ANALISIS TIMBULAN GAS RUMAH KACA (CO 2, CH 4 DAN N 2 O) DARI PROSES KOMPOSTING AEROBIK SUMBER PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU

dokumen-dokumen yang mirip
Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

PENGUKURAN GAS RUMAH KACA DENGAN GAS CHROMATOGRAPHY (GC) DAN INFRARED GAS ANALYZER (IrGA)

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

Presentasi ini memberikan penjelasan serta pemahaman mengenai pentingnya informasi fluk gas rumah kaca (GRK) dari ekosistem lahan gambut, serta

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENGKOMPOSAN SAMPAH KOTA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOSTER SKALA RUMAH TANGGA

METODOLOGI PENELITIAN

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) DAN METANA (CH 4 ) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL EMISI GAS N2ODI LAPANGAN

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Green House Gases Emission Reduction Potential Through Palm Oil Mill Integrated Waste Treatment

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN DOLOMIT (MgCa(CO 3 ) 2 ) SEBAGAI PENSTABIL PH PADA KOMPOSTING SAMPAH DAPUR BERBASIS DEKOMPOSISI ANAEROB DAN AEROB

EFEKTIVITAS WAKTU PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH GAS RUMAH KACA PADA PENGELOLAAN AIR DI LAHAN SAWAH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012

KARAKTERISTIK FISIK SAMPAH KOTA PADANG BERDASARKAN SUMBER SAMPAH DAN MUSIM

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) DAN METANA (CH 4 ) DARI KEGIATAN REDUKSI UTARA

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah

Bab II Tinjauan Pustaka

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH

PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PERMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI, SURABAYA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

OPTIMASI PEMATANGAN KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN CAMPURAN LINDI DAN BIOAKTIVATOR STARDEC

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS DAN BIOGAS

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

FENOMENA GAS RUMAH KACA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

Kajian Timbulan Sampah Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis 3R Studi Kasus RW 17 Kelurahan Cilengkrang Kabupaten Bandung

Pengolahan Sampah di Perguruan Tinggi dan Kontribusinya Terhadap Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

SNTMUT ISBN:

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

PENGARUH LAJU AERASI DAN PENAMBAHAN INOKULAN PADA PENGOMPOSAN LIMBAH SAYURAN DENGAN KOMPOSTER MINI *

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM

Karakteristik Limbah Padat

PENGOMPOSAN K1UDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

Transkripsi:

ANALISIS TIMBULAN GAS RUMAH KACA (CO 2, CH 4 DAN N 2 O) DARI PROSES KOMPOSTING AEROBIK SUMBER PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU Yudith Sand Faundry*), Dr. Haryono Setyo H., ST, MT**), Ir. Dwi Siwi H., M.Si**) *) Mahasiswa Teknik Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro **) Dosen Pembimbing Teknik Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro ABSTRAC Increased concentrations of greenhouse gases in the atmosphere today is triggered by human activity (anthropogenic), one of which is the disposal of domestic solid waste (garbage). Waste is a very common problem within the community. Most garbage is garbage from households. Composting is one way to overcome the problem of processing waste management waste management, which is as natural ways of composting will result in the generation of greenhouse gases in the process. The main greenhouse gases arising from the process of composting (composting) is Gas Carbon Dioxide (CO 2 ), methane (CH 4 )and nitrous oxide gas (N 2 O). This study aimed to value the concentration of greenhouse gases (CO 2, CH 4 and N 2 O) arising from aerobic composting process integrated waste processing resources that can mitigate global warming prevention. Based on the research results, the object under study compost derived from two Integrated Waste (TPST), namely TPSTs Ngudi Kamulyan and TPSTs Bina Mandiri. Such dump sites where both types of materials have different compost. The concentration of greenhouse gases arising from the process of composting of the two dump sites showed a fluctuating value, it is heavily influenced by other factors such as temperature, acidity and moisture compost. Keywords: garbage, compost, composting, the main greenhouse gas, integrated waste management. 1. PENDAHULUAN Undang-Undang No.18 Tahun 28 Tentang Pengelolaan Sampah pada Pasal 4 dan Pasal menyatakan bahwa Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan.. Pengelolaan sampah yang dimaksud dalam Perda Kota Semarang No. 6 Tahun 212 meliputi pengurangan dan penangan sampah yang dibentuk dalam beberapa lokasi pengelolaan sampah yaitu Tempat Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tujuan dari dilakukannya Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca dalam Bidang pengelolaan limbah khususnya pengelolaan sampah terpadu adalah sebagai langkah mengorganisir serta meminimalisir volume tumpukkan sampah pada TPA yang nantinya akan menimbulkan Gas Rumah Kaca berlebih dan kontinyu. Pengomposan adalah proses aerobik komponen degradable organic carbon (DOC) dalam limbah yang terkonversi menjadi karbondioksida (CO 2 ). CH 4 terbentuk dalam sesi anaerobik kompos, namun teroksidasi menjadi tingkat besar dalam sesi aerobik kompos. Perkiraan rentang CH 4 yang dilepaskan ke atmosfer kurang dari 1% hingga beberapa persen dari kandungan karbon awal dalam material. N 2 O juga dihasilkan dalam proses pengomposan. Perkiraan rentang emisinya berkisar kurang dari.-% dari kandungan nitrogen awal material. (Fadhli, 212: 69). 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu metode description research

