MENINGKATKAN METODE PEMBELAJARAN PENJASKES DI SMP NEGERI 1 TAPA SESUAI KURIKULUM Abdul Bahim, Hariadi Said, Marsa Lie Tumbal 1 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum di Sekolah Menengah atas Keberbakatan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan social, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani

I. PENDAHULUAN. fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING

Didi Suhaedi Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Jagara Kabupaten Kuningan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KUTAMENDALA 02.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

MOMON SYUEB DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

Transkripsi:

MENINGKATKAN METODE PEMBELAJARAN PENJASKES DI SMP NEGERI 1 TAPA SESUAI KURIKULUM 2013 Abdul Bahim, Hariadi Said, Marsa Lie Tumbal 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemampuan meningkatkan metode pembelajaran penjaskes di sekolah SMP Negeri 1 Tapa yang sesuai dengan kurikulum 2013. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eks-post facto, hasil belajar siswa dengan kualifikasi sebagai berikut : kriteria Cukup (C) sebanyak 14 orang atau 9,21%, kriteria Baik (B) sebanyak 134 orang atau 88,16% dan kriteria Sangat Baik (SB) sebanyak 4 orang atau 2,63 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa dengan kurikulum 2013 dapat meningkatkan metode pembelajaran penjaskes, sesuai dengan hasil yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan kepada pengajar/guru sebagai tenaga pendidik agar memperhatikan metode mengajarnya guna meningkatkan pemahaman siswa akan penggunaan metode pembelajaran penjaskes di sekolah yang sesuai dengan kurikulum 2013. Kata Kunci : Metode Pembelajaran Penjaskes dan Kurikulum 2013.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfiki rkritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan juga merupakan suatu bagian dari materi pelajaran pendidikan yang diberikan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui aktivitas jasmani, dimana dalam proses kegiatan belajarnya melibatkan pengalaman gerak-gerak dasar dalam olahraga dan mempelajari tentang kesehatan yang dijabarkan melalui uraian singkat tentang pola hidup sehat. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani, dimana siswa memahami pentingnya dan manfaat yang diperoleh dari aktivitas gerak sehingga akan memberikan nilai baik bagi dirinya bukan hanya melakukan dan bisa tetapi manfaat yang akan didapatkan oleh dirinya. Metode pembelajaran pada prinsipnya bertujuan agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karenanya, metode pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan kegiatan belajar pada diri siswa. Sehingga penerapan metode pembelajaran yang baik dan tepat sangat penting dalam kegiatan pembelajaran agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Namun demikian setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga guru dalam menerapkan mtode pembelajaran harus diperhatikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga di SMP Negeri 1 Tapa, sudah terbilang sudah cukup baik. Akan tetapi jika dipandang dari proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran penjaskes, siswa lebih banyak duduk, diam dan acuh serta ada yang lebih berkeinginan untuk tidak mengikuti mata pelajaran penjaskes dengan berbagai macam alasan padahal fasilitas belajar khusus mata pelajaran ini cukup memadai dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kurikulum 2013 sebenarnya sangat membantu tim pengajar khususnya guru pendidikan jasmani yang ada disekolah,yang tadinya guru lebih berperan aktif akan tetapi dengan adanya kurikulum 2013 peserta didik dituntut lebih berperan aktif, karena kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tujuannya menjadikan peserta didik yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Materi mata pelajaran Penjas SMP yang meliputi: pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; ujidiri/senam; aktivitas ritmik; akuatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang. Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif danganya hidup aktif. (Kurikulum KTSP Penjas, 2009: 124). Sedangkan menurut Mochamad Sajoto dalam Eko Zulki Wijayanto dkk (2012 :7) bahwa Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara menyeluruh, untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran, jasmani, keterampilan berfikir kritis,stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembinaan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas jasmani, pendidikan olahraga dan memberi informasi pada siswa yang dilakukan secara sistematis, maka pembinaan pendidikan jasmani dilakukan untuk membentuk gaya hidup sehat setiap hari. seperti pendapat yang dikemukakan oleh Adang Suherman dalam Banu Setiawan dkk (2012 :236) bahwa Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Pendidikan jasmani adalah bagian yang integral dari pendidikan secara keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang. Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) adalah kelompok mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atau kejuruan melalui aktifitas fisik. Penjasorkes diharap dapat mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai, (sikap-mental-emosional-sportifitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang (Agung Prastowo dkk, 2013 :214) Dan menurut Depdiknas dalam Banu Setiawan dkk, (2012 :236) bahwa Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup yang sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan metode pembelajaran Nana Sudjana (2005 :76) bahwa, Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009 :88) menyatakan, Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan, metode pembelajaran merupakan suatu cara atau startegi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan proses pembelajaran menurut Benny A. Pribadi (2009 :11) adalah, Agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yangdiharapkan. Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik. Metode pembelajaran pada prinsipnya bertujuan agar agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karenanya, metode pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan kegiatan belajar pada diri siswa. Menurut Sunardi (2002 :366) bahwa : Secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa

terhahadap hakikat belajar yang spesifik, membangkitkanmotivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera,memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikappositif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikanpada umumnya. Pendapat tersebut menunjukkan, penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yangtelah ditetapkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal. M. Sobry Sutikno (2009 :90) menyatakan: Pada prinsipnya tidak satu pun metode pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode pembelajaran. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 91) menyatakan, beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran antara lain: 1. Tujuan yang hendak dicapai Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan metode mencapainya, dan sebaliknya. 2. Materi pelajaran Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajri dan dikuasai oleh siswa. 3. Siswa Siswa sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan anak dari aspek psikologis seperti sifat pendiam, super aktif, tertutup, terbuka, periang, pemurung bahkan ada yang menunjukkan prilaku-prilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran. Perbedaan-perbedaan inilah yang wajib dikelola, diorganisir guru, untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Apabila guru tidak memiliki kecermatan dan keterampilan dalam mengelola perbedaan-perbedaan potensi siswa, maka proses pembelajaran sulit mencapai

tujuan. Guru harus menyadari bahwa perbedaan potensi bawaan siswa merupakan kekuatan mahahebat untuk mengorganisasi pembelajaran yang ideal. Keragaman merupakan keserasian yang harmonis dan dinamis. 4. Situasi Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi. Pada waktu-waktu tertentu guru perlu melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau dialam terbuka. 5. Fasilitas Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya Kurikulum 2013 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (PERMEN P dan K NO 63 TAHUN 2013). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar (standardbased education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. (PERMEN P dan K NO 63 TAHUN 2013). Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. (PERMEN P dan K NO 63 TAHUN 2013). Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut : 1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. 2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah

suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini. 3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. 4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik. 5. Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Tapa, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan november dan bulan desember 2013 sejak dikeluarkannya izin SK Penelitian sampai batas waktu yang telah ditentukan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian ex-post facto DATA Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis persentase. Rumus yang dipakai mencari interval kelas dalam statistik Keterangan : X = Panjang Interval Kelas N = Jumlah Kelas Interval 100% = Persentase PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh data hasil tes ujian akhir semester ganjil siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tapa menurut Norma tes sesuai mekanisme dan penilaian kurikulum 2013. - Dari hasil penelitian tidak terdapat siswa yang berkriteria kurang (K). - Hasil penelitian dengan kriteria cukup (C) sebanyak 3 orang dari 152 siswa atau 1,97%. - Hasil penelitian dengan kriteria baik (B) sebanyak 145 orang dari 152 siswa atau 95,39%. Hasil Penelitian dengan kriteria Sangat Baik (SB) sebanyak 4 orang dari 152 siswa atau 2,63% - Dari hasil tes tidak terdapat siswa yang berkriteria kurang (K) - Hasil tes dengan predikat (C-) atau berkriteria Cukup (C) sebanyak 10 orang dari 152 siswa atau 6,58 % - Hasil tes dengan predikat (C) atau berkriteria Cukup (C) sebanyak 12 orang dari 152 siswa atau 7,89 % - Hasil tes dengan predikat (C+) atau berkriteria Cukup (C) sebanyak 16 orang dari 152 siswa atau 10,53 %

