BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dini Asri Kusnia Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Resgiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

2015 D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia nyata. Hal ini yang dikemukakan oleh Cockcroft et al

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Amam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Febrianti Kencanawati, 2013

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah : siswa dan terkait variasi informasi yang ada pada soal.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang menjadi penyebab yaitu pembelajaran terpusat kepada guru dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan materi yang berhubungan dengan pembagian. Adapun tujuan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evy Aryani Sadikin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dan cara bagi seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Di Indonesia, pendidikan dapat diperoleh salah satunya melalui cara formal yaitu dengan bersekolah atau kuliah. Kualitas kehidupan suatu bangsa pun sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa maka semakin tinggi pula kualitas kehidupan bangsa tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah sebagai berikut. (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan tersebut, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting. Menyelenggarakan pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan yang diharapkan bukan hal yang mudah, karena tentunya akan terdapat berbagai hambatan yang mengikutinya. Salah satu hambatannya adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sebagai bagian dari persiapannya. Sehingga, guru dapat memberikan pengetahuan secara utuh kepada siswa 1

2 berdasarkan informasi yang telah dipersiapkan agar dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih optimal kepada siswa. Terdapat beberapa jenis faktor penyebab hambatan belajar (learning obstacle), yaitu hambatan ontogeni, hambatan didaktis, dan hambatan epistemologis (Brousseau, 2002: 86). Hambatan epistimologis merupakan hambatan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada suatu konteks, sehingga jika seseorang tersebut dihadapkan dengan situasi yang berbeda dapat mengakibatkan pengetahuan yang dimilikinya menjadi tidak bisa digunakan atau pun mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Hambatan epistimologis ini merupakan salah satu hambatan belajar (learning obstacle) yang berasal dari siswa. Setiap siswa berpeluang sama untuk mengalami hambatan belajar epistimologis tersebut. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami siswa pun dapat saja terjadi ketika siswa mempelajari konsep apa pun termasuk pada salah satu konsep penting dalam matematika, yaitu kalkulus. Berdasarkan Madonna (2012: 47) telah dilakukan penelitian awal untuk mengidentifikasi kesulitan belajar (learning obstacle) apa saja yang dialami siswa dalam mempelajari salah satu konsep penting yang menjadi prasyarat dalam kalkulus, yaitu limit fungsi aljabar. Hasil analisis dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari konsep limit fungsi aljabar, adapun lebih jelasnya dipaparkan di bawah ini. Learning obstacle pertama yang muncul pada materi limit fungsi aljabar ini terkait dengan kemampuan pemahaman masalah siswa terhadap essensi atau intisari dari konsep limit fungsi aljabar di suatu titik. Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan soal-soal instrumen yang diberikan misalnya, untuk soal nomor 1. Perhatikan soal nomor 1 di bawah ini. Soal nomor 1: Nilai dari f x = x 2 +x 6 disajikan dengan tabel sebagai berikut. x 2 x 1,75 1,85 1,95 1,97 1,99 1,999... 2... 2,001 2,01 2,1 2,2 2,9 3 f(x) 4,75 4,85 4,95 4,97 4,99 4,999... 0... 5,001 5,01 5,1 5,2 5,9 6 0 Tentukan nilai dari lim x 2 +x 6 x 2.

3 Soal tersebut mengenai limit fungsi aljabar yang cukup sederhana dan disajikan pula tabel berisi informasi nilai-nilai fungsi disekitar titik limitnya. Walaupun pertanyaan pada soal tersebut sudah mengarahkan siswa agar menggali informasi dari tabel, tetapi ternyata tabel tersebut tetap tidak digunakan sebagian besar siswa dalam mencari nilai limit. Hal ini diperkuat lagi setelah sebagian besar siswa yang menjawab tanpa menggunakan tabel diwawancarai. Walaupun jawabannya beraneka ragam tapi sebagian dari siswa mengemukakan bahwasanya tidak mengerti cara mengeksplorasi ataupun memanfaatkan tabel tersebut untuk mendapat nilai limit yang dicari. Learning obstacle kedua, yaitu terkait dengan kemampuan siswa dalam memunculkan gagasan untuk mencari argumen yang diperlukan, agar permasalahan konsep limit sepihak fungsi aljabar di suatu titik dapat diselesaikan menggunakan aturan yang telah diketahui sebelumnya, ketika dihadapkan pada konteks permasalahan yang tidak biasa atau tidak sama seperti yang telah dipelajari sebelumnya. Tiga dari 6 soal instrumen tes tersebut yaitu nomor 2, 3, dan 4 ternyata lebih sedikit bervariatif daripada soal yang biasa siswa kerjakan. Soal nomor 2: Tentukan nilai k sehingga limit yang diberikan ada. 3x + 2, untuk x 2 lim f(x) dengan f x = 5x + k, untuk x > 2 Misalnya pada soal nomor 2 terdapat dua buah selang pada fungsi, sehingga menyebabkan untuk titik limit yang dicari memiliki fungsi berbeda jika didekati dari kiri dan dari kanan serta pernyataan limit ada. Banyak siswa yang menjawab dengan benar, namun hal tersebut didapat siswa dari coba-coba tanpa mengetahui alasannya secara pasti. Hal yang sama juga terjadi untuk soal nomor lain, sebenarnya konsep ini adalah mengenai teorema limit ada, jika dan hanya jika limit kiri sama dengan limit kanan. Banyak siswa yang tidak bisa menjawab, padahal pada konteks yang biasa, siswa lebih dapat memahami konsepnya. Dengan banyaknya siswa yang tidak menjawab dan menjawab salah merupakan indikasi bahwa siswa belum menguasai secara utuh konsep limit sepihak fungsi aljabar.

