dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

Katalog BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Kerjasama : KATALOG :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II URAIAN SEKTORAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II.1. SEKTOR PERTANIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

Katalog BPS :

BAB III URAIAN SEKTORAL

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Katalog BPS :

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN


II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. dengan. PDRB Kecamatan Kota Depok Tahun 2014

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KATA PENGANTAR. Lumajang, November 2017 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG. . A Z W I R, S.Si. NIP

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :


BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY

KABUPATEN BENGKULU TENGAH


PDRB Kabupaten Blitar

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH


KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU


Transkripsi:

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar City

Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 No. Katalog BPS : 9205.3572 Ukuran Buku : A4 ( 21 cm x 29 cm ) Jumlah Halaman : 96 Naskah : BPS Kota Blitar Penyunting : Seksi Nerwilis BPS Kota Blitar Perancang Sampul : Seksi Nerwilis BPS Kota Blitar Diterbitkan oleh : BPS Kota Blitar Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar merupakan salah satu indikator makro yang dapat digunakan untuk mengukur apakah seluruh upaya pembangunan secara sinergis bergerak kearah perwujudan visi pembangunan daerah sekaligus sebagai dasar perencanaan pembangunan, khususnya bidang ekonomi di Kota Blitar. Publikasi tahun 2008 ini berisikan data PDRB mulai tahun 2004 sampai dengan data PDRB tahun 2008 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 beserta uraian mengenai konsep dan definisi, metode penghitungan, klasifikasi lapangan usaha dan sektor, dan tinjauan PDRB Kota Blitar tahun 2008. Dengan demikian publikasi ini memuat Informasi yang sangat penting bagi pelaksana maupun perencana pembangunan. Data tahun 2008 merupakan angka sementara karena beberapa data dasar yang digunakan masih dalam bentuk angka sementara, sedangkan data tahun sebelumnya merupakan angka perbaikan. Angka PDRB disajikan dalam satuan uang rupiah, baik menurut perhitungan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. Untuk keperluan analisis sederhana, disusun pula tabel-tabel yang memuat angka persentase maupun indeks-indeks yang biasa digunakan sebagai indikator ekonomi. Kepada Bapak Walikota Blitar, BAPPEDA Kota Blitar, Dinas/Instansi yang menjadi sumber data dalam penyusunan PDRB ini dan semua pihak yang turut membantu hingga tersusunnya publikasi ini, kami menyampaikan banyak terimakasih. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 iv

Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik ini akan terus berlanjut baik dalam rangka penyusunan PDRB maupun kegiatan-kegiatan statistik lainnya. Saran dan kritik yang membangun juga sangat kami harapkan guna meningkatkan mutu penghitungan dan penyajian PDRB pada masa mendatang. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Blitar, Juni 2009 Kepala BPS Kota Blitar Drs. MOHAMAD SARJAN NIP. 340 012 483 Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 v

SAMBUTAN WALIKOTA BLITAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Segenap puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-nya, kita semua dapat menyelesaikan kegiatan pembangunan tahap demi tahap sehingga segenap masyarakat dapat menikmati hasil-hasil pembangunan ini. Hasil-hasil pembangunan tersebut, bila diamati dari sudut ekonomi yang tercermin melalui analisa-analisa statistik, maka akan diperoleh gambaran kuantitatif yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak untuk menentukan langkah-langkah pembangunan yang lebih tepat dan terarah. Pembangunan ekonomi Kota Blitar yang dijadikan fokus pembangunan kita sampai saat ini, secara makro sektoral telah dapat diuraikan dalam bentuk data statistik yang tertuang dalam hasil penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar. Hasil Penghitungan PDRB tersebut merupakan suatu prestasi yang tidak kecil artinya sehingga perlu ditingkatkan sebagai landasan konsepsional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, saya anjurkan agar hasil penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam publikasi ini dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan pembangunan ekonomi Kota Blitar. Akhirnya saya ingin menghimbau dengan segenap daya dan semangat pengabdian yang tinggi, marilah kita tingkatkan produktifitas kerja kita sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dalam mengemban tugas-tugas pembangunan dengan sikap yang lebih realistis dan dinamis. Wasssalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Blitar, Juni 2009 WALIKOTA BLITAR Drs. DJAROT SAIFUL HIDAYAT, MS Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 vi

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR iv SAMBUTAN WALIKOTA BLITAR vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 2 1.2. Tujuan 3 1.3. Kegunaan PDRB 3 BAB II KONSEP DAN DEFINISI 2.1. Pengertian PDRB 6 2.2. Istilah-istilah dalam PDRB 7 2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto 9 2.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 9 2.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 10 2.3.3 PDRN Atas Dasar Harga Berlaku 10 2.3.4 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor 10 2.3.5 Pendapatan Regional (Regional Income ) 11 BAB III METODE PENGHITUNGAN 3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 14 3.1.1. Metode Langsung.. 14 3.1.2. Metode Tidak Langsung (Alokasi) 16 vii ix Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 vii

