TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Daun Kelapa Sawit. Embryophyta Siphonagama, Kelas: Angiospermae, Ordo: Monocotyledonae,

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA II.

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ampas Tebu. memiliki tinggi batangnya yang dapat mencapai 3-5 meter atau lebih. Termasuk

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh :

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Pupuk organik merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan,

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

PENGOMPOSAN PELEPAH DAUN SALAK DENGAN BERBAGAI MACAM AKTIVATOR

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

PENGOMPOSAN JERAMI. Edisi Mei 2013 No.3508 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UPAYA MEMPERCEPAT PENGOMPOSAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) DENGAN BERBAGAI MACAM AKTIVATOR

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Kompos Pelepah Daun Salak. (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos (Simamora dan Salundik,

KAJIAN PENAMBAHAN Effective Microorganisms (EM 4 ) PADA PROSES DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT INDUSTRI KERTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legume kedua terpenting

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Salak Pondoh Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman salak di daerah Sleman sebanyak 4.653.790 rumpun, dan 88% diantaranya jenis salak pondoh (4.095.178 rumpun), 11,5% salak biasa dan 0,5% salak gading. Guna menjamin produktivitas tanaman salak, maka diperlukan perawatan yang intensif, salah satu perawatan tanaman sesuai SPO (Standard Prosedur Oprasional ) Good Agriculture Practices adalah pemangkasan pelepah daun antara 2-3 pelepah daun, pohon, musim (musim kemarau dan penghujan) setiap rumpun ratarata terdiri dari 5 pohon, setiap rumpun akan menghasilkan limbah pelepah sebanyak 15 pelepah atau setara dengan berat 0,36 kg, pelepah yang dihasilkan setara berat 4,32 kg sehingga untuk populasi 20.104 ton/ musim yang merupakan potensi yang sangat besar sebagai sumber pupuk organik. Menurut hasil penelitian Balai Besar Pulp dan kertas Bandung bersama dinas perdangan perindustrian koperasi dan penanaman modal kabupaten Sleman tahun 2003, pelepah daun salak mengandung serat Eqfalen dengan kandungan serat pada pelepah daun salak yaitu sebesar 52%. Dari hasil analisis pendahuluan didapatkan pelepah daun salak mengandung air 10.50%, C 36.5 %, N 0.91 %, BO 62.93%, C/N rasio 40.10% selama ini petani masih mengalami kesulitan untuk memanfaatkan limbah pelepah daun salak sebagai pupuk kompos, hal tersebut disebabkan adanya kandungan selulose atau serat yang tinggi dan nila C/N rasio yang tinggi menyebabkan limbah pelepah daun salak memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi. 4

5 B. Pengomposan Pengomposan yaitu upaya untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik oleh makro maupun mikroorganisme dengan kondisi lingkungan yang terkendali (Bertoldi M. de, Vallini G. and Pera A.1983). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan kunci utama yang pertama adalah untuk mempercepat proses pengomposan harus ada mikroorganisme yang berperan dalam proses dekomposisi. Kedua faktor lingkungan harus disesuaikan dengan kebutuhan syarat hidup organisme tersebut Hidayat, (2010) selain kedua faktor tersebut masih ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu sifat bahan yang akan dikomposkan. Pengomposan dengan bantuan mikroorganisme sering disebut dengan sistem pengomposan panas, karena dalam proses dekomposisinya dilakukan oleh jasad aerob yang akan memecah senyawa karbon menjadi CO 2, H 2 O dan unsurunsur hara yang dapat tersedia bagi tanaman dan melepaskan energi berupa panas. Sedangkan jika kondisi an aerob maka proses yang terjadi disebut dengan proses fermentasi, dalam proses ini akan dihasilkan senyawa dalam bentuk Gas, misalnya CH 4, H 2 S dan NH 3 serta energi panas yang lebih kecil dibandingkan pada proses dekomposisi atau pengomposan aerob. Proses pengomposan secara anaerob atau fermentasi sering disebut dengan sistem pengomposan dingin. Pengomposan sistem dingin juga dapat dilakukan oleh makro organisme misalnya cacing (vermicomposting), uret, rayap, lipan dan lain-lain. Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan sistem panas terdiri dari golongan bakteri, jamur dan aktinomycetes baik yang bersifat termofilik dan mesofilik. Kemampuan