(penelitian deskriptif). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 21: 3). 2.1 Prosedur Kegiatan Sampling Pada penelitian ini sampel kompos diambil beberapa volume sesuai dengan kapasitas alat Sangkup Tabung, yaitu dengan tinggi 7 cm dan berdiameter 28.4 cm. Jumlah sangkup yang digunakan adalah sebanyak 4 tabung. Untuk kemudian diambil sampel timbulan Gas Rumah Kacanya secara berkala, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 2.2 Alat dan Bahan 1. Sangkup (chamber). Berbentuk TabungTabung dengan diameter 2.8 cm dan tinggi 7 cm berfungsi untuk mengambil contoh gas rumah kaca pada kegiatan komposting. Gambar 1. Sangkup Tabung Tertutup 2. Alat Penyimpanan Contoh Gas Rumah Kaca a. Syringe BD ukuran 1 ml dengan jarum ukuran 23 G ¼ (,6 mm x 32 mm). Syringe dilengkapi dengan: - Kertas perak untuk pembungkus. Fungsi kertas perak adalah untuk mengurangi adanya pengaruh sinar matahari terhadap konsentrasi contoh dalam syringe. - Kertas label - Penutup jarum berupa karet septum agar contoh gas dalam syringe tidak bocor. b. Vial/ ampul yang sudah di vacum. Vial/ ampul ini satu paket dengan tutup karet dan logam. Gambar 2. Alat penyimpan contoh gas. 3. Bahan: yang bersumber dari dua Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Kota Semarang. TPST Ngudi Kamulyan (Sampangan) dan TPST Bina Mandiri (Pedurungan Kidul). 2.3 Teknik Pengambilan Sampel Dalam pengambilan sampel Gas Rumah Kaca selama proses komposting atau selama pematangan kompos (3 hari). Pengambilan sampel Gas dengan variasi waktu pengambilan sampel yaitu 6 kali pengambilan sampel terhitung dari hari ke- hingga hari ke-3 (hari ke-, hari ke-7, ke- 14, ke-21, ke-28, dan hari ke-3). Metode pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut: 1. dimasukkan ke dalam sungkup. Sungkup diatur pada posisi rata dan terjaga agar gas yang tertampung sungkup tidak bocor. 2. Termometer di pasang pada lubang yang ada pada bagian tutup/ sungkup. 3. Sebelum pengambilan sampel gas, penutup sungkup dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2-3 menit agar konsentrasi udara dalam sungkup menjadi stabil.

