KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan


KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

LAKIP TAHUN BADAN POM i

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.40, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 70124, Telp. : Fax. :

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM

UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL. Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT IMPOR

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA BALAI POM DI PALU PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TINGKAT UNIT KERJA/SKPD/SATUAN KERJA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

REPUBLIK INDONESIA, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pembuatan Obat. Penerapan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut :

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN OBAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

A. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

JADWAL RETENSI ARSIP (JRA) SUBSTANTIF BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, NOMOR: HK T E N T A N G

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis

BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP

UNIVERSITAS INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

Transkripsi:

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.21.1732 TAHUN 2008 TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan lingkungan strategis perlu dilakukan penyesuaian arah dan kebijakan pengawasan obat dan makanan; b. bahwa untuk penyesuaian arah dan kebijakan pengawasan obat dan makanan telah dilakukan perubahan rumusan visi dan misi Badan Pengawas Obat dan Makanan; c. bahwa untuk mewujudkan visi dan misi yang baru, perlu disusun grand strategy. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009; 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departeman sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 4. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; 5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 00.05.21.1662 Tahun 2008 tentang Penetapan Visi dan Misi Badan Pengawas

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pertama : Mengesahkan dan memberlakukan Grand Strategy Badan Pengawas Obat dan Makanan Kedua : Grand Strategy Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada diktum Pertama terdiri dari 4 pilar yaitu: A. Memperkuat Sistem Regulatori Pengawasan Obat dan Makanan. B. Mewujudkan Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan yang Handal. C. Meningkatkan Kapasitas Manajemen Badan Pengawas D. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dalam Pengawasan Ketiga Keempat : : Grand Strategy Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada diktum Pertama dijabarkan lebih lanjut dalam sasaran dan indikator seperti tercantum pada lampiran Keputusan ini; Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 08 April 2008

Lampiran 1 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor : HK.00.05.21.1732 Tahun 2008 A. Memperkuat Sistem Regulatori Pengawasan Obat dan Makanan. 1. Kebijakan Pengawasan Obat dan Makanan mampu menjamin Obat dan Makanan Aman, Bermanfaat dan Bermutu. (i) Persentase kebijakan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan. 2. Standar Obat dan Makanan mampu menjamin Obat dan Makanan Aman, Bermanfaat dan Bermutu. (i) Persentase kecukupan standar yang dimiliki dengan yang dibutuhkan. 3. Seluruh sarana produksi Obat dan Makanan memenuhi GMP. (i) Persentase sarana produksi obat yang memiliki sertifikat GMP yang terkini. (ii) Jumlah sarana produksi makanan yang memiliki sertifikat GMP yang terkini. (iii) Persentase sarana produksi kosmetik yang memiliki sertifikat GMP yang terkini. (iv) Persentase Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat GMP. 4. Seluruh sarana distribusi Obat dan Makanan memenuhi GDP. (i) Persentase sarana distribusi obat yang memiliki sertifikat GDP. (ii) Jumlah sarana distribusi obat tradisional yang memiliki sertifikat GDP. (iii) Jumlah sarana penjualan makanan yang memiliki sertifikat GRP. (iv) Jumlah sarana distribusi kosmetik yang memiliki sertifikat GDP. (v) Jumlah sarana distribusi bahan berbahaya yang memenuhi cara pengelolaan bahan kimia yang baik (Sound Management of Chemicals). 5. Seluruh Obat dan Makanan beredar telah terdaftar sesuai ketentuan. (i) Persentase Obat dan Makanan beredar yang memiliki Nomor Izin Edar (NIE). (ii) Persentase Obat dan Makanan yang memperoleh Nomor Izin Edar (NIE) dalam batas waktu yang ditetapkan. 6. Seluruh Obat dan Makanan aman dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. (i) Persentase Obat dan Makanan terdaftar yang tetap memenuhi standar mutu dan keamanan yang telah ditetapkan. (ii) Persentase industri Obat dan sarana pelayanan kesehatan yang melaporkan efek samping. (iii) Persentase obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). (iv) Persentase obat, narkotika, psikotropika dan prekursor yang ke jalur illicit. (v) Jumlah temuan Obat palsu dan illegal.

(vi) Jumlah temuan kemasan pangan yang melepaskan migran berbahaya terhadap pangan. (vii) Persentase makanan dan kosmetik yang mengandung cemaran bahan berbahaya/dilarang. 7. Seluruh label dan iklan/promosi Obat dan Makanan memenuhi persyaratan. (i) Persentase label Obat dan Makanan terdaftar yang memenuhi persyaratan. (ii) Persentase label produk dan bahan berbahaya yang memenuhi standar. (iii) Persentase iklan/promosi Obat dan Makanan terdaftar yang memenuhi persyaratan. (iv) Persentase label dan iklan/promosi rokok yang memenuhi ketentuan. 8. Setiap pelanggaran ditindaklanhuti sesuai peraturan/ perundangan yang berlaku. (i) Jumlah temuan pelanggaran (ii) Persentase temuan pelanggaran yang dikenakan sanksi administrasi. (iii) Persentase SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) yang dikeluarkan. (iv) Persentase temuan pelanggaran pidana yang diproses secara projusticia. (v) Persentase berkas perkara yang diajukan ke penuntut umum. (vi) Jumlah vonis pelanggaran yang menimbulkan efek jera. B. Mewujudkan Laboratorium Badan POM yang Handal. 9. Seluruh Laboratorium Badan POM menerapkan secara konsisten standar internasional laboratorium. (i) Persentase Balai yang memiliki laboratorium yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar internasional. (ii) Persentase ruang laboratorium yang memenuhi standar internasional. (iii) Jumlah uji profisiensi/kolaborasi dengan hasil memuaskan. 10. Seluruh Obat dan Makanan dapat diuji oleh Laboratorium Badan POM sesuai dengan standar dan persyaratan yang ditetapkan. (i) Jumlah ruang lingkup pengujian yang terakreditasi. (ii) Persentase pelaksanaan uji sesuai dengan standar dan persyaratan yang ditetapkan. (iii) Persentase kemampuan uji terhadap jumlah Obat dan Makanan yang terdaftar. (iv) Persentase kecukupan peralatan yang sesuai dengan kemampuan uji yang diharapkan. (v) Jumlah metode analisa yang tervalidasi. (vi) Jumlah bahan baku pembanding yang tersertifikasi. (vii) Persentase alat yang terkalibrasi secara berkala. 11. Terbentuknya Laboratorium unggulan untuk menunjang kepentingan nasional. (i) Jumlah laboratorium unggulan.

