SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Shot-peening Terhadap Struktur Mikro Dan Laju Korosi Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium 6061

Pengaruh Putaran Tools Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium Paduan 6061

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

Studi Komparasi Sambungan Las Dissimilar AA5083- AA6061-T6 Antara TIG dan FSW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

Pengaruh Variasi Putaran Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Sambungan Las Tak Sejenis Paduan Aluminium 5083 dan 6061-T6 Pada Proses Las FSW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

Analisis Sifat Mekanik dan Struktur Mikro pada Pengelasan AA 5083 dengan Proses Friction Stir Welding pada Arah Sejajar dan Tegak Lurus Rol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FEED RATE TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM SERI 6110

I. PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik

PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM

PENGARUH FEED RATE TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA FRICTION STIR WELDING ALUMUNIUM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan

I. PENDAHULUAN. atau lebih dengan memanfaatkan energi panas. luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING

PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN TUMPUL LAS FSW TAK SEJENIS ANTARA AL 2024-T3 DENGAN AL 1100

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN PELAT AA5083 PADA PROSES FRICTION STIR WELDING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro Hasil Pengelasan Shield Metal Arc Welding dan Friction Stir Welding Baja Karbon St 37

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN

PENGARUH PENGUNAAN PIN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALMUNIUM (Al)

PENGARUH KEDALAMAN PIN (DEPTH PLUNGE) TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN GESEK AL.5083

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING ABSTRACT

TUGAS AKHIR MN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALLUMUNIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

PENGARUH PROFIL PIN DAN JARAK PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING JUDUL

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh : SUPRIYADI NIM. I

PENGARUH BENTUK PROBE PADA TOOL SHOULDER TERHADAP METALURGI ALUMINIUM SERI 5083 DENGAN PROSES FRICTION STIR WELDING

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KOROSI SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS ALUMINIUM PADUAN 5083 DAN 6061-T6 ABSTRAK POLBAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP KEKUATAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS ALUMUNIUM 1XXX KETEBALAN 2 MM DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh : Dwi Agus Santoso

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELASAN ALUMINIUM 5083

ANALISA PENGARUH KONDUKTIVITAS TERMAL BACKING PLATE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN FRICTION STIR SPOT WELDING AA 5052-H32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH PUTARAN TOOL TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN PADA ALUMINIUM 5051 DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING.

Pengaruh Kecepatan Putar Indentor Las Gesek Puntir (Friction Stir Welding) Terhadap Kualitas Hasil Pengelasan Alumunium 1100-H18

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PAHAT PADA PROSES FRICTION DRILLING TERHADAP MIKROSTRUKTUR TEMBAGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

PERUBAHAN NILAI KEKUATAN TARIK PADA HASIL PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM T3 YANG MENGGUNAKAN PERLAKUAN TRANSIENT THERMAL

BAB IV DATA DAN ANALISA

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi

THE EFFECT OF PIN DESIGN ON MECHANICAL PROPERTIES OF ALUMINIUM H112 AS A RESULT OF FRICTION STIR WELDING PROCESS

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH KECEPATAN PUTARAN TOOL DAN PEMANAS TAMBAHAN TERHADAP KEKUATAN MEKANIK POLYPROPYLENE HASIL LAS FRICTION STIR WELDING

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

ringan, mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainya sebagai sifat logam, selain itu aluminium juga

PENGARUH HEAT TREATMENT T6 PADA ALUMINIUM ALLOY 6061-O DAN PENGELASAN TRANSVERSAL TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

Kolbi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik, Yogyakarta 55183, Indonesia

