BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap kelompok sosial yang mendiami suatu wilayah memiliki sistem sosial dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

I. PENDAHULUAN. negara-negara maju seperti diabetes melitus, jantung koroner, penyakit

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gizi merupakan hal paling penting dalam proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Responden dan Hasil Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mempengaruhi perilaku seseorang dan pada akhirnya juga akan menentukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PALUNG RAYA. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Palung Raya

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

I. PENDAHULUAN. dan kesehatan, padahal makanan juga bisa dilihat dari sudut pandang budaya.

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kelompok sosial yang mendiami suatu wilayah memiliki sistem sosial dan sistem budaya yang unik. Sistem sosial dan sistem budaya inilah yang pada akhirnya membentuk perilaku mereka. Perbedaan tersebut dapat antara lain dipengaruhi oleh kondisi demografis dan geografis tempat kelompok tersebut tinggal. Kekayaan sumber alam di Papua sangat kaya. Namun, sangat disayangkan karena kondisi tersebut bertolak belakang dengan kondisi kesehatan masyarakat, khususnya status gizi perempuan lokal Papua. Perempuan lokal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perempuan lokal suku Balim Distrik Assolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Hasil survei pada 1992 menunjukkan bahwa angka kekurangan gizi pada ibu di Kabupaten Jayawijaya masih terbilang buruk. Hal ini tentu saja membawa pengaruh besar bagi tingkat kesehatan dan ketangguhan sumber daya manusia di Jayawijaya (Deritana et al., 2000). Masalah gizi pada perempuan lokal suku Balim yang sudah berkeluarga masih sangat memerlukan perhatian. Hal ini disebabkan oleh dampak lanjutan dari masalah gizi yang terjadi pada para ibu. Salah satunya adalah angka kematian ibu yang masih cukup tinggi. Seorang perempuan yang sudah berkeluarga, memiliki peran yang sangat penting bagi keluarga, baik dalam menentukan pola makan hingga status gizi keluarganya. Menurut Deritana et al., (2000) masih tingginya kekurangan gizi 1

pada perempuan lokal di Jayawijaya antara lain disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, pengetahuan yang rendah, perilaku masyarakat dalam perbaikan gizi yang belum tepat, dan pemantauan pertumbuhan di posyandu yang kurang optimal. Menurut Rumbiak (1993a) faktor sosio-demografi, sosio-psikologi serta pola makan turut mempengaruhi status gizi seorang perempuan. Faktor sosiodemografi dapat meliputi umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan lain sebagainya yang dapat berpengaruh terhadap pola makan seseorang. Demikian juga dengan faktor sosio-psikologi termasuk di dalamnya nilai-nilai tradisional yang berlaku di suatu daerah sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pola makannya. Assolokobal merupakan salah satu Distrik yang terdapat di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Menurut Sandjaja (1995) masyarakat pedalaman di Wamena sangat terikat pada budaya makan yang turun temurun dengan variasi jenis pangan yang terbatas. Rata-rata masyarakat hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja yaitu ubi jalar (ipoema batatas), sedangkan daging dikonsumsi bila ada pesta adat atau hari raya agama. Cara memasak makanan masyarakat setempat masih bersifat tradisional, hanya dibakar dalam api atau direbus dengan uap panas dari batu yang dibakar yang biasa dikenal dengan istilah bakar batu (Siregar et al., 1997). Kondisi status gizi seseorang pada umumnya dapat merepresentasikan pola makan dan bahan makanan yang ia konsumsi. Darlington (1969) menyebutkan bahwa pola makan dapat menggambarkan hubungan sosial serta aturan-aturan sosial yang terbangun di dalam suatu struktur sosial masyarakat. Demikian pula halnya masyarakat di Lembah Balim. Kondisi ini pada akhirnya 2