4. Sungkup ditutup, penutup karet/ septum pada tempat pengambilan udara dibuka kurang lebih 2-3 menit untuk menstabilkan konsentrasi gas dalam sungkup.. Setelah 2-3 menit, penutup karet ditutupkan. Gas diambil dengan menggunakan jarum suntik yang dipasang pada posisi tegak lurus disuntikkan pada karet septum tempat mengambil contoh gas. Interval waktu pengambilan sampel adalah, 1, 2 menit dalam satu rangkaian pengambilan contoh gas. Jarum suntik ditutup dengan septum sesegera mungkin untuk menghindari kebocoran. 6. Perubahan suhu dalam sungkup harus selalu dicatat saat pengambilan gas. 7. Sampel gas segera di bawa ke laboratorium gas rumah kaca untuk analisa konsentrasi gas nya. Gambar 3. Contoh pengambilan Gas Rumah Kaca pada proses komposting Setelah dilakukannya analisis samplimg gas rumah kaca, perlu dilakukannya anilisis lanjutan, yaitu analisis laboratorium. Analisis laboratorium yaitu menganalisa konsentrasi timbulan gas yang diperoleh dari hasil sampling dengan alat pengukuran Gas Rumah Kaca yaitu Kromatografi Gas (GC) dan Infrared Gas Analyzer (IrGA) dengan satuan ppm per konsentrasi uji. 2.4 Teknik Pengerjaan Penelitian 1. Pengumpulan Bahan Baku Bahan baku didapat dari 2 TPST Kota Semarang. TPST yang pertama adalah TPST Ngudi Kamulyan Kelurahan Sampangan dan TPST yang kedua adalah TPST Pedurungan Kidul Kelurahan Pedurungan Kidul. Alat Sungkup Tabung, berasal dari Laboratorium Gas Rumah Kaca Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Pati. 2. Pengkondisian Proses ting Bahan baku kompos yang didapat dari 2 TPST tersebut dilakukan pengkondisian tempat dan volume, untuk memudahkan proses pengambilan sampel. Bahan baku kompos yang telah siap dimatangkan akan ditaruh dalam kawat berbentuk tabung sehingga kondisinya bisa berupa aerob dimana uada bebas bisa masuk, sama halnya kondisi sebenarnya pada TPST. Pengkondisian volume kompos disesuaikan dengan sungkup, dan penelitin ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Teknik Lingkungan UNDIP. 3. Pengambilan Sampel Gas Rumah Kaca Dalam pengambilan sampel Gas Rumah Kaca selama proses komposting atau selama pematangan kompos (3 hari). Pengambilan sampel Gas dengan variasi waktu pengambilan sampel yaitu 6 kali pengambilan sampel terhitung dari hari ke- hingga hari ke-3 (hari ke-, ke-7, ke-14, ke-21, ke-28 dan ke-3).\ 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Pengambilan sampel Gas Rumah Kaca dilakukan sebanyak 6 kali selama 3 hari untuk Gas CO2 dan CH4, sedangkan untuk Gas N2O dilakukan selama 6 hari dan pengambilan sampel dilaukan sebanyak 6 kali sama seperti gas CO2 dan CH4. Waktu tersebut merupakan waktu pematangan kompos atau waktu berlangsungnya proses komposting mengacu pada keadaan sebenarnya di Tempat Pengolahan Sampah

Konsentrasi (mg CO2/menit) Terpadu (TPST). Pengambilan sampel GRK dilakukan setiap 7 hari sekali dimulai dari umur kompos hari ke- hingga kompos matang. Setiap sampling pengambilan GRK dilakukan pula pengukuran suhu, derajat keasamaan (ph), kelembaban kompos serta tinggi kompos pada closed chamber. Setelah dilakukannya sampling GRK, sampel lalu dikemas untuk dikirimkan ke Laboratorium Gas Rumah Kaca Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN) untuk dilakukan uji laboratorium. Pengukuran GRK dilakukan dengan menggunakan alat kromatografi gas (GC), dengan jenis GC Green House Gas (GHG) Varian 4 dengan hasil satuan konsentrasi (ppm/ppb). 3.2 Perhitungan Hasil Penelitian Hasil analisis laboratorium untuk GRK berupa satuan (ppm), kemudian dihitung agar mendapatkan nilai fluks (mg/m2/menit) GRK dengan menggunakan rumus perhitungan dan selanjutnya nilai fluks dihitung kembali untuk menentukan nilai konsentrasi GRK dengan satuan mg/menit. Rumus perhitungan yang digunakan berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Leila Kalsum dengan judul Evaluation of CO2 and CH4 Emission at Peat Swamp Forest Under Different Land Cover pada tahun 213 dalam penyelenggaraan Konferensi Internasional ke-3 tentang Chemical, Ecology and Environmental Science (ICCEES) di Bali, serta berdasarkan artikel yang dituliskan oleh pihak Balai Penelitian Lingkungan Pertanian dalan judul Pengukuran Gas Rumah Kaca dengan Gas Chromatography (GC) dan Infrared Gas Analyzer (IrGA) pada tahun 212. Keterangan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Fluks Gas Rumah Kaca = dc/dt Vch/Ach mw/mv (273.2 )/((273.2 +T)) Keterangan: Fluks : Fluks gas uji CO2, CH4 dan N2O (mg/m2/menit) dc/dt : Perbedaan konsentrasi gas CO2, CH4 dan N2O / waktu (ppm/menit) Vch : Volume closed chamber (m3) Ach : Luas closed chamber (m2) mw : Berat molekul gas CO2, CH4 dan N2O (g) mv : Volume molekul gas CO2, CH4 dan N2O (22,4 L) T : Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh gas ( o C) 3.3 Pembahasan Hasil Penelitian A. Konsentrasi Gas Rumah Kaca Timbulan Prosess ting Aerobik 1. Gas Karbondioksida 14 Sampah 12 1226.1 Daun Kering 1 8 31.4 6 7949.34 4897.8 4 49.2 2649.12 264.84 464.82 336.3 477.83913.14 3266.16 2 7 14 21 28 3 Gas CO2 banyak dihasilkan pada proses komposting aerobik, dimana gas tersebut timbul akibat aktifitas mikroba dalam proses penguraian bahan-bahan organik pada kompos. Dapat dilihat berdasarkan sajian grafik pada gambar 4.7 diatas, proses komposting dari kedua bahan baku kompos memiliki nilai yang fluktuatif sebagaimana yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Berdasarkan hasil pada grafik 4.7 nilai konsentrasi gas CO2 pada beberapa periode lebih unggul dihasilkan oleh kompos sampah rumah tangga. Pada kompos sampah rumah tangga nilai kosentrasi tertinggi terdapat pada umur kompos ke-7 hari yaitu sebesar 1226,1 mg CO2/menit. Sedangkan untuk nilai terendahnya pada periode umur kompos ke- 21 yaitu sebesar 464,82 mg CO2/menit.

Suhu (OC) Konsentrasi (mg CH4/menit) Konsentrasi (mg N2O/menit) sampah daun kering memiliki nilai tertinggi dalam proses pengomposan yaitu pada periode kompos berumur 7 hari yaitu sebesar 7949,34 mg CO2/menit, dan nilai kompos terendah pada periose pengomposan kompos sampah daun kering terdapat pada umur kompos 21 hari yaitu sebesar 336,3 mg CO2/menit. 2. Gas Metan 1 9 8 7 6 4 3 2 1.44.192.372 3.672 1.6.882.162.672 2.26 2.82.318 1.24 7 14 21 28 3 Umur Sampah Daun Kering Metoda pengomposan pada penelitian kali ini bersifat pengomposan aerobik dimana disesuaikan dengan keadaan sebenarnya pengolahan kompos pada sumber pengolahan sampah terpadu. Pengolahan kompos secara aerobik ini dihasilkan gas CH4 dengan nilai yang sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi gas CO2. Pada dasarnya gas CH4 terbentuk dalam kondisi anaerobik. Kondisi anaerobik pada pengomposan aerobik ini disebabkan oleh adanya tumpukkan kompos dalam metoda pengolahan kompos ini. Zona anaerobik ini tidak dapat dihindarkan pada proses pengomposan karena adanya ketinggian tertentu dalam penumpukkan kompos saat pengolahannya. 3. Gas Dinitro oksida Gas N2O pada proses komposting aerobik sangatlah kecil nilainya dikarenakan oleh adanya penurunan nilai N pada kompos (Hobson, 2). Selain itu keberadaan gas N2O pada proses komposting sangatlah jarang, bahkan kebanyakan penelitian menganggap gas N2O dikatakan tidak visibel keberadaannya. Nilai rata-rata konsentrasi gas N2O pada komposting aerobik ini sangatlah kecil, pada kompos sampah daun kering nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan konsentrasi kompos sampah rumah tangga. Adapaun data disajikan dalam grafik sebagai berikut:..4.3.2.1 Sampah Sampah.198.18.12.84.96.12.12.78.126.12.84.12 18 3 42 49 6 Umur B. Variabel Kontrol yang Mempengaruhi Timbulan Gas Rumah Kaca Proses ting Aerobik Sumber Pengolahan Sampah Terpadu 1. Gas Karbondioksida dan Gas Metana - Suhu 3 3 2 2 1 1 7 14 21 28 3 Umur Sampah Daun Kering 28.8 3 29.83 3.91 3.1 3.7 Sampah Rumah Tangga 28.7 3.91 29.91 31.3 3. 31.2 Dilihat dari dari hasil analisis, data pengukuran suhu kompos dapat dilihat dari Gambar 4.9 diatas, dimana rata-rata suhu kompos pada jenis kompos sampah daun kering yaitu ± 3,8OC dan nilai rata-rata suhu kompos sampah rumah tangga yaitu ± 3,44OC. Perbandingan nilai rata-rata suhu yang diperoleh antara kompos sampah rumah tangga dan kompos sampah daun kering tidak begitu jauh, dimana nilai selisihnya hanya ±.36 OC, nilai suhu tertinggi diperoleh dari kompos sampah rumah tangga. Tinggi nilai suhu dari kompos sampah rumah tangga diakibatkan karena adanya perubahan sifat yang semulanya aerob menjadi anaerob karena struktur bahan baku sampah rumah tangga

ph ph Kelembaban (%) Kelembababan (%) Suhu (OC) yang cenderung lembab. Namun walaupun demikian, suhu dari kompos memiliki nilai yang konstan pada kisaran nilai ± 3oC Hal tersebut diakibatkan karena kondisi pengolahan kompos dengan metoda aerob. - Kelembaban 4 4 3 3 2 2 1 1 7 14 21 28 3 Umur Sampah Daun Kering 4 2. 47. 2. 2. Sampah Rumah Tangga 47. 42. 42. 47. 32. 47. Nilai rata-rata kelembaban kompos sampah daun kering yaitu % sedangkan nilai rata-rata kelembaban kompos sampah rumah tangga lebih rendah ± 14% yaitu 43,3%. Hal tersebut dikarenakan oleh kandungan komposisi yang berbeda diantara keduanya, dimana untuk kompos sampah rumah tangga sifatnya lebih lembab dibandingkan dengan kompos sampah daun kering. - ph 1 9 8 7 6 4 3 2 1 7 14 21 28 3 Umur Sampah Daun Kering 7. 7 7 7.2 7. 7.7 Sampah Rumah Tangga 7.2 7. 7 7.7 8 8 Rentang nilai rata-rata kompos pada kedua jenis kompos berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan bersama dengan pengambilan sampel gas CO2 dan CH4 tidak jauh berbeda. Di mana kedua nilainya berada di rentrang nilai netral yaitu untuk ph kompos sampah rumah tangga 7, dan ph kompos sampah daun kering 7,3. 2. Gas Dinitro oksida - Suhu 3 3 2 2 1 1 18 3 42 49 6 Umur Sampah Daun 28.73.9129.9131.33. 31.2 Kering Rata-rata suhu yang timbul selama proses komposting antara kompos sampah daun kering dan kompos sampah rumah tangga yaitu keduanya pada kisaran ± 3 OC. Dimana hal ini terjadi karena kondisi pengomposan yang bersifat aerobik, sehingga nilai suhunya konstan. - Kelembaban 4 4 3 3 2 2 1 1 18 3 42 49 6 Umur Sampah Daun Kering 4 2. 47. 2. 2. Sampah Rumah Tangga 47. 42. 42. 47. 32. 47. Rata-rata kelembaban yang timbul selama proses komposting antara kompos sampah rumah tangga dan kompos sampah daun kering, yaitu % untuk kelembaban pada kompos sampah daun kering dan 43.3% pada kompos sampah rumah tangga. Dimana hal ini terjadi karena kondisi pengomposan yang bersifat aerobik, sehingga nilai kelembabannya ± %. - ph 1 9 8 7 6 4 3 2 1 18 3 42 49 6 Umur Sampah Daun Kering 7. 7 7 7.2 7. 7.7 Sampah Rumah Tangga 7.2 7. 7 7.7 8 8 Rata-rata nilai ph kompos pada proses komposting antara kompos sampah rumah tangga dan kompos sampah daun kering