Halaman 3.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 16 3.2.1. Revaluasi. 17 3.2.2. Ekstrapolasi 17 3.2.3. Deflasi. 17 3.2.4. Deflasi Berganda 17 3.3. Angka Indeks 18 3.3.1. Peranan Sektoral 18 3.3.2. Indeks Perkembangan 18 3.3.3. Indeks Berantai 19 3.3.4. Indeks Harga Implisit 19 3.3.5. Inflasi 20 BAB IV KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR 4.1. Klasifikasi Lapangan Usaha 22 4.2. Klasifikasi Sektor 38 BAB V TINJAUAN PDRB KOTA BLITAR TAHUN 2007 5.1. Tinjauan Umum PDRB adhb dan PDRB adhk 40 5.2. Struktur Ekonomi 45 5.2.1 Menurut Lapangan Usaha 47 5.2.2 Menurut Sektor. 49 5.3. Pertumbuhan Ekonomi 58 5.4. Tingkat Perkembangan Harga 67 5.5. Pendapatan Regional Per Kapita 70 BAB VI TABEL-TABEL POKOK Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 viii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1 : PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2008 ( 000 Rp. ) 43 Tabel 5.2 : PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2008 ( 000 Rp. ) 44 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 : Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2004-2008 ( % ) 46 : Peranan Sektor-sektor PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2004-2008 ( % ) 56 : Kontribusi dan Inflasi PDRB Kelompok Non Jasa dan Jasa Tahun 2004-2008 ( % ) 57 : Andil/Shift Share masing-masing Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Tahun 2008 59 : Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Menurut Sektor dan Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 (%) 61 : Inflasi PDRB Kota Blitar Menurut Sektor dan Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 (%) 69 : PDRB per Kapita dan Pendapatan Regional per Kapita Penduduk Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2004-2008 (Rupiah) 71 Tabel 6.1 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2004-2008 ( 000 Rp. ) 73 Tabel 6.2 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2004-2008 ( 000 Rp. ) 74 Tabel 6.3 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 75 Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 ix

Tabel 6.4 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 76 Tabel 6.5 : Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 77 Tabel 6.6 : Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 78 Tabel 6.7 : Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 79 Tabel 6.8 : Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 80 Tabel 6.9 : Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 81 Tabel 6.10 : Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 82 Tabel 6.11 : Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 83 Tabel 6.12 : Agregat PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita Kota Blitar 2004-2008 84 Tabel 6.13 : Laju Pertumbuhan Agregat PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita Kota Blitar 2004-2008 ( % ) 85 Halaman Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 x

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 5.1 : PDRB Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004-2008 (Miliar Rp.) 43 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 : Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ( % ).. 47 : Struktur Ekonomi Kota Blitar Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2008 Menurut Sektor ( % ).. 49 : Pergeseran Sektor Primer, Sekunder dan Tersier pada Tahun 2004-2008 ( % )... 52 : Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan Kelompok Jasa dan Non Jasa Tahun 2004-2008 54 Grafik 5.6 : Pertumbuhan Ekonomi Kota Blitar Tahun 2004-2008 55 Grafik 5.7 : Inflasi PDRB dan Inflasi IHK Kota Blitar Tahun 2004-2008 (%) 61 Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 xi

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan kesepakatan bersama yang telah tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 3 Tahun 2001 tentang Rencana Strategis Daerah Kota Blitar, metode pembangunan di Kota Blitar tetap menggunakan sistem Bottom up Planning (perencanaan dari masyarakat) yang disinergikan dengan Top Down Planning (perencanaan dari pemerintah). Sinergitas pembangunan dari pemerintah dan masyarakat tetap harus dijaga karena pemberian otonomi kepada daerah semata-mata bertujuan agar setiap pembangunan yang dilakukan dapat langsung menyentuh masyarakat sehingga dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Berangkat dari tujuan utama tersebut, maka setiap visi dan misi pemerintah daerah harus bermuara kepada kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat mewujudkannya diperlukan partisipasi aktif dari seluruh komponen pemerintah dan bukan hanya pemerintah daerah, termasuk juga partisipasi aktif dari masyarakat. Tahun 2008 merupakan tahun ke 3 (Tiga) RPJMD II Kota Blitar tahun 2006-2010, sehingga sisa waktu yang ada diharapkan benar-benar dapat mencapai pada visi dan misi yang telah ditetapkan. Satu dari 16 poin yang telah disepakati dan telah dituangkan dalam arah kebijakan RPJMD Kota Blitar Tahun 2006-2010 adalah Pemantapan sistem perdagangan dan jasa unggulan yang mampu memberi sumbangan pada PDRB sampai dengan 70 persen. Pertanyaannya adalah sejauh mana sasaran tersebut dapat tercapai pada tahun 2008. Disinilah BPS mengambil peran sebagai salah satu bentuk partisipasi aktif kepada Pemerintah Kota Blitar untuk turut mensukseskan pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu bentuk kerjasama yang telah terjalin dengan baik antara BPS Kota blitar dengan Pemerintah Kota Blitar adalah menyediakan data statistik makro secara konsisten seperti yang tertuang dalam Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 2