mempengaruhi status gizi mereka karena jenis makanan yang mereka makan pun tidak beragam, dan terkadang terbatasi oleh nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman mereka. Kehidupan sosial budaya merupakan produk dari struktur sosial dan individu-individu dalam masyarakat tersebut. Adanya interaksi sosial dengan budaya lain sangat memungkinkan terjadinya alkulturasi budaya dan pada akhirnya menambah pemahaman masyarakat lokal, karena adanya introduksi hal-hal baru yang mereka terima; tak terkecuali informasi tentang gizi masyarakat. Perkembangan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan status gizi perempuan Balim pada umumnya. Menurut Xilin Yang, et al (1998), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pola makan dan asupan makan, diantaranya faktor pendidikan dan pendapatan. Adapun, tingkat sosial ekonomi seseorang sangat berpengaruh terhadap kemampuan mereka mencukupi kebutuhan gizi. Xilin Yang berasumsi bahwa seseorang yang memiliki pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi memiliki perilaku konsumsi (makan) yang lebih baik dibandingkan kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih rendah. Persediaan makanan yang terbatas dan seringnya menderita penyakit infeksi merupakan dua faktor utama yang menyebabkan malnutrisi (Sayogyo, 2006). Pada umumnya masyarakat Balim bekerja sebagai petani-peternak, namun tidak sedikit juga yang bekerja di sektor-sektor formal, antara lain sebagai PNS. Selain itu ada pula yang bekerja sebagai karyawan swasta, walau jumlahnya tidak banyak. Hal ini menandakan adanya perkembangan dalam bidang kerja, dan dengan demikian juga peningkatan dalam kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat. 3

Foster (1986) dalam bukunya Antropologi Kesehatan mengemukakan, betapa seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran akan praktek dan pengetahuan mengenai hambatanhambatan dalam hal ini adalah hambatan yang akan berpengaruh pada kondisi status gizi perempuan lokal suku Balim, seperti makanan-makanan yang ditabukan maupun peran-peran adat terkait dengan beban kerja yang sudah ada secara turun temurun harus segera diatasi guna membantu masyarakat dalam memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Determinan Sosio-demografi, Sosio-psikologi, Pola Makan dengan Status Gizi Perempuan Lokal Suku Balim, Distrik Assolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Papua. B. Rumusan Masalah Masalah kesehatan, serta kondisi status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan situasi sosial dan budaya masyarakat. Faktor-faktor sosio-demografi maupun sosio-psikologi dapat mempengaruhi pola makan seseorang. Selain itu, aspek-aspek tentang layanan kesehatan, sarana transportasi dan komunikasi serta fasilitas kesehatan termasuk dimensi-dimensi yang menyangkut kepercayaan, mata pencaharian dan lingkungan fisik tempat masyarakat tersebut berada, menjadi faktor domino yang mempengaruhi masalah kesehatan dan perilaku sehat di masyarakat. Interaksi dan relasi sosial dalam suatu kelompok masyarakat, terbangun di dalam kerangka suatu budaya tertentu. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat 4

mendasari adanya masalah kesehatan, antara lain masalah status gizi mereka. Selain itu, status gizi seseorang dapat pula dipengaruhi oleh status ekonominya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, beberapa hal yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain: 1) Apakah ada hubungan antara faktor sosio-demografi dan Sosio-psikologi dengan pola makan pada perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal? 2) Apakah ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosio-demografi, Sosio-psikologi, dan pola makan dengan status gizi pada perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal. 2. Tujuan Khusus 1) Mengetahui hubungan antara faktor sosio-demografi dan Sosio-psikologi dengan pola makan pada perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal. 2) Mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi pada perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gambaran tingkat status gizi perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal, pengaruh faktor sosiodemografi dan Sosio-psikologi serta pola makan yang ada yang akan mempengaruhi tingkat status gizi, serta sebagai sarana berfikir ilmiah dalam penyelesaian tugas akhir skripsi sarjana. 2. Bagi masyarakat a) Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal mengenai gambaran status gizi. b) Memberikan masukan bagi perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal dalam memanfaatkan sumber-sumber pangan yang tersedia guna meningkatkan status gizi. 3. Bagi Pemerintah a) Memberikan informasi bagi tenaga pelayanan gizi tentang tingkat status gizi berdasarkan perbedaan faktor sosio-demografi, Sosio-psikologi dan pola makan pada perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal. b) Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi pemerintah dalam upaya menyusun program promosi kesehatan, meningkatkan edukasi dan strategi dalam upaya peningkatan status gizi perempuan lokal suku Balim di Distrik Assolokobal. 6