- Hasil tes dengan predikat (B-) atau berkriteria Baik (B) sebanyak 68 orang dari 152 siswa atau 44,47% - Hasil tes dengan predikat (B) atau berkriteria Baik (B) sebanyak 22 orang dari 152 siswa atau 14,47 % - Hasil tes dengan predikat (B+) atau berkriteria Baik (B) sebanyak 18 orang dari 152 siswa atau 11,84 % - Hasil tes dengan predikat (A-) atau berkriteria Sangat Baik (SB) sebanyak 5 orang dari 152 siswa atau 3,30 % - Hasil tes dengan predikat (A) atau berkriteria Sangat Baik (SB) sebanyak 1 orang dari 152 siswa atau 0,66 % Jadi, dari hasi tersebut dapat disintesiskan bahwa : - Hasil tes tidak terdapat siswa yang berkriteria kurang (K) - Hasil tes dengan kriteria Cukup (C) sebanyak 38 orang dari 152 siswa atau 25 % - Hasil tes dengan kriteria Baik (B) sebanyak 108 orang dari 152 siswa atau 71,05 %. - Hasil tes dengan kriteria Sangat Baik (SB) sebanyak 6 orang dari 152 siswa atau 3,95 % Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai hasil tes dari tiga aspek penilaian (Aspek Sikap, Aspek Pengetahuan, Aspek Keterampilan) berdasarkan petunjuk penilaian Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh guru mata pelajaran Penjaskes menunujukan bahwa : Siswa SMP Negeri 1 Tapa khususnya kelas I tidak terdapat siswa yang berkemampuan Kurang (K). Hal ini membuktikan bahwa semua siswa merespon dengan baik apa yang diajarkan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani dengan pendekatan Kurikulum 2013. Dengan kata lain Kurikulum 2013 dapat merangsang siswa untuk giat belajar. Kemudian, Siswa SMP Negeri 1 Tapa Khususnya Kelas I angkatan 2013 yang tergolong dalam kategori cukup sebanyak 14 orang dari 152 siswa atau 9,21%. Kelompok ini pengetahuan siswa sudah mencapai beberapa Kompetensi Dasar namun perlu diperhatikan kompetensi dasar yang lain seperti seperti kompetensi dasar aktivitas fisik, dan keterampilan siswa sudah memenuhi K4 tetapi perlu diperhatikan dan dipahami tentang keterampilan permainan dan atletik untuk lebih mencapai kriteria lebih baik. Serta sikap (Sosial dan spritual) siswa sudah memenuhi KI-1, KI-2 Meski demikian lebih ditingkatkan lagi sikap saling menghargai dan sikap sportif dalam bermain. Siswa yang tergolong dalam kelompok ini harus memaksimalkan potensi pisik,