6 mikroorganisme dalam mendekomposisikan bahan organik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nilai C/N rasio, ukuran partikel, suhu, kelembaban, aerasi, dan ph. Upaya untuk mempercepat proses pengomposan dapat dilakukan dengan mengatur faktor - faktor tersebut sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkan mikroorganisme atau menggunakan aktivator. Bahan yang mempunyai C/N rasio rendah misalnya bahan yang berasal dari tanaman kacang - kacangan (Legumeceae), tanaman yang berbiji polong, azolla. Karena tanaman tanaman tersebut dapat memfiksasi N dari atmosfer. Old compost merupakan kompos yang sudah tua yang biasanya berumur 1-2 tahun. Bahan ini dapat digunakan sebagai aktivator karena selain mempunyai nilai C/N rasio rendah juga banyak mengandung mikroorganisme dekomposer. Tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik dapat digunakan sebagai aktivator karena selain mengandung jasad dekomposer juga dapat mengikat unsur hara hasil dekomposisi sehingga dapat mengurangi kehilangan unsur hara selama proses pengomposan. Pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai aktivator terutama dari golongan hewan yang menyusui atau mamalia karena hewan tersebut mempunyai jasad yang mampu mendekomposisi bahan organik. Penambahan Urea dan ZA ke dalam kompos karena dapat menurunkan nilai C/N rasio sehingga dapat memacu proses dekomposisi. 1. Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan a. Fauna Fauna berperan penting dalam proses pengomposan dengan jalan menghaluskan bahan yang kasar menjadi bahan yang halus dengan cara

7 memakan. Meningkatkan luas permukaan bahan sehingga akan meningkatkan kemampuan mikroba untuk kontak dengan substrat bahan organik. b. Protozoa Protozoa aktif pada awal proses pengomposan dengan jalan memakan bahan organik yang lebih kecil, memangsa populasi mikrobia mengendalikan jumlahnya dan mendaur ulang unsur hara. 2. Mikroorganisme dekomposer (Bakteri, aktinomisetes, Jamur/ Fungi) a. Bakteri Bakteri merupakan jasad ber sel tunggal disebut juga prokaryotik, prokaryotik merupakan organisme hidup yang paling kecil. Biasanya membentuk koloni didalam kompos. Responsif terhadap kerusakan karena perubahan suhu dalam kompos dan beragam nutrisi. b. Actinomycetes Bakteri yang memiliki filamen (benang) dan menghasilkan geosmin (C 12 H 2 O), yaitu komponen organik yang menghasilkan aroma atau rasa, mendegradasi selulose atau serat, hemiselulosa dan lignin yang sangat penting selama proses fase termofilik dan fase pendinginan. c. Fungi Fungi merupakan jasad eukariotik yang ber sel banyak, termasuk jamur yang sudah dibentuk menjadi ragi. Fungi membentuk filamen atau benang yang akan menguraikan polimer tanaman yang komplek seperti selulose, hemiselulose dan lignin.

8 3. Faktor lingkunganyang mempengaruhi dalam pengomposan a. Aerasi (kandungan oksigen) Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung secara an aerob maupun aerob. Dalam proses an aerob tidak dibutuhkan adanya oksigen, sehingga hasil dekomposisinya biasanya berupa gas seperti metana (CH 4 ), (H 2 S), (NH 3 ), (CO 2 ), dan sulfur organik (merkaptan) yang menimbulkan bau busuk. Sedangkan proses dekomposisi secara aerob (menggunakan O 2 ), hasil akhir merupakan produk metobolisme biologi berupa CO 2, H 2 O, panas, unsur hara (NO - 3, SO = 4, H 2 PO - 4 ), dan hasil akhir berupa humus. Supaya terjadi proses dekomposisi aerob secara optimal dibutuhkan O 2 minimal 10%. b. Kandungan air ( kelembaban) Kelembaban merupakan satu faktor penting dalam pengomposan dalam melarutkan bahan organik sampai ke sel mikrobia. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40-60% optimum untuk metabolisme mikroba. Kurang dari 40% aktivitas mikroba akan mengalami penurunan drastis, lebih dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikrobia menurun dan akan terjadi fermentasi an aerobik yang menimbulkan bau busuk. c. Suhu (Temperatur) Suhu optimal pengomposan panas dihasilkan dari aktivitas mikroba hubungan antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen, semakin suhu akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula

9 proses dekomposisi. Temperatur antara 30 60 0 C menunjukkan aktivitas pengomposan yang tepat lebih cepat dari suhu lebih dari 60 0 C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup, sedangkan suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba- mikroba patogen tanaman dan benih- benih gulma. d. ph ph merupakan ukuran untuk menyatakan ke asaman atau ke basaan dari bahan yang dikomposkan, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. ph optimum untuk bakteri 6,0 7,5, sedangkan untuk fungi 5,5 8,0. Jika ph kompos melebihi 7,5 maka akan terjadi kehilangan N melalui penguapan amoniak dalam bentuk gas selama proses pengomposan terjdi fariasi perubahan ph dari tumpukan kompos. e. Sifat bahan yang dikomposkan Selama proses pengomposan mikroorganisme akan memecah senyawa organik untuk sumber energi dalam proses hidupnya dan mendapatkan nutrisi (N, P, dan K, untuk keberlanjutan populasinya). Dari berbagai bahan yang dibutuhkan mikrobia untuk melakukan dekomposisi C dan N bahan yang sangat diperlukan. Karbon dibutuhkan sebagai sumber energi dan komponen dasar penyusun lebih 50% sebagai komponen penyusun sel mikrobia. Nitrogen merupakan komponen penyusun protein, asam nokleat, asam amino, enzim di gunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme. C/N rasio yang ideal dalam pengomposan sekitar 30 : 1 atau 30 bagian karbon untuk 1 bagian