12. Laboratorium Badan POM terintegrasi dalam jaringan nasional dan internasional untuk pengawasan (i) Persentase laboratorium Badan POM yang terintegrasi dengan jejaring laboratorium nasional, regional dan internasional. (ii) Jumlah riset bersama dengan international research collaboration center. (iii) Jumlah jenis bahan baku pembanding produksi BPOM yang digunakan di tingkat nasional, regional dan internasional. (iv) Junlah layanan pengujian yang diberikan kepada pihak ketiga. C. Meningkatkan Kapasitas Manajemen Badan POM 13.Seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara terintegrasi sesuai dengan standar quality management system. (i) Persentase unit kerja yang melaksanakan perencanaan, monitoring dan evaluasi secara terintegrasi. (ii) Persentase ketepatan waktu unit kerja dalam melakukan pelaporan yang akuntabel. (iii) Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy. (iv) Persentase unit kerja yang memiliki peta faktor keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai sasaran kinerja secara periodik. (v) Persentase kegiatan BPOM yang mampu memperoleh pendanaan. 14.Seluruh pegawai memiliki kompetensi sesuai bidangnya dan mencapai sasaran kinerjanya. (i) Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi. (ii) Persentase unit kerja yang memiliki alokasi SDM kompeten sesuai kebutuhan. (iii) Persentase pegawai yang memiliki pola pengembangan karir yang jelas berdasarkan merit system. (iv) Presentase pegawai yang menerapkan budaya kerja Badan POM. (v) Persentase temuan pelanggaran disiplin pegawai yang ditindaklanjuti sesuai aturan. 15.Berfungsinya sistem informasi yang terintegrasi secara online dan Up-todate dalam pengawasan (i) Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online. (ii) Jumlah layanan yang dapat diakses secara online melalui website. (iii) Persentase jenis data yang up-to-date. (iv) Jumlah media komunikasi yang bekerja sama dalam penyebaran informasi (v) Jumlah informasi Obat dan Makanan yang disampaikan secara upto-date.

D. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dalam Pengawasan 16. Berfungsinya jaringan lintas sektor yang aktif dalam pengawasan Obat dan Makanan sampai ke tingkat Kabupaten/Kota. (i) Persentase Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di kabupaten/kota yang memproduksi obat tradisional sesuai standar Badan POM. (ii) Persentase Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) di kabupaten/kota yang memproduksi makanan sesuai standar Badan (iii) POM. Persentase rekomendasi terhadap hasil pemeriksaan balai POM yang ditindaklanjuti oleh pemda kabupaten/kota. (iv) Jumlah institusi kabupaten/kota yang melaksanakan promosi keamanan, pengawasan dan intelijen pangan dalam jejaring SKPT (Sistem Keamanan Pangan Terpadu). 17. Berfungsinya kerjasama nasional dan internasional dalam pengawasan (i) Badan POM RI menjadi anggota PIC/S (Pharmaceutical Inspection Cooperation/Scheme). (ii) Persentase importer dan eksportir Obat dan Makanan yang dapat dilayani melalui e-bpom dalam jejaring nasional, regional dan internasional. (iii) Jumlah institusi tingkat nasional yang melaksanakan promosi keamanan, pengawasan dan intelijen pangan dalam jejaring SKPT (Sistem Keamanan Pangan Terpadu). (iv) Persentase tindak lanjut informasi dan penyelesaian kasus (illicit) pelanggaran ketentuan narkotika, psikotropika dan prekursor oleh jejaring nasional, regional dan internasional. (v) Persentase tindak lanjut informasi uji klinik vaksin sesuai kesepakatan DCVRN (Developing Countries Vaccine Regulator Network). (vi) Persentase tindak lanjut rekomendasi Intergovernmental Forum on Chemical Safety (IFCS). (vii) Persentase penyelesaian tindak lanjut informasi jejaring regional dan internasional dalam post market alert (viii) Persentase penyelesaian perkara di bidang Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan CJS (Criminal Justice System). (ix) Persentase penyelesaian perkara di bidang Obat dan Makanan melalui informasi Interpol. (x) Persentase penyelesaian perkara obat palsu oleh National SPOC (Single Point Of Contact) dalam kerangka IMPACT (International Medical Product Anti Counterfeiting Taskforce) (xi) Persentase penerapan informasi pengawasan Obat dan Makanan terkini yang diperoleh melalui jejaring nasional, regional dan internasional. 18. Berfungsinya jaringan lintas sektor dalam pengembangan, pengawasan dan konservasi tanaman obat. (i) Persentase penyelesaian tindak lanjut kesepakatan lintas sektor dalam road map nasinal konservasi dan pengembangan tanaman obat.