psikis serta keterampilan yang mereka miliki guna mengikuti proses pembelajaran yang lebih baik. Dengan demikian, kurikulum 2013 mampu membangkitkan pisik, psikis serta keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, Siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas I angkatan 2013 yang tergolong dalam kriteria baik yaitu sebanyak 134 orang dari 152 siswa atau 88,16 % Kelompok ini pengetahuan siswa sudah memahami semua konsep keterampilan, kecuali peranan aktivitas fisik dalam pencegahan penyakit dan pengurangan biaya perawatan kesehatan. Perlu lebih tekun dalam memahami peranan aktivitas fisik dalam pencegahan penyakit dan pengurangan biaya perawatan kesehatan. Keterampilan siswa sedah menguasai keterampilan permainan dan atletik terutama mempraktikan teknik dasar atletik (jalan cepat, lari, lompat, dan lempar) dengan menekankan gerak dasar fundamentalnya. Sikap (Sosial dan Spritual) siswa sudah menunjukan usaha maksimal dalam setiap aktivitas gerak jasmani, sportif dalam bermain perlu peningkatan dalam menghargai perbedaan. Perlu terus dikembangkan sikap sportif dalam bermain dan menghargai perbedaan. Artinya kelompok siswa ini secara pisik, psikis serta keterampilan dapat dikatakan benar-benar siap dan layak untuk mengikuti proses pembelajaran kurikulum 2013 selanjutnya. Ini menunjukan bahwa dengan diterapkannya kurikulum 2013 siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa lebih mudah mengikuti proses pembelajaran. Kelompok terakhir adalah mereka yang tergolong dalam kategori sangat baik, dimana komunitas siswa ini hanya berjumlah 4 orang dari 152 siswa atau 2, 63%. Mereka yang tergolong dalam kategori ini termasuk langka atau dengan kata lain sangat minim. Pada kelompok ini, Pengetahuan siswa sangat baik, sudah memahami seluruh kompetensi, terutama peranan aktivitas fisik dalam pencegahan penyakit dan pengurangan biaya perawatan kesehatan. Keterampilan siswa sudah terampil dalam permainan dan atletik, serta siswa sudah mampu mempraktikan teknik dasar atletik. Sikap (sosial dan spritual) siswa sudah menunjukan sikap sportif dalam permainan, juga siswa pada kelompok ini telah mampu menerima perbedaan dan saling menghargai. Kelompok siswa ini diharapkan menjadi lokomotif bagi siswa yang memiliki kemampuan cukup dan baik. Dengan demikian, kurikulum 2013 dapat meningkatkan metode pembelajaran Penjaskes di sekolah. KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 dapat meningkatkan metode pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VII, hasil penilain dengan kriteria Cukup (C) sebanyak 14 orang dari 152 siswa atau 9,21%, hasil penilain dengan kriteria Baik (B) sebanyak 134 orang dari 152 siswa atau 88,16%, dan hasil penilain dengan kriteria Sangat Baik (SB) sebanyak 4 orang dari 152 siswa atau 2,63%. SARAN 1) Sebaiknya guru selalu melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian dengan pendekatan kurikulum 2013. 2) Diharapkan dalam pembelajaran penjaskes guru dapat menggunakan metode pembelajaran Penjaskes sesuai dengan kurikulum 2013. 3) Diharapkan dalam pembelajaran penjaskes diterapkan metode pembelajaran yang relevan dengan materi agar sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dapat meningkat. 4) Guru hendaklah mempersiapkan diri secara fisik dan mental, merencanakan kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 dengan baik agar pelaksanaannya benar-benar terarah serta mencapai hasil yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Pribadi Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Prastowo Agung, dkk. 2013. Pengembangan Model Permainan Bola Voli Memantul Dalam Pembelajaran Penjasorkes Kelas V Sekolah Dasar. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr. diakses pada tanggal 20 Juni 2013 Setiawan Banu, dkk. 2012. Pengembangan model permainan bola voli kasvol (kasti voli) dalam pembelajaran penjasorkes. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr. diakses pada tanggal 30 Juni 2013 Sutikno M. Sobry, 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalammewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect. Sudjana Nana 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Trisnawati, dkk. 2013. Model Pengembangan Permainan Bola Simpai Dalam Pembelajaran Passing Atas Bola Voli Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr. diakses pada tanggal 3 Juni 2013 Wijayanto Eko Zulki, 2012. Pengaruh Pembelajaran Permainan Bola Besar Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani. Yuniawan Alif Edo, dkk. 2012. Modifikasi Model Pembelajaran Bola Voli Melalui Permainan Bola Voli Mini Berlapis. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr. diakses pada tanggal 3 Juni 2013

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL