat jam 2 siang. Apakah saya ada janji di hari itu?

Kisah Dari Negeri Anggrek

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

"ne..cheonmaneyo" jawab Yunho mewakili DBSK sambil sedikit membungkuk.

Transkripsi:

Satu Ia terbangun dari tidur panjang. Ia seakan-akan terlelap ribuan tahun. Ketika matanya dibuka, ia melihat ibunya sedang memeluknya, keempat abangnya merubung di sampingnya dengan wajah tegang. Papanya berdiri agak jauh darinya, juga berwajah tegang. Apa yang terjadi? tanyanya sambil mengucek mata. Ya Tuhan, kamu sudah sembuh, Nak. Coba panggil Mama, Nak? ibunya menatapnya seakan-akan ia boneka lucu yang bisa bicara. Mama. Apa yang sesungguhnya terjadi? Oh, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Anakku sudah disembuhkan. Aku tak perlu khawatir lagi, ibunya memeluknya sambil berurai air mata. Ia tak tahu kenapa ibunya menangis. Ia membiarkan ibunya menangis, sementara wajah keempat abangnya terlihat tegang, kecuali Tedi yang tersenyum padanya. Ditatapnya meja makan, Secangkir Air Mata Duyung 1

sepertinya mereka sedang makan malam. Sesungguhnya apa yang terjadi? Setelah puas menangis, ibunya mengajaknya ke kamar. Ia disuruh berjalan seakan-akan ia bayi yang baru bisa berjalan. Bahkan keempat abangnya mengawasi saat ia berjalan seakan-akan takut ia jatuh atau salah jalan. Barulah setelah mencapai pintu penghubung ke ruang tamu, semua wajah tampak lega. Dia betul-betul sudah sembuh. Eh, ke mana Tian? tanya Nyonya Lie. Siapa Tian? Reya bertanya sambil menoleh menatap ibunya. Dilihatnya ibunya kaget, sedangkan abangabangnya terbengong. Tian, Tian adalah..., ibunya tampak serba salah. Nanti Mama jelaskan pelan-pelan. Mari kita bicara di kamarmu, ajak ibunya. Reya melewati ruang tamu, melewati meja sembahyang, lalu berbelok ke kamarnya. Ia membuka pintu, dan kaget. Seluruh kamarnya berubah total. Seluruh dinding ditempeli lambang bahagia ganda. Bukankah bahagia ganda perlambang pernikahan? Siapa yang menikah? Apakah kamarnya dipinjamkan pada salah satu abangnya? Siapa yang menikah? Apakah Santoso? Kapan? Kenapa ia tak tahu? Ma, ini kamarku? tanyanya ragu. Betul, Reya. Ini kamarmu. Kenapa kamarku ditempeli sianghi? Kenapa lemariku jadi 3, bukankah dulu cuman 2? Ia masih berdiri di pintu, ragu masuk, mengira kamarnya bukan kamarnya. Masuklah, duduk dulu. Nanti Mama ceritakan perlahan-lahan. 2 Deri Prabudianto

Tempat tidur juga berubah. Bantalnya dua, dulu satu, spreinya merah menyala, dulu merah muda, dan terdapat gambar bahagia ganda dibantal dan sprei. Sebuah mangkuk tergeletak di atas ranjang. Ia memungutnya. Sebuah mangkuk plastik murahan. Ditaruhnya ke meja rias. Ia duduk di ranjang saat ibunya sedang menutup sebuah bingkai yang tadinya terpajang di atas meja hingga fotonya tidak kelihatan. Ibunya duduk di sampingnya, menatapnya seakan-akan ia barang aneh yang baru ditemukan. Kenapa Mama menatapku seperti ini? tanya Reya bingung. Kamu betul-betul sudah sembuh. Aku sakit apa, Ma? tanya Reya. Kamu kehilangan ingatan, sudah 20 bulan, ucap ibunya pelan. Apa? Aku kehilangan ingatan? Sudah 20 bulan? Haha, Mama bercanda, ucap Reya dengan nada meremehkan. Betul, Reya. Kamu kehilangan ingatan selama 20 bulan. Kamu ikut teman-temanmu pergi saat libur kenaikan kelas. Kalian pamit baik-baik, malamnya kamu diantar pulang dalam keadaan pingsan. Mama telah membawamu berobat ke berbagai dokter, ke berbagai rumah sakit di berbagai daerah, ke dukun, ke paranormal, orang sakti, orang pintar, semua tak membuahkan hasil. Apa? Aku sakit separah itu, selama 20 bulan? tanya Reya dengan nada tak percaya. Ibunya menganggukkan kepala. Lalu, kenapa tiba-tiba aku sembuh? Bagaimana aku sembuh, siapa yang menyembuhkanku? Nyonya Lie menatap anaknya lekat-lekat. Ia berjuang mati-matian menahan gejolak hatinya. Ia tadi sempat ikut Secangkir Air Mata Duyung 3