E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain adalah : 1. Silasari (2011) dengan penelitiannya yang berjudul Faktor Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Menggala Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung Tahun 2011. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor sosial budaya yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini dirancang dengan penelitian potong lintang, dilakukan pada bulan Februari- Mei 2011. Variabel terikatnya adalah perilaku pemberian ASI Eksklusif, sedangkan variabel bebasnya adalah karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan ibu, nilai/norma yang ada, sikap ibu, kebiasaan/tradisi yang ada, dan dukungan keluarga. Hasilnya adalah hanya 7% responden yang berperilaku menyusui secara eksklusif. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap nilai/norma yang ada, dan tradisi/kebiasaan yang ada dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik ibu (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan) dan dukungan keluarga. Persamaan dalam penelitian ini adalah peneliti sama-sama ingin meneliti faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi perilaku, sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel dan sampel penelitian. 2. Sarawa (1998) dengan judul penelitiannya adalah Sosial Budaya, Tingkat Ekonomi dan Status Gizi Anak Usia Sekolah di Beberapa Desa di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji faktor-faktor sosial budaya, tingkat ekonomi yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah. Variabel 7

penelitian terdiri atas faktor lingkungan fisik (ketersediaan pangan keluarga), lingkungan sosial ekonomi (sistem kekerabatan, pendidikan ibu, pendapatan) dan faktor lingkungan budaya (pengetahuan tentang gizi, jenis makanan, pengolahan makanan, distribusi makanan dan kepercayaan) sebagai variabel pengaruh, sedangkan variabel terpengaruh adalah status gizi anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ketersediaan bahan pangan, tingkat pendidikan ibu, pendapatan, keluarga, pengetahuan ibu, jenis makanan, dan pengolahan makanan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi anak usia sekolah. Adapun, variabel sistem kekerabatan dan distribusi makanan tidak terdapat hubungan dengan status gizi anak usia sekolah. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada variabel tergantungnya. Penelitian Sarawa, status gizi anak usia sekolah merupakan variabel tergantung sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan variabel tergantungnya adalah status gizi perempuan lokal suku Balim. 3. Mapandin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Faktor- Faktor Sosial Budaya dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga pada Masyarakat di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan faktor sosial budaya dengan konsumsi makanan pokok rumah tangga pada masyarakat di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan dua metode yaitu metode kualitatif (wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dan metode kuantitatif (desain cross sectional). Variabel penelitian terdiri atas faktor sosial rumah tangga (meliputi: tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah 8

anggota rumah tangga) dan faktor budaya rumah tangga (meliputi: preferensi makanan pokok, fungsi sosial makanan pokok, tradisi makanan pokok dan pengetahuan gizi ibu) sebagai variabel bebasnya, sedangkan variabel terikatnya adalah konsumsi makanan pokok (meliputi: kontribusi dan pola makan makanan pokok). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi strata sosial maka semakin bervariasi makanan pokok yang dikonsumsi. Sebaliknya semakin kuat faktor budaya yang dianut, maka akan semakin sedikit jenis makanan pokok yang dikonsumsi. Persamaan dalam penelitian ini adalah terdapat pada varibel penelitian yang diteliti yaitu peneliti sama-sama ingin meneliti mengenai faktor sosial maupun budaya serta konsumsi makan pada responden. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikat, dimana variabel terikatnya adalah konsumsi makanan pokok, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti varibel terikatnya adalah status gizi. 9