PENDAHULUAN Indikator ekonomi yang bisa di peroleh dari penghitungan PDRB dan umum digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya, PDRB bukanlah satu-satunya indikator yang dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan. Melalui berbagai macam sensus dan survei, BPS menghitung berbagai macam indikator, baik ekonomi maupun sosial, yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Akan tetapi publikasi kali ini hanya akan menyajikan hasil penghitungan PDRB berikut analisisnya. 1.2. T u j u a n Tujuan penyusunan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar adalah untuk menyajikan data statistik ekonomi makro secara konsisten, dengan maksud agar dapat digunakan sebagai bahan evaluasi maupun dasar pengambilan kebijakan pembangunan di Kota Blitar. 1.3. Kegunaan PDRB Ukuran secara makro mengenai produk suatu daerah serta perkembangannya secara keseluruhan memang hingga saat ini belum diperoleh rumusan yang memuaskan. Untuk hal tersebut, pendapatan nasional dan Gross National Product (GNP) serta ukuran turunannya (derivate) yaitu pendapatan regional dapat digunakan sebagai alat ukur minimal sebagai indikator terhadap hasil upaya pembangunan beserta dampaknya secara sektoral. Melalui penghitungan PDRB akan didapatkan angka pendapatan regional suatu daerah. Penghitungan PDRB juga dapat digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi, tingkat kemakmuran penduduk (pendapatan per kapita), perubahan harga (inflasi), struktur perekonomian dan lain-lain. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Yang dimaksud dengan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan terhadap tahun sebelumnya. Karena dalam PDRB atas dasar harga konstan, Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 3

PENDAHULUAN faktor perubahan harga telah dihilangkan, maka kenaikan PDRB atas dasar harga konstan mencerminkan adanya kenaikan laju pertumbuhan ekonomi daerah tersebut pada tahun yang bersangkutan. Tingkat Kemakmuran Penduduk Tingkat kemakmuran penduduk diukur dengan pendapatan perkapita yang merupakan hasil bagi antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Tingkat kemakmuran ini akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan jumlah penduduk. Jika laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan per kapita, maka tingkat kemakmuran penduduk tidak akan mengalami perbaikan. Namun demikian ukuran ini belum dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan rata-rata peduduk karena dimungkinkan adanya ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat. Tingkat Perubahan Harga Kenaikan atau penurunan harga dapat diketahui melalui penghitungan Indeks Harga Implisit. Indeks Harga Implisit merupakan hasil bagi antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun yang sama. Jika Indeks Harga Implisit tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga Implisit tahun sebelumnya menunjukkan adanya inflasi (kenaikan harga) dan jika lebih rendah maka menunjukan adanya deflasi (penurunan harga). Struktur Perekonomian Dengan mencermati distribusi persentase PDRB masing-masing lapangan usaha/sektor akan dapat diketahui bagaimana struktur perekonomian daerah tersebut. Lapangan usaha/sektor yang persentase PDRB nya lebih tinggii menunjukkan dominasi yang lebih besar dalam perekonomian suatu daerah dan sebaliknya, persentase kecil menunjukkan peranan yang kecil pula dalam perekonomian. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 4

KONSEP & DEFINISI BAB II KONSEP DAN DEFINISI 2.1. Pengertian PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Blitar adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah Kota Blitar dalam kurun waktu satu tahun dikurangi dengan seluruh biaya antara yang dikeluarkan dalam proses produksi, tanpa memperhatikan apakah faktor-faktor produksinya (tanah, tenaga, modal, dan lainlain) berasal dari atau dimiliki oleh penduduk Kota Blitar. Dengan kata lain PDRB adalah jumlah seluruh nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dari seluruh lapangan usaha disuatu daerah dalam kurun waktu satu tahun. Apabila ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah dari semua pendapatan yang timbul karena ikut sertanya faktor-faktor produksi dalam proses produksi di wilayah Kota Blitar. Pendapatan faktor terdiri dari unsur-unsur : 1. Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai. 2. Sewa tanah dan royalti sebagai balas jasa atas penggunaan tanah, hak paten, hak cipta, lisensi, dan lain sebagainya. 3. Bunga modal sebagai balas jasa atas penggunaan modal. 4. Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan. Untuk lebih jelasnya, semua hasil kegiatan-kegiatan ekonomi berupa barang atau jasa yang dilakukan baik oleh swasta maupun pemerintah (pusat dan daerah) yang beroperasi di wilayah Kota Blitar harus tercakup dalam penghitungan ini. Namun, sehubungan dengan keterbatasan data statistik berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam beberapa hal masih terdapat asumsi-asumsi terutama dalam menghitung produk uncoverage economics, tetapi diharapkan masih dalam batas-batas yang dapat diterima. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 6

