I - 1 SUMBER DAYA AIR
Latar Belakang Irigasi Mikro untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Air adalah unsur utama agar tanaman dapat hidup, bahkan 85-90% dari bobot sel-sel dan jaringan tanaman adalah air (Maynard dan Orcott, 1987). Air berfungsi sebagai media dan unsur senyawa proses biokimia tanaman sehingga dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Disamping itu juga air berperan menjaga kelembapan tanah dan unsur-unsur hara. Oleh sebab itu aktivitas budidaya tanaman harus mensyaratkan ketersediaan air yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Di Indonesia, sektor pertanian adalah sektor yang paling besar mengkonsumsi air, yaitu 74,11% dari ketersediaan air yang ada (Sumber: Irianto, 2011). Tingginya kebutuhan air irigasi ternyata tidak sebanding dengan pasokan air yang tersedia. Gambar 1.1. Peta Index Pemakaian Air Indonesia (Sumber: Puslitbang SDA, 2011) Peta di atas menujukkan konsumsi air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat (warna merah) adalah daerah yang paling kritis karena pasokan air I - 2
tidak sebanding dengan konsumsi air. Sementara Lampung, NTT dan Sulawesi Selatan sudah mendekati kritis. Disamping tingginya konsumsi air, penurunan ketersediaan air di daerah tersebut juga dipengaruhi curah hujan yang rendah, tanah yang kering (porus), daerah tangkapan air yang semakin berkurang dan kinerja bangunan tampungan air (waduk, embung dan lain-lain) yang semakin menurun. Peta di bawah ini juga menujukkan hal yang sama, dimana wilayah yang rawan kekeringan sebagian besar adalah di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil Pulau Kalimantan. Gambar 1.2. Peta Index Rawan Kekeringan Indonesia (Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011) Pengembangan pertanian pada lahan kering di Indonesia sampai saat ini masih sangat terbatas. Luas daratan Indonesia sekitar 188,20 juta ha, yang terdiri atas 148 juta ha lahan kering (78%) dan 40,20 juta ha lahan basah (22%). Namun hanya 56 juta ha atau sekitar 38% yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian (Sumber: Undang Kurnia, 2004). Kendala utama pengembangan pertanian lahan kering adalah ketersediaan air irigasi yang sedikit akibat curah hujan yang rendah, sifat tanah yang I - 3
kering dan berporous, tingkat penguapan air yang tinggi serta jumlah air permukaan yang kurang memadai. Pola pemberian air irigasi yang selama ini dilakukan oleh petani seperti menggenangi lahan terus-menerus atau menyiram dengan frekuensi dan jumlah air yang banyak sudah tidak tepat lagi diterapkan saat ini mengingat keterbatasan dan penurunan ketersediaan air irigasi terutama di daerah yang rawan air dan rawan kekeringan. Salah satu metode irigasi yang sudah dikembangkan di negara-negara yang maju sektor pertaniannya, adalah irigasi mikro. Konsep irigasi mikro adalah pemberian air sesuai dengan kebutuhan optimal tanaman pada saat yang tepat dan berada pada tempat dimana akar tanaman tumbuh. Menurut Nakayama and Buck, 1986 (dalam Puslitbang SDA, 2011), tujuan utama dari pengairan mikro adalah untuk mensuplai air dan hara kepada tanaman dalam frekuensi tinggi dan volume rendah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kesuburan dan konsumtifnya. Irigasi mikro terbagi dalam tiga jenis yaitu: 1) irigasi tetes (drip irrigation), 2) micro-spray, dan 3) mini-sprinkler. Dari hasil pengujian yang pernah dilakukan, efisiensi penggunaan irigasi mikro bisa mencapai 82% untuk irigasi tetes (Sumber: Balai Irigasi, 2010). Disamping dapat menghemat air, irigsi mikro juga memiliki keuntungan aplikasi pemberian pupuk secara bersamaan dengan air, membatasi pertumbuhan gulma dan meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Sumber: Balai Irigasi, 2010). Irigasi mikro adalah irigasi yang menggunakan pipa-pipa yang dapat dibongkar-pasang, sehingga sangat cocok diterapkan pada lahan kering yang memiliki keterbatasan air dan topografi lahan tidak merata, berbatu dan berpasir. Disamping itu, irigasi mikro juga cocok diterapkan pada lahan yang terbatas, mengingat kepemilikan lahan petani kita saat ini sudah semakin sedikit. Kendala dalam penerapan irigasi mikro hanya pada biaya investasi yang cukup mahal dan perawatan jaringan yang harus intensif. Dukungan Litbang Sosekling PU dalam Mengkaji Kelayakan Irigasi Mikro Sesuai dengan arahan Renstra PU, pembangunan infrastruktur untuk pendayagunaan sumber daya air harus berkonsep efisiensi dan keberlanjutan. Pembangunan irigasi mikro adalah salah satu model yang saat ini sudah semakin digalakkan khususnya untuk pengembangan pertanian lahan kering dan untuk I - 4