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

DASAR-DASAR PENGELASAN

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH SHOT PEENING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN FRICTION STIR WELDING PADA ALUMINIUM SERI 5083 Wartono, Sutrisna Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta Jalan Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman email : wartono_sttnas@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shot peening terhadap sifat mekanis pada paduan Al 5083 yang telah mengalami proses friction stir welding (FSW). Pada umumnya, daerah sambungan las FSW mengalami proses pelunakan dan penurunan sifat mekanis dibanding logam induknya. Perlakuan shot peening diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanis, karena efek tempa (forging) pada permukaan pelat. Proses FSW dilakukan pada aluminium dengan tebal 3 mm, dengan sambungan las jenis butt joint. Mesin yang digunakan dalam proses FSW ini adalah mesin Milling dengan putaran spindel sebesar 910 rpm dan kecepatan meja sebesar 18,2 mm/menit. Permukaan bahan yang telah di FSW, kemudian di-shot peening dengan menembakkan bola baja. Hasil proses FSW dan shot peening kemudian diuji terhadap kekasaran permukaan, kekerasan, tarik statis dan struktur mikro. Hasil uji menunjukkan bahwa proses Shot peening meningkatkan kekasaran permukaan sambungan FSW. Sedangkan proses FSW menurunkan kekuatan tarik dan kekerasan. Kemudian shot peening dilakukan pada sambungan FSW dengan lamanya waktu penembakan yang bervariasi dari 6 menit, 10 menit, dan 14 menit. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kekuatan tarik sebesar 2,06 %, 3,81 %, dan 6,04 %, dan dengan shot peening nilai kekerasannya semakin meningkat masing-masing sebesar 13,91%, 14,37%, dan 18,89%. Kata kunci : shot peening, kekasaran permukaan, sifat mekanis, struktur mikro, friction stir welding. PENDAHULUAN Salah satu material yang sangat penting di bidang teknik adalah aluminium dan paduannya, terutama untuk industri struktur atau pemesinan, seperti struktur kapal laut, komponen otomotif, dan struktur pesawat terbang. Saat ini sambungan dengan cara proses pengelasan telah banyak digunakan pada berbagai konstruksi mesin dan struktur, karena dapat menurunkan biaya produksi dan dapat meningkatkan kekuatan strukturnya. Proses friction stir welding (FSW) merupakan salah satu dari beberapa metode penyambungan untuk aluminium paduan. FSW adalah versi terbaru dari pengelasan gesek yang dikenal dengan teknik penyambungan pada kondisi padat atau logam las tidak mencair (solid-state process). Pengelasan gesek konvensional dilakukan dengan gerakan berupa gesekan memutar dan gaya aksial untuk menyambung dua logam. Penyambungan pada proses pengelasan FSW dilakukan dengan bantuan tools (pin dan shoulder) yang berputar dengan kecepatan (speed) dan pemakanan (feeding) tertentu, sehingga logam mengalami pelunakan dan terjadi proses penyambungan. FSW digunakan secara luas dan sangat menguntungkan melebihi teknik penyambungan yang telah ada. Las FSW mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan las TIG atau MIG antara lain : tidak membutuhkan bahan tambah (filler) pada saat proses pengelasan, tidak terjadi percikan maupun asap, rendahnya distorsi sepanjang pengelasan, penyusutan rendah, peralatan yang digunakan sederhana dan biaya operasional rendah serta tidak memerlukan operator yang bersertifikat. Kelebihan lain proses FSW yaitu dapat mengelas beberapa paduan aluminium yang sulit dilas (sifat mampu las rendah) termasuk menyambung jenis aluminium yang berbeda (dissimilar joint). Namun demikian las FSW mempunyai kelemahan yaitu pada daerah HAZ (Heat Affected Zone), TMAZ (Thermomechanically Affected Zone), dan daerah las (nugget) sepanjang garis sambungan benda kerja, mengalami pelunakan akibat rekristalisasi saat proses stirring, sehingga kekerasan dan kekuatan tarik menurun. Untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik daerah lasan tersebut, sambungan las perlu mendapat perlakuan permukaan dengan cara shot peening (Proses Shot peening). Proses Shot peening merupakan proses penembakan butiran material berupa bola baja atau steel grit pada daerah lasan atau garis sambungan benda kerja dengan tekanan tinggi, dengan tujuan untuk meningkatkan sifat mekanik material. Beberapa hal yang menentukan hasil shot peening adalah faktor manusia, tekanan udara untuk menembakan butiran material, ukuran butiran material, lamanya waktu penembakan, dan jarak penembakan (jarak nozel ke permukaan benda kerja). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana Pengaruh Shot peening SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 M 116