KONSEP & DEFINISI Publikasi PDRB ini menyajikan angka-angka untuk Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2006 dan masing-masing disusun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku (current prices) maupun atas dasar harga konstan (constant prices). Penyajian atas dasar harga konstan dapat digunakan untuk melihat kenaikan PDRB secara riil dari tahun ke tahun karena meniadakan faktor inflasi yang mungkin ikut mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut. 2.2. Istilah-istilah dalam PDRB Barang dan Jasa Barang dan Jasa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia ada yang dapat digunakan secara langsung dan ada yang harus mengalami proses terlebih dahulu, sehingga barang dan jasa dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu : - Barang dan jasa sebagai permintaan antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. - Barang dan jasa sebagai permintaan akhir yaitu barang dan jasa yang langsung dikonsumsi. Output Nilai produksi bruto (output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha kegiatan ekonomi dalam satu periode tertentu (biasanya satu tahun) meliputi baik produksi utama, produksi ikutan, maupun produksi sampingan. Pada dasarnya nilai Output = O diperoleh dari perkalian antara Kuantum Produksi (Quantum = Q) dan Harganya (Price = P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui rumus : O = Q x P Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 7

KONSEP & DEFINISI Biaya Antara Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama ( barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali produksi ) dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Biaya antara dalam penghitungan PDRB berbeda dengan biaya di dalam akuntansi, dimana dalam biaya antara tidak termasuk komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan), penyusutan barang modal, dan pajak tak langsung neto. Nilai Tambah Bruto (NTB) Nilai tambah bruto (Gross Added Value) merupakan selisih antara nilai produksi bruto (output) dengan biaya antara, atau apabila dirumuskan menjadi : Pengertian nilai tambah bruto ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain merupakan penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah (region) tertentu dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai Produksi Bruto Biaya Antara Penyusutan Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi sehingga akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Para pemegang modal (pengusaha) selayaknya menyediakan/menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap saat mengalami penurunan nilai sekian persen dari nilai ekonomis barang tersebut. Penyediaan biaya ini di dalam penghitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 8

KONSEP & DEFINISI Pajak Tak Langsung Neto Pajak tak langsung neto terdiri atas dua komponen yaitu pajak tak langsung dan subsidi. Selisih antara pajak tak langsung dan subsidi disebut sebagai pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung terdiri dari iuran wajib yang dibayarkan perusahaan kepada pemerintah daerah atau pusat sebagai biaya atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan. Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan pemerintah kepada perusahaan misalnya untuk mengganti kerugian operasional dan mempertahankan harga pada tingkat tertentu. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan investasi atau menutupi kerugian akibat bencana tidak dianggap sebagai subsidi. 2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto Variabel harga (Price) yang digunakan dalam pengitungan PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penghitungan atas dasar harga berlaku akan menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) dan penghitungan atas dasar harga konstan akan menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB adhk). Dari PDRB adhb maupun PDRB adhk dapat diturunkan lagi indikator-indikator yang muaranya adalah untuk mendapatkan pendapatan regional perkapita. 2.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Gross Regional Domestic Product at Current Prices) Nilai PDRB atas dasar harga berlaku dapat diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah bruto (Gross Added Value) dari seluruh sektor perekonomian yang berada pada wilayah tertentu. Adapun yang dimaksud atas dasar harga berlaku adalah apabila semua produk barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada tahun berjalan. Dalam hal ini NTB mencakup komponen pendapatan faktor (upah gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung neto). Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dari Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 9

KONSEP & DEFINISI tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. 2.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Gross Regional Domestic Product at Constant Prices) Nilai PDRB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan kuantum produksi pada tahun berjalan dengan harga pada tahun dasar 2000. Angka PDRB atas dasar harga konstan sangat penting karena dengan membandingkan PDRB adhk dari tahun ke tahun akan didapatkan angka laju pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan perkembangan riil ekonomi dari tahun ke tahun, baik secara keseluruhan maupun sektoral pada suatu daerah. Berbeda dengan PDRB adhb, perkembangan PDRB adhk murni menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh perubahan volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan. 2.3.3 PDRN Atas Dasar Harga Berlaku (Net Regional Domestic Product at Current Prices) PDRN atas dasar harga berlaku diperoleh dari selisih antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penyusutan barang modal dari seluruh lapangan usaha. PDRN adhb = PDRB adhb Penyusutan 2.3.4 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (Net Regional Domestic Product at Factor Cost) Perbedaan mendasar antara konsep atas dasar biaya faktor dan konsep atas dasar harga berlaku adalah karena adanya pajak tak langsung neto. Selisih antara PDRN atas dasar harga berlaku dengan pajak tak langsung neto akan menghasilkan PDRN atas dasar biaya faktor. PDRN adbf = PDRN adhb Pajak tak langsung neto Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 10