mengoptimalkan jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang sudah dibangun dan direhabilitasi oleh Kementerian PU. Saat ini Direktorat Jenderal SDA-Kemen. PU telah membangun jaringan irigasi mikro di beberapa tempat, diantaranya adalah di Desa Temiyang-Indramayu dan Desa Pejarakan-Buleleng. Kedua daerah termasuk daerah kering dan sulit air yang hanya mengandalkan hujan dan air tanah untuk pertanian. Model irigasi mikro yang diterapkan adalah irigasi tetes (drip irrigation) pada skala demplot (hamparan) dengan melibatkan petani-petani setempat. Irigasi mikro adalah teknologi irigasi yang memang sudah lama berkembang di bebeberapa negara maju. Di Indonesia sendiri juga sudah banyak diterapkan oleh petani-petani mandiri dan pengusaha swasta dalam skala terbatas untuk tanaman-tanaman holtikultura seperti strawberry, paprika, cabe, dan buahbuahan. Pertanian menggunakan irigasi mikro sangat menuntut kekuatan modal yang besar dan keterampilan OP jaringan irigasi yang cukup tinggi. Sementara sebagian besar petani di Indonesia saat ini sangat terkendala dengan persyaratan tersebut. Agar penerapan irigasi mikro dapat diterima dan dikembangkan masyarakat secara luas terutama pada lahan kering, maka sangat penting untuk dikaji kelayakan irigasi mikro dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Sesuai dengan tugas pokoknya, pada tahun 2012 ini Balai Litbang Sosekling Bidang SDA-Badan Litbang PU telah melakukan pengkajian kelayakan sosial, ekonomi dan lingkungan penerapan irigasi mikro, khususnya irigasi tetes di Desa Temiyang dan Desa Pejarakan. Analisis kelayakan sosekling ini akan menjadi sebuah rekomendasi bagi stakeholders terkait dalam perumusan kebijakan pengembangan irigasi mikro di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Irigasi mikro adalah salah satu inovasi teknologi yang memiliki konsep efisiensi dan efektivitas pemakaian air sesuai kebutuhan tanaman. Saat ini model irigasi ini sudah mulai dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di daerah yang memiliki keterbatasan air seperti lahan kering. Potensi pemanfaatan lahan kering untuk pertanian akan dapat dioptimalkan apabila menggunakan metode irigasi mikro. I - 5
Sebagai sebuah teknologi yang relatif baru bagi petani di Indonesia penting untuk dikaji bagaimana persepsi dan keberterimaan petani dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap konsep irigasi mikro tersebut. Untuk itu Balai Litbang Sosekling Bidang SDA-Badan Litbang PU melakukan kajian kelayakan sosial, ekonomi dan lingkungan penerapan irigasi mikro, khususnya irigasi tetes di Desa Temiyang dan Desa Pejarakan. Kajian kelayakan penerapan irigasi tetes dilakukan dengan pemetaan sosial potensi dan kendala penerapan, kesiapan stakeholders dan menganalisis biayamanfaat irigasi tetes. Fokus pertanyaan penelitian meliputi beberapa hal yaitu: 1. Bagaimana persepsi petani dan kesiapan stakeholders lainnya yang mendorong atau menghambat keberhasilan penerapan irigasi tetes? 2. Aspek apa saja yang mempengaruhi timbulnya efisiensi pada komponen biaya dan manfaat irigasi tetes? 3. Bagaimana gambaran perbandingan biaya dan manfaat irigasi tetes dengan irigasi sebelumnya? 4. Bagaimana strategi pengembangan irigasi tetes ke depannya? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengkaji manfaat penerapan irigasi tetes di Desa Temiyang dan Desa Pejarakan dari aspek kesiapan stakeholders, sikap dan persepsi petani, kelayakan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah menyusun naskah ilmiah indikator penilaian manfaat sosekling irigasi tetes pada level petani skala luas. 1.4. Keluaran Penelitian ini akan menghasilkan 1 (satu) buah naskah ilmiah berupa indikator sosekling manfaat penerapan irigasi tetes pada lahan kering. 1.5. Manfaat Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi Ditjen SDA, Balai Irigasi,
Pemerintah Daerah dan Petani dalam rangka memastikan kelayakan irigasi mikro untuk diterapkan dalam skala luas khususnya untuk pengembangan pertanian pada lahan kering.