Terhadap Kekasaran Permukaan dan Sifat Mekanis Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium Alloy Seri 5083. Percobaan Tulisan ini disusun berdasarkan hasil percobaan friction stir welding dan shot peening serta pengujian terkait yang dilakukan sesuai urutan/prosedur berikut ini. 1. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu aluminium paduan seri 5083 yang berbentuk lembaran (sheet), dengan ukuran panjang 300 mm, lebar 200 mm, tebal 3 mm. Sedangkan bahan mempunyai komposisi kimia seperti ditunjukkan dalam tabel 1. Tabel 1 : Komposisi kimia. Si Fe Cu Mn Mg Ti Cr Zn Al 0,4 0,4 0,1 0,4-1,0 4-4,9 0,15 0,25 0,25 92,55 2. Proses Pengelasan dan Parameter Las Pengelasan dengan metode friction stir welding (FSW), menggunakan mesin milling Aciera dengan putaran spindel 910 rpm dan kecepatan pemakanan 18,2 mm/menit. Prinsip kerja pengelasan FSW ditunjukkan seperti gambar 1, sedangkan parameter pengelasan dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 2 : Shoulder plunge. 3. Pengaturan Sudut Tool Sudut kemiringan shoulder (θ) antara 2 o 4 o terhadap sumbu tegak lurus pada permukaan benda kerja. Sudut kemiringan shoulder seperti gambar 2 diatas. 4. Bentuk Tool Proses pengelasan menggunakan tool dari bahan HSS, diameter shoulder 15 mm dan diameter pin 3 mm, sudut kemiringan shoulder 2 o. Tipe sambungan las Butt Joint. Bentuk tool seperti ditunjukkan pada gambar 3 dibawah. Gambar 3 : Bentuk tool. Putaran Spindel (rpm) Gambar 1 : Prinsip Kerja Las FSW. Tabel 2: Parameter Pengelasan Kecepatan feeding (mm/mnt) Penurun an Tool (mm) 910 18,2 0,2 Ukuran Tool (pin & shoulder) (mm) Shoulder Ø15 mm Pin Ø 3 mm, Panjang Pin 2,9 mm 5. Proses Shot Peening Shot peening terhadap sambungan las FSW. Shot peening dengan menembakkan bola baja yang ukuran diameternya S 230 (ϕ 800 µm) pada permukaan plat secara berulang. Shot dilakukan dengan tekanan udara 6 bar dan jarak penembakan antara nozel dengan permukaan plat 100 mm, serta bukaan nozel berdiameter 10 mm. Variasi lamanya waktu penembakan yaitu sebesar 6 menit (SP 6), 10 menit (SP 10), dan 14 menit (SP 14). Prinsip shot peening ditunjukkan seperti pada gambar 4 dibawah. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 M 117

20 12,5 SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi b. Visual FSW dengan shot peening Gambar 4 : Prinsip Shot Peening dengan Bola Baja Pada Sambungan Las FSW. 6. Pembuatan Spesimen Pemotongan spesimen untuk uji tarik sesuai spesifikasi standar yang ditunjukkan pada gambar 5. Kemudian dilakukan pemotongan spesimen untuk uji kekerasan dan struktur mikro. 3 R15 DAERAH LAS ARAH PENGEROLAN Gambar 6: Hasil proses las FSW tanpa shot peening dan las FSW dengan shot peening 2. Pengujian Kekasaran Permukaan Kekasaran merupakan parameter ukuran tekstur permukaan dari suatu material. Nilai kekasaran diperoleh dari perhitungan ketinggian titik pada profil permukaan. Ra merupakan salah satu parameter kekasaran yang paling sering digunakan. Nilai kekasaran Ra adalah nilai rata-rata absolut dari ketinggian tiap titik pada profil permukaan. Selain Ra, terdapat parameter lain yang umum digunakan, diantaranya adalah Rz, Rmax. Hasil uji kekasaran ditunjukkan pada tabel 3. 50 150 Gambar 5 : Spesimen Uji Tarik. 7. Pengujian Mekanis Uji tarik, kekerasan, kekasaran permukaan dan pengamatan struktur mikro sambungan las FSW, dilakukan baik pada spesimen FSW tanpa shot peening (FSW NP) maupun FSW dengan shot peening (SP). HASIL PERCOBAAN 1. Pengamatan Visual Hasil proses las FSW dan proses shot peening pada Gambar 6, secara visual nampak perbedaan bentuk manik-manik las (permukaan) dari proses FSW tanpa shot peening dan FSW dengan shot peening. Bentuk manik-manik las secara umum, hasil FSW tanpa shot peening lebih halus dibandingkan hasil FSW dengan shot peening. Hal ini terjadi akibat efek tempa (forging) oleh shot peening pada permukaan plat di daerah sambungan las. Aluminium 5083 Tabel 3 : Hasil uji kekasaran. Jenis Ra Rmax Rz Perlakuan (μm) (μm) (μm) NP 2,75 25,45 15,6 SP 6 3,42 18,25 14,3 SP 10 3,26 17,8 13,52 SP 14 3,12 16,15 12,35 3. Pengujian Tarik Aluminium paduan 5083 setelah dilakukan proses penyambungan FSW mempunyai ukuran panjang 300 mm x 200 mm x 3 mm. Selanjutnya dibuat spesimen uji tarik untuk FSW tanpa shot peening (FSW NP) maupun FSW dengan shot peening (SP) masingmasing sebanyak 3 buah. Hasil uji tarik ditunjukkan pada tabel 4. Aluminium 5083 Tabel 4 : Hasil uji tarik. Jenis Perlakuan Luas (mm 2 ) ε % σ u MPa RM 59,84 10,3 330 FSW(NP) 38,42 5,64 216 SP 6 38,76 5,52 221 SP 10 37,58 5,38 225 SP 14 38,55 5,26 230 a. Visual FSW tanpa shot peening 4. Pengujian Kekerasan Disamping pengujian tarik, juga dilakukan uji kekerasan untuk mengetahui distribusi kekerasan pada arah transversal dengan jarak 0,5 mm dari permukaan spesimen uji. Jarak antara titik hasil pengujian yang satu dengan SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 M 118