4 Learning obstacle ketiga, yaitu terkait dengan kemampuan siswa dalam membedakan cara penyelesaian limit dengan bentuk tertentu dan bentuk tak tentu. Ini terlihat dari jawaban-jawaban yang dituliskan oleh siswa untuk nomor 6, banyak siswa yang tidak menjawab ataupun menjawab namun salah dikarenakan salah memilih cara penyelesaian yang digunakan. Perhatikan soal nomor 6 berikut. Soal nomor 6: Apabila ada, tentukan nilai limit berikut. a) lim x 1 b) lim y 3 c) lim x 0 x 1 5x 4 x y 2 6y y 3 2 4 x x 1 d) lim 1 x 2 4 e) lim x 2 4 3 4x+1 x 2 Dari jawaban siswa pada soal ini, tampak sekali bahwa sebagian besar siswa masih kurang mengenal bentuk tertentu dan bentuk tak tentu, padahal dari wawancara dengan beberapa siswa yang dilakukan sebenarnya siswa cukup mengetahui metode atau cara yang digunakan untuk menentukan nilai limit dari bentuk tersebut. Learning obstacle terakhir yang muncul, yaitu terkait concept image pada materi prasyarat, yaitu operasi bentuk aljabar. Kesulitan yang ditemui adalah operasi variabel dengan konstanta terutama yang berbentuk perkalian dan pembagian. Cara penyelesaian menggunakan perkalian dengan faktor sekawan yang dalam bentuk akar menjadi kesulitan sendiri bagi siswa. Kesulitan-kesulitan yang ditemui siswa di sini salah satunya mungkin disebabkan karena adanya kekurangan pada buku ajar yang digunakan saat ini, yang secara tidak langsung berdampak pada pembentukan concept image pada siswa. Konsep operasi bentuk aljabar merupakan dasar pada matematika, sehingga apabila konsep tersebut belum dikuasai secara utuh maka akan mempengaruhi pada penerimaan materimateri selanjutnya. Learning obstacle yang ditemukan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih baik dalam menyampaikan konsep

5 limit fungsi aljabar agar dapat terserap dengan baik oleh siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menyusun suatu rancangan pembelajaran (desain didaktis) sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Desain didaktis yang disusun diharapkan dapat mengatasi learning obstacle yang muncul sehingga dapat mencapai situasi didaktis dan tujuan pembelajaran serta mampu mengarahkan siswa pada pembentukan pemahaman yang utuh. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian tentang Desain Didaktis Konsep Limit Fungsi Aljabar pada Pembelajaran Matematika SMA perlu dilakukan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana desain didaktis yang dapat mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari konsep limit fungsi aljabar? 2. Bagaimana implementasi desain didaktis, khususnya ditinjau dari respon siswa yang muncul? 3. Apakah desain yang telah dibuat efektif dalam mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari konsep limit fungsi aljabar? C. Batasan Masalah Konsep limit fungsi aljabar yang dikaji pada penelitian ini hanya terbatas pada masalah limit fungsi aljabar di suatu titik pada pembelajaran matematika SMA, khususnya kejuruan Ilmu Pengetahuan Alam. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menyusun desain didaktis yang dapat mengatasi learning obstacle yang dialami siswa dalam mempelajari konsep limit fungsi aljabar. 2. Untuk mengetahui implementasi desain didaktis tersebut pada pembelajaran matematika konsep limit fungsi aljabar, khususnya ditinjau dari respon siswa yang muncul.

6 3. Untuk mengetahui keefektifan desain didaktis yang telah dibuat dalam mengatasi learning obstacle yang dialami siswa. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan berikut. 1. Bagi siswa, diharapkan dapat merasakan proses pembelajaran dengan bahan ajar yang dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya dalam mempelajari konsep limit fungsi aljabar. 2. Bagi guru bidang studi matematika, diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran konsep limit fungsi aljabar dengan mempertimbangkan kesulitan-kesulitan belajar yang ditemukan, atau dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan desain didaktis alternatif yang disusun, atau penelitian ini dapat memacu motivasi para guru untuk berinovasi dalam memperbarui atau menciptakan desain didaktis yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari konsep matematika pada penelitian ini atau pun konsep lain dalam pelajaran matematika. 3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang cukup bagi peneliti lainnya untuk dapat melakukan penelitian serupa terhadap konsep matematika yang lain. F. Struktur Organisasi Struktur organisasi dari penelitian ini terdiri atas beberapa bab yang akan dirinci sebagai berikut: 1. BAB I: Pendahuluan, berisi tentang gambaran umum dari isi skripsi, yang meliputi: latar belakang sebagai titik tolak penelitian dan penulisan skripsi ini, rumusan masalah sebagai kerangka penelitian serta penulisan skripsi, batasan masalah sebagai pembatas cakupan materi dalam skripsi, tujuan dan manfaat penelitian dari penulisan skripsi, serta struktur organisasi skripsi yang berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi.

7 2. BAB II: Kajian Pustaka, berisi mengenai kerangka konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan skripsi. 3. BAB III: Metodologi Penelitian, berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan meliputi: metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, dan analisis data. 4. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah. 5. BAB V: Penutup, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saransaran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh. 6. Daftar Pustaka, berisi sumber-sumber tertulis yang digunakan dalam penulisan skripsi. 7. Lampiran, berisikan semua dokumen yang digunakan selama penelitian diantaranya yaitu: desain didaktis awal, prediksi respon siswa, hasil jawaban desain didaktis siswa, instrumen learning obstacle, kunci jawaban learning obstacle, dan lembar jawaban postes siswa.