KONSEP & DEFINISI 2.3.5 Pendapatan Regional per Kapita (Regional Income) Dari konsep-konsep yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa PDRN atas dasar biaya faktor tersebut sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah tertentu. Balas jasa faktor-faktor produksi tersebut berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan. Dengan demikian PDRN atas biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah tersebut. Perlu diketahui bahwa sulit untuk menghitung pendapatan penduduk suatu daerah tertentu. Hal tersebut dikarenakan ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah itu, diperoleh karena memiliki faktor produksi pada perusahaan yang beroperasi di daerah lain dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian pendapatan Regional adalah PDRN atas dasar biaya faktor ditambah selisih antara pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut (pendapatan masuk) dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah lain (pendapatan keluar). Dengan asumsi selisih pendapatan masuk dengan pendapatan keluar adalah nol maka PDRN atas dasar biaya faktor sama dengan pendapatan regional. Apabila pendapatan regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut, maka akan dihasilkan rata-rata pendapatan per kapita penduduk daerah tersebut. Pendapatan Regional Pendapatan per kapita = Jml Penduduk Tengah Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 11

KONSEP & DEFINISI Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka konsep yang digunakan dalam pendapatan regional dapat diurutkan sebagai berikut: (1). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Gross Regional Domestic Product at Current Prices) minus: Penyusutan barang modal akan sama dengan (2). PDRN Atas Dasar Harga Berlaku (Net Regional Domestic Product at Current Prices) minus: Pajak tak langsung neto akan sama dengan (3). PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (Net Regional Domestic Product at Factor Cost) minus: Pendapatan yang mengalir keluar daerah/luar negeri akan sama dengan (4). Pendapatan Regional (Regional Income) minus: - Pajak pendapatan perusahaan (Corporate Income Taxes) - Keuntungan yang tidak dibagikan (Industributed Profit) - Iuran kesejahteraan dan sosial (Social Security Constribution) plus: Transfer yang diterima oleh rumah tangga dan bunga neto atas hutang pemerintah, akan sama dengan (5). Pendapatan Orang Seorang (Personal Income) minus: Pajak rumah tangga, transfer yang diterima rumahtangga akan sama dengan (6). Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 12

METODE PENGHITUNGAN BAB III METODE PENGHITUNGAN 3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung (alokasi). Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut: 3.1.1. Metode Langsung Metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang terpisah sama sekali dengan data propinsi atau nasional sehingga hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah tersebut. Metode langsung dapat diperoleh dengan menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dapat diterangkan sebagai berikut: a. Pendekatan Produksi Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap lapangan usaha atau sub lapangan usaha. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan pendekatan nilai tambah. Nilai tambah merupakan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya (5) Konstruksi; (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi; (8) Keuangan, Persewaan bangunan, dan Jasa Perusahaan; dan (9) Jasa-jasa. Lapangan usaha- Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 14 dalam proses produksi barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi. Lapangan usaha yang dihitung dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha sebagai berikut: (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan penggalian; (3) Industri pengolahan; (4) Listrik, Gas, dan Air bersih;

METODE PENGHITUNGAN lapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi dalam berbagai sub lapangan usaha. Pembagian lapangan usaha-lapangan usaha menjadi sub lapangan usaha dan rincian yang lebih rinci lagi serta ruang lingkup dan definisinya, disajikan dalam penerbitan BPS: Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). b. Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Untuk lapangan usaha pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah, dan keuntungan. c. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa di dalam suatu daerah. Jadi, produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir seperti: 1. Pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga 2. Pengeluaran konsumsi akhir lembaga swasta yang tidak mencari untung. 3. Pengeluaran konsumsi pemerintah 4. Pembentukan modal tetap bruto 5. Perubahan Stok 6. Ekspor dan impor Dari tiga pendekatan tersebut, secara konsep, jumlah pengeluaran tersebut harus sama dengan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 15

METODE PENGHITUNGAN 3.1.2. Metode Tidak Langsung (Alokasi) Metode tidak langsung adalah metode dengan cara menghitung pendapatan regional kota/kabupaten dengan cara mengalokir angka pendapatan regional provinsi untuk tiap-tiap kota/kabupaten menggunakan alokator tertentu. Cara tersebut ditempuh karena data tidak tersedia atau adanya kerahasiaan dari data tersebut yang tidak boleh diketahui oleh banyak orang misalnya: data perbankan, data pertahanan keamanan, dan lain-lain. Alokator yang dapat digunakan yaitu berupa indikator produksi, antara lain: 1. Nilai produksi bruto atau neto 2. Jumlah produksi fisik 3. Tenaga kerja 4. Penduduk 5. Alokator lainnya yang dianggap cocok untuk daerah tersebut. 3.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar 2000. Karena menggunakan harga yang tetap yaitu harga tahun dasar 2000, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun murni disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa pengaruh fluktuasi harga (inflasi/deflasi). Angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data proses produksi, dapat memberikan gambaran tingkat perkembangan produktifitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha. Pada dasarnya, dikenal empat cara yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar harga konstan, yaitu: Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 16

METODE PENGHITUNGAN 3.2.1. Revaluasi Dengan cara ini, masing-masing produksi dan biaya antara pada tahun yang bersangkutan dikalikan dengan harga tahun dasar yang akan diperoleh nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya, nilai tambah bruto diperoleh dari selisih antara nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan. 3.2.2. Ekstrapolasi Penghitungan cara ini diperoleh dengan mengalikan nilai tambah tahun dasar dengan indeks kuantum produksi. Jika indeks kuantum produksi sukar diperoleh maka dipakai indeks yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung misalnya indeks jumlah tenaga kerja atau indikator lainnya. Indeks-indeks tersebut nantinya akan bertindak sebagai ekstrapolator. 3.2.3. Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun berjalan dengan indeks harganya. Indeks harga yang biasa digunakan sebagai deflator adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), Indeks Harga Produsen (IHP), dan Indeks Biaya Hidup (IBH). 3.2.4. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda, yang dideflasi adalah output/nilai produksi dan biaya antaranya. Mendeflasikan nilai produksi akan memperoleh nilai produksi atas dasar harga konstan dan mendeflasi biaya antara akan diperoleh biaya antara atas dasar harga konstan, selisih antara nilai produksi atas dasar harga konstan dengan biaya antara atas dasar harga konstan akan diperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 17

METODE PENGHITUNGAN dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. 3.3. Angka Indeks PDRB dalam publikasi ini juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral, angka-angka indeks, dan inflasi sektoral. Angka-angka indeks yang dimaksud adalah indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks harga implisit. Masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.3.1. Peranan Sektoral Diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing lapangan usaha / sub lapangan usaha dengan nilai total seluruh lapangan usaha PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu). Penghitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut: PDRB i P i = X 100 9 PDRB i i=1 P = Peranan sektoral i = Lapangan usaha i, i=1, 2,, 9 Dalam penyajian tabulasinya, peranan lapangan usaha diberi judul Distribusi Persentase PDRB. 3.3.2. Indeks Perkembangan Diperoleh dengan membagi nilai-nilai PDRB masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100 untuk masing-masing lapangan usaha/sub lapangan usaha. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Perumusannya adalah sebagai berikut: Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 18

METODE PENGHITUNGAN IP = Indeks Perkembangan PDRB it IP = X 100 PDRB io i = Lapangan usaha i, i=1, 2,, 9 t = Tahun ke - t o = Tahun Dasar 3.3.3. Indeks Berantai Diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100 untuk masing-masing lapangan usaha/ sub lapangan usaha. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan produksi untuk masing-masing tahun. Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut : IB = Indeks Berantai PDRB it IB = X 100 PDRB it-1 i = Lapangan usaha i, i=1, 2,, 9 t = Tahun ke - t 3.3.4. Indeks Harga Implisit Diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 19

METODE PENGHITUNGAN Indeks harga implisit dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: PDRB ithb IHI = X 100 PDRB ithk IHI = Indeks Harga Implisit hb = Harga Berlaku ; hk = Harga Konstan t = Tahun ke t 3.3.5. Inflasi Diperoleh dari indeks harga implisit dengan membuat indeks berantainya dari tahun ke tahun. Angka ini menunjukkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Angka tersebut juga menunjukkan secara berkala besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah penghitungan PDRB. IHI it Inflasi = X 100-100 IHI it-1 IHI it = Indeks Harga Implisit Lapangan usaha ke- i tahun t. IHI it-1 = Indeks Harga Implisit Lapangan usaha ke- i tahun (t-1) Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 20

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR BAB IV KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR 4.1. Klasifikasi Lapangan usaha 4.1.1. Lapangan Usaha Pertanian Sub Lapangan Usaha Tanaman Bahan Makanan Sub lapangan usaha ini meliputi komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, dan sejenisnya serta hasil-hasil produk ikutannya. Sumber data : Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar, sedangkan data harga bersumber dari BPS Kota Blitar. Metode Penghitungan : Dalam memperkirakan nilai tambah atas dasar harga berlaku lapangan usaha pertanian biasanya digunakan pendekatan produksi karena data yang tersedia seperti data produksi, harga, dan biaya-biaya antara dapat dipakai secara langsung untuk memperkirakan besarnya nilai tambah. Cara yang digunakan dalam pendekatan produksi ini adalah dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku untuk setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Nilai tambah atas harga konstan 2000 dihitung dengan metode revaluasi yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan tahun 2000. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 22