menuduh Kobastian yang bukan-bukan, ternyata obat yang dibawa Kobastian benar-benar menyembuhkan Reya. Ke mana Tian setelah itu? Suamimu yang menyembuhkanmu, namanya Kobastian. Reya bagai terkena tusukan pensil dari teman jahilnya. Apa? Suami? Aku sudah punya suami? Kapan aku menikah? Kenapa aku tak tahu aku sudah menikah? Nyonya Lie merasa ia belum bisa menjelaskan terlalu banyak. Kegembiraan akibat melihat anaknya sembuh membuat ia lupa anaknya bisa shock jika dijejali terlalu banyak kejutan. Ia mengambil bingkai yang tadi ia tutup di meja rias dan diberikan pada anaknya. Dialah suamimu, kalian menikah tiga setengah bulan yang lalu. Reya mengambil foto itu, menatap foto itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya. Ia melihat dirinya di foto itu. Wajahnya pucat, tak ada ekpresi, mirip boneka yang mengenakan gaun pengantin tapi tak berkesan gembira. Di sampingnya seorang pria berambut pendek, kulitnya agak hitam, mengenakan jas dan dasi, tampangnya mirip badut, tersenyum padanya. Tidak! Tak mungkin aku sudah menikah. Pria ini tak kukenal sama sekali. Mana mungkin aku menikah dengannya!!! jerit Reya histeris. Nyonya Lie kaget melihat reaksi anaknya. Ia pikir anaknya akan tabah menghadapi kenyataan yang terjadi. Ternyata tidak. Ternyata dugaan Kobastian benar-benar terjadi. Nak, semua dokter sudah angkat tangan, semua rumah sakit sudah menyatakan kamu tak menderita penyakit apa pun. Mama dan Papa sudah menyerah. Lalu ada orang pintar yang mengatakan pernah melihat 4 Deri Prabudianto

penyakit seperti yang kamu derita. Katanya, kamu kehilangan ingatan gara-gara menabrak roh halus. Andai kamu dinikahkan, kamu pasti sembuh. Pada mulanya Mama dan Papa tidak percaya. Tapi setelah segala upaya untuk mengobatimu gagal, akhirnya Mama dan Papa terpaksa menempuh jalan ini, ucap Nyonya Lie dengan sikap serba salah. Tidak! Ini tak mungkin. Aku baru kelas 2 SMA. Umurku baru 16 tahun, dan aku tak ingin dinikahkan dengan orang yang tidak kukenal!!! teriak Reya histeris. Nak, hari ini Imlek hari keempat. Umurmu sudah 18 tahun. Kamu sudah tak sadarkan diri selama 20 bulan. Nak, tolonglah mengerti. Aku, aku oh. Kenapa? Ini. Semua pertanyaan menyerbu otaknya. Reya bingung sekali. Semua serba tak masuk akal, ingin sekali ia membanting foto yang dipegangnya, tapi dinding kamarnya penuh gambar bahagia ganda. Bantal di kamarnya dua. Di atas lemari terdapat beberapa buku yang bukan miliknya, kenyataan ini terlalu sulit dibantah. Betulkah aku sudah menikah? Oh kenapa ini terjadi padaku? Ke mana pikiranku selama 20 bulan? ucapnya bingung. Nak. Semua yang terjadi sudah terjadi. Terimalah ini sebagai bagian dari hidupmu, hibur Nyonya Lie. Reya merasa kepalanya pusing, serasa ingin pecah. Mama tolong keluar dari kamarku. Aku ingin menenangkan diri. Bukankah sebaiknya Mama menemanimu? Tidak, aku ingin berpikir, aku ingin ketenangan. Tolonglah, Mama. Kasihanilah aku, tolonglah keluar. Secangkir Air Mata Duyung 5

Baiklah. Mama akan keluar, kalau butuh apa-apa, panggil Mama ya, Sayang. Percayalah, apa pun yang terjadi, Papa dan Mama sangat menyayangimu. Reya tak menjawab. Dipandangi foto yang dipegangnya. Ia bertanya dan bertanya, apa yang sesungguhnya terjadi pada hidupnya? Nyonya Lie keluar, didapati keempat putranya menunggunya di luar kamar. Mama, Tian menghilang. Papa mengatakan saat hendak masuk, ia ketemu Tian di beranda, memegang tas. Kami sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tak ketemu. Biarlah. Mungkin ia pulang ke rumah ibunya. Kalau di sini, nanti Reya semakin histeris. Lebih baik semua dibiarkan menenangkan diri sejenak, ucap Nyonya Lie. Ma, Tian yang menyembuhkan Reya. Kita harus berterima kasih padanya, ucap Tedi. Ketiga abangnya memelototinya. Dia suami Reya, sudah sepantasnya menyembuhkan Reya. Ma, Reya sudah sembuh. Kita tak butuh Tian lagi! ucap Santoso tak sabaran. Diam! Jangan memperkeruh suasana! Kamu menuduh Tian yang bukan-bukan. Aku belum membuat perhitungan denganmu! bentak Nyonya Lie. Santoso tak berani melawan ibunya. Ia pilih diam. Ia mengajak kedua adiknya ke kamarnya dan melanjutkan persekongkolan. Setelah ketiga anaknya berlalu, Nyonya Lie berkata pada anak bungsunya. Tedi, pergilah tidur. Reya ingin menenangkan diri, jangan diganggu. Baik, Ma. 6 Deri Prabudianto

Nyonya Lie berjalan ke dapur untuk membenahi meja makan. Ditemukan suaminya sedang merokok sambil memandang ke pintu dapur. Tampaknya semua menjadi kacau, desah Lie Kim Sai. Tian pernah mengatakan kecemasannya tentang penolakan Reya. Ternyata betul-betul terjadi. Tian pasti sengaja pulang ke rumah orang tuanya untuk memberi kesempatan kepada Reya menenangkan diri. Semakin lama semakin kurasakan Tian bukan sebego yang kita duga. Ia hanya pura-pura bego. Kacau, kacau! desah Lie Kim Sai berkali-kali. *** Reya tak bisa tidur. Sepanjang malam ia menatap foto dirinya dengan pria yang dipanggil Tian oleh ibunya. Beribu pertanyaan muncul di benaknya. Kenapa orang tuanya memilih pria ini? Apa kelebihan pria ini? Selama 3 setengah bulan apa saja yang telah mereka lakukan? Apakah mereka tidur bersama? Sudah berapa kali pipinya dicium Tian? Apakah dirinya sudah hamil? Satu pertanyaan diikuti pertanyaan lainnya. Kobastian, nama ini sama sekali belum pernah didengar sebelumnya. Siapa pria ini? Ke mana dia sekarang? Seperti apa orangnya? Ia berpikir hingga ketiduran. Pagi kelima Imlek, Reya bangun jam 6 pagi. Biasanya ia bersiap berangkat ke sekolah. Pagi ini ia membuka lemari pakaian, ditatapnya seragam SMA-nya. Diambilnya, dicoba, sudah tak muat. Semua kedodoran. Dilihatnya kalender. Sudah tahun 1980. Seingatnya dulu terakhir ia menatap kalender, kalendernya tahun 1978. Secangkir Air Mata Duyung 7

Siapa yang bisa menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk di benaknya? Reya berjalan ke beranda. Beranda masih sama. Bunga bakung yang dulu ditanamnya sekarang lebih teratur, lebih segar, lebih indah. Apakah tukang rumput yang merapikan tanamannya? Ia berjalan ke halaman. Ia melihat anak tetangga sedang bermain ayunan. Anehnya anak itu sudah memakai seragam SD. Seingatnya, kali terakhir ia menyapa Titin, anak itu belum sekolah. Titin, panggil Reya lirih. Anak itu menoleh, menatapnya. Eh, Kak Reya sudah bisa memanggil Titin? Reya berjalan ke parit pembatas, melangkah ke halaman tetangga. Sudah berapa lama Kak Reya tidak memanggil Titin? tanya Reya sambil mengelus rambut Titin. Sudah lama sekali. Kata Mama, Kak Reya sakit, tak ingat apa-apa, tak bisa ngomong sehingga tak bisa memanggil Titin. Kak Reya sudah sembuh, ya? tanya Titin. Kini Reya percaya ia sudah sakit selama 20 bulan. Ya, Kak Reya sudah sembuh. Mana Tian? tanya Titin. Tian? tanya Reya bingung. Ya, Tian. Suami Kak Reya. Waktu Kak Reya menikah, tamunya ramai sekali. Tian baik sekali. Ia sering memberi Titin permen. Oh ya, tanaman Kak Reya selalu dirawat Tian. Tian bilang bunga cantik tak boleh dipetik, harus dibiarkan indah di pohonnya. Kubilang padanya, kalau tidak dipetik, lama-lama layu di pohon. Tian bilang biarlah layu di pohon asal jangan layu di tangan, cerita Titin 8 Deri Prabudianto

heboh. Kenapa pikiran kami sama? Tian yang merawat tanamanku? Kenapa hobi kami sama? tanya Reya dalam hati. Titin, ayo berangkat! teriak ibunya Titin. Eh, Reya. Kamu, kamu? Nyonya Lai kaget melihat Reya berada di kebunnya. Apakah Reya sudah bisa melompati parit? Dulu Reya pernah terjatuh ke parit dan tak ada yang menolongnya hingga sore. Ma! Kak Reya sudah sembuh! Titin ada teman sekarang!!! teriak Titin. Nyonya Lai menyandarkan sepeda, lalu mendatangi tempat Reya berdiri. Betul kata orang pintar, setelah dinikahkan kamu pasti sembuh. Ternyata benar, gumam Nyonya Lai dengan wajah bersyukur. Reya tersenyum. Kini ia yakin ia sudah menikah. Suaminya bernama Tian. Suamimu benar-benar orang baik. Biarpun tampangnya agak lucu, tapi hatinya baik. Dulu kukira ia menikahimu karena dijanjikan uang oleh ibumu. Kini aku percaya ketulusannya. Eh, coba kulihat tanganmu. Mana bekas lukamu? tanya Nyonya Lai. Reya mengangkat kedua tangannya. Di tangan kirinya ada bekas luka memanjang di beberapa tempat. Seingatnya dulu tak ada luka semacam itu. Ia bingung. Luka ini aku masih ingat kejadiannya. Luka ini membuatku yakin Tian orangnya tulus, ucap Nyonya Lai kayak orang sedang merenung. Kenapa aku bisa terluka seperti ini, Nyonya Lai? tanya Reya. Secangkir Air Mata Duyung 9

Kira-kira setengah tahun yang lalu, ibumu pernah meninggalkanmu sendirian di rumah. Mungkin kamu sering melihat ibumu mengiris mangga atau kentang. Kamu mengiris tanganmu sendiri. Waktu itu kamu pasti tak sadar apa yang kamu lakukan. Untunglah pada hari ini entah kenapa tiba-tiba muncul Tian. Aku masih ingat kejadian itu dengan jelas, soalnya aku ikut kaget saat ke dapurmu menemukan meja dapurmu penuh darah. Tian yang menyelamatkan nyawamu. Ia memondongmu ke rumah bidan sambil berlari. Sampai di sana ia pingsan kehabisan tenaga. Ceritanya begitu heboh, diperbincangkan hingga sebulan. Reya, andai kamu tidak ditolong Tian, pasti kamu sudah mati kehabisan darah. Bolehkah aku memberi nasihat? Tian orangnya agak pendiam, tapi selama ini ia selalu bersikap baik padamu. Terimalah dia apa adanya. Jangan mempersoalkan pekerjaan, tampangnya, atau pendidikannya... Ma, ayo berangkat. Sudah hampir jam tujuh! teriak Titin. Eh, maaf ya aku harus mengantar Titin. Lain kali kita cerita lagi. Reya mengangguk sambil tersenyum. Ia melambai pada Titin dan Nyonya Lie. Ia kembali ke halaman rumah. Ia menatap bunga bakungnya. Setelah puas, ia masuk ke rumah. Ibunya sedang membuat sarapan. Ia duduk di meja makan. Mama, maukah Mama menceritakan apa yang terjadi selama aku kehilangan ingatan? tanya Reya. Tentu Sayang. Tapi sarapan dulu ya. Bisa sarapan sendiri, kan? Nyonya Lie mengetes anaknya sambil menyodorkan sepiring bolu kukus. Dulu, ketika Reya 10 Deri Prabudianto