10 nitrogen berdasarkan beratnya. Jika C/N rasio kurang dari 30 maka akan terjadi suplai N yang berlebihan sehingga N akan mudah hilang menjadi gas amoniak yang menyebabkan bau yang tidak sedap. Nilai C/N rasio yang tinggi suplai nitrogen tidak cukup untuk pertumbuhan mikroba secara optimal, sehingga menghasilkan kompos yang dingin dan proses dekomposisi yang lambat. Biasanya bahan- bahan yang berwarna hijau dan basah cenderung memiliki kandungan N yang tinggi dan bahan warnanya coklat dan kering karbon akan tinggi. Ikatan karbon juga mempengaruhi kecepatan bahan kompleksitas ikatan karbon dari bahan juga akan mempengaruhi kecepatan dekomposisinya. Urutan bahan dari mudah sampai yang sukar mengalami peruraian berturut- turut: karbohidrat > hemiselulose, selulose = kitin > liknin. C. Aktivator Menurut Firmansyah (2010) aktivator merupakan bahan yang ditambahkan dalam proses pengomposan yang dapat mempercepat proses dekomposisi. Jika bahan yang ditambahkan berupa berupa jasad hidup disebut bio aktivator. Misalnya bahan organik yang mempunyai nilai C/N rasionya rendah, kompos yang sudah tua (old compost), tanah yang banyak mengandung bahan organik, pupuk kandang dan pupuk an organik yang mengandung N misalnya Urea dan ZA.

11 1. Bio Aktivator Pengomposan dengan bantuan aktivitas mikroorganisme, dapat ditingkatkan dengan menambah bio aktivator berupa kultur bakteri yang khusus. Namun gagasan ini telah banyak yang meragukan, karena berbagai percobaan membuktikan tidak ditemukan kelanjutannya. Mikroorganisme akan berkembang secara ekstrim lebih cepat selama beberapa hari dan dapat meningkatkan sampai batas maksimum yang di izinkan oleh kondisi lingkungan pada tumpukan bahan kompos. Setelah kondisi lingkungan tidak mendukung maka pertumbuhan akan berhenti sehingga banyak pakar kompos dunia yang berpendapat penggunaan aktivator dalam bentuk kultur bakteri tidak disarankan (Robert Kourik 2007). 2. Kompos Tua Jerami Padi (old compos). Jerami padi merupakan hasil sampingan dari tanaman padi. Jerami padi tersusun dari senyawa organik seperti selulosa, hemiselulosa, pectin, lignin dan protein. Jerami padi menurut Lembaga Penelitian Peternakan Bogor (1976), mengandung protein kasar 3.93%, serat kasar 32.99%, lemak 0.87%, abu 22.44% dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen sebesar 39.77% dalam setiap 1 kg jerami padi. Jerami padi diketahui mengandung unsur hara kalium cukup tinggi. Adanya unsur kalium ini akan dapatbermanfaat untuk meningkatkan aktivitas metabolisme dalam tanaman, mempertahankan turgor, membentuk batang lebih kuat, meningkatkan aktivitas fotosintetis, pernafasan, metabolisme

12 tanaman dalam pembentukan karbohidrat dan aktivitas enzim, meningkatkan ketahanan terhadap berbagai serangan hama dan penyakit (Rochmat, 1992). Jerami padi adalah sumber hara yang baik. Satu ton jerami padi dalam bentuk kompos memberikan 22% N dan 43% K 2 O ditambah unsur- unsur lainnya. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman di lepas dari jerami padi setelah mengalami pembusukan. Sutanto (2002a) mengemukakan dalam 1,5 ton jerami mengandung 9 kg N, 2 kg P dan S, 2,5 kg C a yang berfungsi sebagai substrat metabolisme dalam tanah. 3. Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang sapi merupakan pupuk yang banyak mengandung air dan lender. Bagi pupuk padat yang keadaannya demikian bila terpengaruh oleh udara maka cepat akan terjadi perubahan keadaan menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk itu menjadi sukar menembus/ merembes ke dalamnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan- bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat- zat hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatan- hambatan, perubahan berlangsung secara perlahan- lahan. Pada perubahan- perubahan ini kurang sekali terbentuk panas. Pada keadaan demikian mencirikan bahwa pupuk kandang sapi adalah pupuk dingin. Karena pupuk ini merupakan pupuk dingin, sebaiknya pemakaian atau pembenamannya dalam tanah dilakukan 3 atau 4 minggu sebelum masa tanam.