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR Sub Lapangan Usaha Tanaman Perkebunan a. Tanaman Perkebunan Rakyat Kota Blitar tidak memiliki daerah konsentrasi pada sub lapangan usaha ini sehingga tidak dimasukkan dalam penghitungan. Adapun komoditi yang dicakup pada sub lapangan usaha ini antara lain adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat (tidak berbadan hukum) seperti karet, kelapa, teh, kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau, cengkeh, dan sejenisnya. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, dan teh olahan. b. Tanaman Perkebunan Besar Kegiatan sub lapangan usaha tanaman perkebunan besar mencakup produksi komoditi yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan yang mempunyai bentuk badan hukum dan dilakukan secara profesional seperti karet, teh, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, coklat, kelapa sawit, cengkeh dan tanaman sejenisnya. Sub lapangan usaha ini tidak dimasukkan dalam penghitungan karena Kota Blitar tidak memiliki daerah konsentrasi komoditi tersebut. Sub Lapangan Usaha Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub lapangan usaha ini mencakup kegiatan pemeliharaan segala jenis ternak dan unggas seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, babi, itik, ayam petelur dan sejenisnya dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya baik yang dilakukan oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan maupun hasil ternak yang meliputi susu segar dan telur. Sumber data : Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur, serta harganya diperoleh dari Sub Dinas Peternakan (Dinas Pertanian Daerah) Kota Blitar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 23

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR Metode pengitungan : Nilai tambah atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi dan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan revaluasi dengan rasio nilai tambah didapat dari hasil SKPR. Sub Lapangan Usaha Kehutanan Kota Blitar tidak mempunyai daerah konsentrasi komoditi yang tercakup di dalam sub lapangan usaha kehutanan hasil dari kegiatan penebangan kayu, pengambilan getah-getahan dan akar-akaran, pengambilan hasil hutan lainnya, dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang, dan bambu, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, kopal, nipah, dan sejenisnya. Sub Lapangan Usaha Perikanan Sub lapangan usaha ini meliputi kegiatan penangkapan dan pemeliharaan segala jenis ikan dan binatang air (kerang, siput, dan udang), baik di air tawar maupun di air asin seperti perikanan umum, tambak, kolam, dan keramba baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Sumber data : Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari Sub Dinas Perikanan (Dinas Pertanian Daerah) Kota Blitar. Metode penghitungan : Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku menggunakan metode pendekatan produksi dan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan revaluasi dengan rasio nilai tambah didapat dari hasil SKPR. 4.1.2. Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian Sub Lapangan Usaha Pertambangan Sub lapangan usaha ini meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan, serta penampungan untuk dijual atau dipasarkan. Hasil dari kegiatan ini adalah minyak bumi kondensat dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 24

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR gas bumi. Sub lapangan usaha ini tidak dimasukkan ke dalam penghitungan karena Kota Blitar tidak memiliki daerah pertambangan minyak dan gas bumi. Sub Lapangan Usaha Penggalian Sub lapangan usaha ini mencakup kegiatan penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan biasa disebut dengan golongan c. hasil-hasil kegiatan ini antara lain adalah pasir bangunan, batu kerikil, tanah liat, dan sejenisnya. Sumber data : Data produksi dan nilai produksi diperoleh dari hasil survei yang dilakukan BPS Kota Blitar berupa data primer dan data sekunder. Metode Penghitungan : Output merupakan perkalian antara produksi dan harga masingmasing jenis hasil penggalian. Nilai tambah bruto merupakan pengurangan output dengan biaya antara yang diperoleh dari hasil SKPR. 4.1.3. Lapangan usaha Industri Pengolahan Kegiatan industri adalah kegiatan untuk merubah bentuk menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Lapangan usaha ini terdiri dari dua sub lapangan usaha, yaitu Sub lapangan usaha industri besar/sedang, dan Sub lapangan usaha industri kecil termasuk RPH (Rumah Potong Hewan) dan kerajinan rumahtangga. Sumber data : Data output atas dasar harga berlaku diperoleh dari BPS Kota Blitar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Blitar. Metode Penghitungan : Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 25

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR Output dan nilai tambah sub lapangan usaha Industri Kecil Kerajinan Rumahtangga diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub lapangan usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga, sedang output RPH diperoleh dari pengolahan laporan RPH triwulanan oleh BPS Kota Blitar. Untuk kelompok industri besar dan sedang, ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan yang dilakukan BPS Kota Blitar. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar Lapangan usaha Industri sebagai deflatornya. 4.1.4. Lapangan usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih Sub Lapangan Usaha Listrik Sub lapangan usaha ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non-pln. Sumber data : Data produksi dan harga diperoleh dari PLN Ranting Blitar. Metode Penghitungan : Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode revaluasi yaitu mengalikan kuantum produksi dengan harga pada tahun dasar 2000. Sub Lapangan Usaha Gas Sub lapangan usaha ini meliputi penyediaan gas kota yang disalurkan kepada konsumen menggunakan pipa, dimana gas tersebut diperoleh dari proses pembakaran batu bara, minyak, dan crack. Sub lapangan usaha ini tidak diperhitungkan dalam PDRB karena di wilayah kota blitar tidak ada perusahaan tersebut. Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 26