titik yang lain sebesar 500 μm. Bentuk pengujian seperti pada Gambar 7. Uji kekerasan dilakukan dengan menggunakan skala vickers micro indentor, dengan beban 100 gram dan waktu pembebanan 5 detik pada setiap spesimen uji. d Gambar 7 : Bentuk Pengujian Kekerasan. Sedangkan hasil uji kekerasan seperti pada Gambar 8. a Gambar 8 : Grafik distribusi kekerasan vs jarak titik las (a. FSW NP, b. Shot 6, c. Shot 10, d. Shot 14 ) 5. Struktur mikro Pada hasil proses pengelasan apabila hasil las dilihat pada arah transversal, profil sambungan FSW berbentuk trapesium terbalik yang menunjukkan empat daerah hasil lasan yaitu Base Material, HAZ, TMAZ, dan Nugget (weld metal), seperti ditunjukkan pada Gambar 9. b Gambar 9 : Daerah Hasil Las FSW. c Pengujian Struktur Mikro dilakukan pada arah transversal hasil pengelasan. Pekerjaan meliputi : pemotongan, pengamplasan, pemolesan, etsa. Proses etsa dengan diberi cairan HF (hidro fluoride), kemudian diamati dengan mikroskop optic. Hasil pengamatan struktur makro dan mikro ditunjukkan pada gambar 10. d c b a SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 M 119

a b c Sedangkan proses shot peening dengan pemberian lama waktu penembakan yang bervariasi dari 6 menit, 10 menit, dan 14 menit, menunjukkan penurunan kekasaran permukaan, hal ini disebabkan kerapatan dislokasi yang terjadi pada batas butir sudah mengalami titik jenuh atau titik saturasi dimana penurunan nilai kekasaran berubah tidak sesuai trend sebelumnya. Dari pengujian tarik akan didapatkan sifat mekanik bahan, diantaranya adalah tegangan maksimum, tegangan luluh, dan keuletan dari suatu bahan. Gambar 12 menunjukkan hasil uji tarik, dimana proses pengelasan FSW menyebab-kan penurunan tegangan tarik dan tegangan luluh. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan sisa yang terjadi pada permukaan bahan tidak seimbang, sehingga tegangan sisa tekan ini tidak dapat mengimbangi tegangan tarik pada bahan pada saat terjadi pembe-banan tarik statis dari luar. d Gambar 10 : Struktur makro Perbesaran 10x dan Struktur mikro Perbesaran 100x, Etsa HF (a. WM, b.tmaz, c.haz, d.bm) PEMBAHASAN HASIL Kekasaran permukaan hasil FSW tanpa shot peening dibandingkan hasil FSW dengan shot peening seperti pada gambar 11, menunjukkan ada peningkatan kekasaran permukaan. Hal ini terjadi akibat efek tempa (forging) oleh shot peening pada permukaan plat di daerah sambungan las. Gambar 11 : Grafik nilai kekasaran Ra vs. Jenis Perlakuan Gambar 12 : Grafik Tegangan vs. Jenis Perlakuan Proses shot peening dengan pemberian lama waktu penembakan yang bervariasi dari 6 menit, 10 menit, dan 14 menit menunjukkan peningkatan kekuatan tarik, dan kekuatan luluh yang signifikan. Peningkatan kekuatan tarik sebesar 2,06 %, 3,81 %, dan 6,04 %, dan peningkatan kekuatan luluh sebesar 6,42 %, 9,55 %, dan 13,67 %. Peningkatan ini disebabkan naiknya kerapatan dislokasi yang terjadi terutama pada batas butirnya. Ketika deformasi berjalan terus seiring peningkatan waktu penembakan yang digunakan, maka akan terjadi slip silang dan proses penggandaan dislokasi, yang akan membentuk daerah kerapatan dislokasi yang tinggi selama proses shot peening berlangsung. Disamping peningkatan kekuatan tarik dan kekuatan luluh, proses shot peening juga menurunkan keuletan dan meningkatkan kekakuan bahan. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 M 120