13 4. EM 4 (Effective Microorganism 4) Menurut Indriani (2004), larutan Effective Microorganism 4 yang di singkat EM 4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Larutan EM 4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi dalam EM 4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima golongan pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi (yeast), dan Actinomycetes. Bahan aditif atau bahan tambahan yang dapat sebagai aktivator sebagai berikut: a. Batuan pospat Batuan pospat atau kalsium pospat sebanyak kurang lebih 1-2% berat dari bahan kompos, meskipun tanpa penambahan azotobakter dapat mempercepat proses pengomposan dan konversi nitrogen (Dhar N.R., Bose S.M. and Gaur A.C.1953). b. Tanah lempung Tanah lempung 1-2% berat bahan kompos dalam bentuk serbuk yang kering akan memberikan nilai tambah jika di taburkan secara berlapis dalam tumpukan kompos. Hal ini tidak hanya membantu melalui penambahan mikroorganisme tanah tetapi juga dapat mengikat nitrogen dalam bentuk amoniak yang dihasilkan pada fase termofilik sampai dapat digunakan selama dekomposisi selulose yang terakhir. Penelitian di Cina

14 menunjukkan bahwa penggunaan lumpur dan debu dari endapan sungai yang digunakan untuk menutupi seluruh permukaan bahan kompos akan membantu isolasi panas dan mengontrolbaunya (FAO. 1978). c. Potongan kayu atau abu kayu Potongan kayu atau abu kayu bahan ini biasanya digunakan sebagai aditif untuk limbah organik yang halus terutama dari endapan lumpur organik yang tidak mungkin oksigen akan masuk. Pada kasus ini untuk meningkatkan porositas bahan tersebut perlu ditambahkan abu kayu atau potongan- potongan kayu, setelah akhir pengomposan bahan aditif di pisahkan dengan cara penyaringan karena tidak dapat segera terdekomposisi dan dapat digunakan lagi untuk pengomposan selanjutnya (Finstein et al.1978). d. Urea Urea adalah senyawa kimia dengan kandungan nitrogen sebesar 46%, dari hasil penelitian di Cina menunjukkan unsur N dalam Urea dapat segera digunakan oleh mikroorganisme dalam proses pengomposan karena sifat Urea yang mudah larut. Penambahan urea biasanya sebesar 1-2% dari berat bahan yang dikomposkan (Raabe, 2001). e. Bahan dengan nilai C/N rasio yang rendah Bahan dengan nilai C/N rasio yang rendah Bahan ini biasa ditambahkan pada proses pengomposan bahan yang mempunyai nilai C/N rasio yang tinggi (bahan- bahan yang banyak mengandung selulose, hemiselulose dan lignin). Komposisi yang ideal pada awal pengomposan C/N rasio bahan campuran sekitar 30: 1 (Raabe, 2001).

15 f. SNI kompos organik Spesifikasi kompos yang berasal dari sampah organik domestik harus memenuhi persyaratan kandungan kimia, fisik dan bakteri yang harus dicapai dari hasil olahan sampah organik domestik menjadi kompos.mberdasarkan SNI : 19-7030-2004 kematangan kompos ditunjukkan oleh hal- hal berikut : 1) C/N rasio mempunyai nilai (10-20): 1 2) Suhu sesuai dengan suhu air tanah 3) Berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah 4) Berbau tanah Menurut Surtinah, (2013) persyaratan kualitas kompos Berdasarkan SNI : 19-7030-2004 disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 1. Standar SNI kompos No Parameter Satuan Minimum Maksimum 1 Kadar air % 50 2 Temperature 0 C Suhu air tanah 3 Warna Kehitaman 4 Bau Berbau tanah 5 Ukuran partikel Mm 0,55 25 6 Kemampuan mengikat air % 58 7 Ph 6,80 7,49 8 Bahan asing % 1,5 9 Bahan organik % 27 58 10 Nitrogen % 0,40 11 Karbon % 9,80 32 12 Phosphor (P 2 O 5 ) % 0,10 13 C/N rasio 10 20 14 Kalium (K 2 O) % 0,20 *nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum.

16 D. Hipotesis Diduga penggunaan aktivator Pupuk Kandang Sapi merupakan aktivator yang terbaik dalam pengkomposan daun pelepah salak dibanding aktivator yang lain karena aktivator Pupuk Kandang Sapi mengandung mikroorganisme yang sudah tersedia secara alami sehingga dapat mempercepat pengomposan pelepah daun salak.