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR Sub Lapangan Usaha Air Bersih Sub lapangan usaha ini mencakup air bersih yang diusahakan oleh PDAM. Sumber data : Data produksi dan harga diperoleh dari PDAM Blitar. Metode Penghitungan : Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode revaluasi yaitu mengalikan kuantum produksi dengan harga pada tahun dasar 2000. 4.1.5. Lapangan usaha Bangunan Lapangan usaha Bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam irigasi dan sebagainya. Sumber data : Data primer dari survei perusahaan konstruksi BPS Kota Blitar dan data sekunder dari Bagian Pembangunan Pemkot Blitar. Metode Penghitungan : Nilai tambah bruto dihitung menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dibiayai APBN maupun APBD serta perbaikannya dan pembangunanpembangunan yang dilakukan oleh pengembang, Perumnas, dan swadaya masyarakat murni dan biaya antara sub lapangan usaha sewa bangunan. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar Lapangan Usaha Konstruksi. 4.1.6. Lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sub Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 27

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR Perhitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub lapangan usaha perdagangan besar dan sedang dilakukan dengan pendekatan arus barang (comodity flow). Output diperoleh dengan mengalikan besarnya nilai produksi komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta produk luar daerah yang diperdagangkan dengan margin perdagangan dan penghitungan nilai tambah berdasarkan rasio nilai tambah yang diperoleh dari data hasil penyusunan tabel Input Output (IO) Indonesia 2000 serta survei khusus dari Propinsi Jawa Timur. Produk Luar daerah dihitung dengan pendekatan kosumsi rumah tangga dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan metode deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar sebagai deflatornya. Sub Lapangan Usaha Hotel Kegiatan sub lapangan usaha ini mencakup semua Hotel, Penginapan, dan sejenisnya. Sumber data : Output diperoleh dari survei VHTS yang dilakukan setiap tahun oleh BPS Kota Blitar dan rasio nilai tambah diperoleh dari hasil SKPR. Metode Penghitungan : Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode revaluasi. Restoran Sumber data : Data Dispenda dan hasil SKPR Metode Penghitungan : Dalam penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku menggunakan metode pendekatan produksi dan dikarenakan data Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 28

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR restoran/rumah makan yang ada di Kota Blitar setiap tahunnya belum tersedia, maka output dihitung dengan menggerakkan nilai produksi pada tahun 1995 dengan PP I dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Blitar. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi dengan deflatornya adalah IHK Kelompok Makanan Jadi dan Minuman Kota Blitar. 4.1.7. Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi Lapangan usaha ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Adapun sub lapangan usaha-sub lapangan usaha yang termasuk dalam lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi adalah: Sub Lapangan Usaha Angkutan Kereta Api Sumber data : Output diperoleh dari data pendapatan baik angkutan penumpang maupun barang dari PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) Stasiun Blitar setiap tahunnya. Metode Penghitungan : Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan pendekatan pendapatan. Rasio biaya antara didapat dari hasil SKPR dan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengurangi output dengan nilai biaya antara. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan cara deflasi dengan Indeks Harga Konsumen Kelompok Transpor Kota Blitar sebagai deflatornya. Sub Lapangan Usaha Angkutan Jalan Raya Sub lapangan usaha ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 29

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR bermotor ataupun tidak bermotor seperti Bus, Truk, Becak, Dokar, dan sebagainya. Sumber data : Dinas Perhubungan Daerah Kota Blitar dan harga diperoleh dari hasil SKPR. Metode Penghitungan : Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang kecuali truk dan penumpang wajib uji. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan cara revaluasi yaitu dengan mengalikan jumlah armada/kendaraan yang beroperasi dengan rata-rata output per armada pada tahun dasar 2000. Sub Lapangan Usaha Jasa Penunjang Angkutan Jenis kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar usaha pengangkutan meliputi pelayanan jasa terminal dan parkir, keagenan, ekspedisi, bongkar muat, pergudangan, jalan tol, dan sejenisnya. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku menggunakan metode produksi, sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi dengan deflatornya adalah IHK Kelompok Sarana dan Penunjang Transpor Kota Blitar. Komunikasi Sub lapangan usaha ini terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi. a. Pos dan Giro Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 30

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA DAN SEKTOR Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan, dan sebagainya. Sumber data : Kantor Pos dan Giro Kota Blitar Metode Penghitungan : Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data pendapatan yang diperoleh dari Kantor Pos dan Giro Blitar. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi dengan IHK Kelompok Komunikasi dan Pengiriman Kota Blitar sebagai deflatornya. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegram, faksimili, dan teleks. Sumber data : Kantor Telkom Cabang Kota Blitar Metode Penghitungan : Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari Kantor Cabang Telekomunikasi Blitar. Adapun nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan metode deflasi dengan deflatornya adalah IHK Kelompok Komunikasi dan Pengiriman Kota Blitar. c. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan ini mencakup jasa yang menunjang kegiatan pos dan giro dan telekomunikasi yang belum tercakup di atas antara lain penjualan benda pos dan usaha telekomunikasi yang dilakukan oleh perorangan/badan usaha tertentu lainnya (wartel). Sumber data : Kantor Telkom Cabang Kota Blitar Produk Domestik Regional Bruto Kota Blitar 2008 31