nilai perpanjangan (ε). Pemberian shot peening yang berlebihan dapat menyebabkan bahan menjadi getas. Dari hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa bahan FSW dengan shot peening nilai kekerasannya semakin meningkat, peningkatan kekerasan arah transversal sebesar 13,91%, 14,37%, dan 18,89%, dan hasil pengujian seperti ditunjukkan pada tabel 5 dibawah. No. Tabel 5 : Hasil uji kekerasan. Spesimen Kekerasan Vickers (kg/mm 2 ) % Kenaikan 1. FSW NP 64,18-2. FSW + SP6 73,11 13,91 % 3. FSW + SP10 73,40 14,37 % 4. FSW + SP14 76,11 18,89 % Hasil pengujian kekerasan dapat dilihat pada Gambar 13 dibawah. Nilai kekerasan hasil proses pengelasan FSW mengalami penurunan dari base materialnya (BM). Hal ini disebabkan, didaerah pengelasan logam mengalami siklus thermal berupa pemanasan sampai temperatur maksimum dengan diikuti proses pendinginan yang menyebabkan terjadinya perubahan metalurgi dan deformasi pada daerah las. Gambar 13 : Grafik Kekerasan vs. Jarak Dari Pusat Las Kekerasan hasil proses shot peening mengalami peningkatan dari FSW tanpa shot peening. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya waktu shot peening yang diberikan maka deformasi plastis pada permukaan bahan semakin besar. Bagian yang mengalami deformasi plastis akan menyebabkan dislokasi pada sisi kristalnya dan meningkatkan kerapatan dislokasi. Kerapatan deformasi yang besar akan menumpuk pada bidang luncur di penghalang, seperti batas butir. Dislokasi yang tertumpuk pada suatu penghalang akan berinteraksi. Interaksi ini akan menyebabkan kerapatan dislokasi yang tinggi terutama pada batas butir sehingga gerakan dislokasi akan saling menghambat. Dengan kata lain bahan menjadi kuat. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. FSW dengan shot peening akan mengalami peningkatan kekasaran permukaan akibat efek tempa (forging). 2. Proses FSW menurunkan kekuatan tarik dan kekerasan. 3. Dengan proses shot peening, kekuatan tarik dan kekerasan Al 5083 meningkat seiring dengan peningkatan waktunya shot peening. 4. Proses shot peening meningkatkan kekerasan secara terbatas dan menyebabkan deformasi plastis pada kedalaman tertentu dari permukaan bahan. DAFTAR PUSTAKA Adamowski, J. and Szkodo, M. (2007), Friction stir welds (FSW) of aluminium alloy AW6082-T6 2007, Jurnal of achievements in materials and manufacturing engineering, Vol. 20,. Caballero, (2011), Overall mechanical behavior of friction stir welded joints superficially treated by laser shot peening, Jurnal Anales de Mecanica de la fractura, vol. 2. Cavaliere P., (2006), Effect of welding parameters on mechanical and microstructural properties of AA6056 joints produced by Friction Stir Welding, Journal of Materials Processing Technology 180, hal. 263-270. Engineering Division Handbook, 1999, Technical Data Aluminium, Aluminium City (Pty) Limited. Kazuhiro Nakata, dkk., (2000), Weldability of high strength aluminium alloys by friction stir welding, ISIJ International, vol. 40, pp. S15-S19. Kumar, K. and Kailas, S.V., (2008), The role of friction strir welding tool on material flow and weld formation, Jurnal Materials Science & Engineering A 485 p. 367-374. Thomas, W., (1991), Friction Stir Welding, The Welding Institute. William, R., (1997), Welding Handbook, 8th ed, Vol.3, Miami. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 M 121