Konsentrasi (mg CH4/menit) Konsentrasi (mg CO2/menit) yaitu keduanya pada kisaran ± 7. Dimana hal ini merupakan kisaran nilai ph yang netral. C. Perbandingan Nilai Konsentrasi Gas Rumah Kaca Proses ting berdasarkan Bahan Baku (Sampah Rumah Tangga dan Sampah Daun Kering) 1. Gas Karbondioksida 4 4 3 3 2 2 1 1 463. Sampah Daun Kering 4378.2 Sampah Rumah Tangga Nilai konsentrasi gas CO2 pada kompos sampah rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan kompos sampah daun kering. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan bahan baku penyususn kompos, suhu, kelembaban dan ph pada kompos itu sendiri. Dapat dikaitkan dengan pembahasan sebelumnya bahwasannya nilai kelembaban kompos sampah rumah tangga lebih besar dibandingkan tingkat kelembaban dari kompos sampah daun kering. Perbedaan nilai kelembaban tersebutlah yang mempengaruhi nilai timbulan konsentrasi CO2 yang dapat ditimbulkan dalam proses pengomposan aerobik ini. Kaitan kelembaban dengan produksi gas CO2 adalah semakin tinggi kelembaban kompos berarti adanya perubahan kondisi pengolahan, dimana pada kondisi awal yaitu aerobik diakibatkan dengan tingginya kelembaban kompos menyebabkan terjadinya perubahan kondisi yaitu cenderung pada kondisi anaerobik. Emisi gas rumah kaca dari kegiatan penanganan limbah mencakup gas metana (CH4), nitro oksida (N2O), dan karbon dioksida (CO2) apabila terjadi pada kondisi anaerobik. Berdasarkan IPCC 26 Guide llines, CO2 yang diemisikan dari pengolahan limbah secara biologi dikategorikan sebagai biogenic origin yang tidak termasuk dalam lingkup inventarisasi gas rumah kaca dari kegiatan pengolahan limbah. Peninjauan perbandingan hasil konsentrasi gas CO2 rata-rata selama proses komposting, dapat dikaitkan pula dengan jumlah bobot rata-rata kompos selama proses komposting berlangsung. Yang nantinya dapat diketahui timbulan gas rumah kaca persatuan massa/ berat kompos. Pengukuran berat kompos dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan sampling gas rumah kaca, suhu, kelembaban dan ph kompos. Sampah Daun Kering Sampah Rumah Tangga Ketinggian Volume Berat m m3 kg Nilai Konsentrasi kg/menit Timbulan Gas menit,31,1 13,13 4,6,32,31,1 13,13 4,37 Terlihat dari sajian tabel diatas, bahwasannya ada kaitan antara berat kompos dengan timbulan gas CO2 selama proses komposting. Dapat disimpulkan dalam setiap 1 kg kompos sampah daun kering diketahui menghasilkan gas CO2 sebesar,32 per satuan menit. Pada kompos rumah tangga dalam setiap 1 kg kompos sampah rumah tangga diketahui menghasilkan 3,1 gas CO2/menit. 2. Gas Metan 1 9 8 7 6 4 3 2 1 9.37 Sampah Daun Kering 1.292 Sampah Rumah Tangga Nilai konsentrasi gas yang diperoleh berdasarkan sajian grafik grafik diatas, nilai konsentrasi gas CH4 pada kompos sampah daun kering jika dirata-rata secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan kompos sampah rumah tangga. 3,1

Konsentrasi (mg N2O/menit) Namun nilai hasil perata-rataan tidak dapat demikian dilakukan, karena adanya satu data yang nilainya amat tinggi jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi yang lain. Metoda pengomposan pada penelitian kali ini bersifat pengomposan aerobik dimana disesuaikan dengan keadaan sebenarnya pengolahan kompos pada sumber pengolahan sampah terpadu. Pengolahan kompos secara aerobik ini dihasilkan gas CH4 dengan nilai yang sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi gas CO2. Pada dasarnya gas CH4 terbentuk dalam kondisi anaerobik. Kondisi anaerobik pada pengomposan aerobik ini disebabkan oleh adanya tumpukkan kompos dalam metoda pengolahan kompos ini. Zona anaerobik ini tidak dapat dihindarkan pada proses pengomposan karena adanya ketinggian tertentu dalam penumpukkan kompos saat pengolahannya Peninjauan perbandingan hasil konsentrasi gas CH4 rata-rata selama proses komposting, dapat dikaitkan pula dengan jumlah bobot rata-rata kompos selama proses komposting berlangsung. Yang nantinya dapat diketahui timbulan gas rumah kaca persatuan massa/ berat kompos. Pengukuran berat kompos dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan sampling gas rumah kaca, suhu, kelembaban dan ph kompos. Terlihat dari sajian tabel diatas, bahwasannya ada kaitan antara berat kompos dengan timbulan gas CH4 selama proses komposting. Dapat disimpulkan dalam setiap 1 kg kompos sampah daun kering diketahui menghasilkan gas CH4 sebesar 1,2 1- CH4/menit. Pada kompos rumah tangga dalam setiap 1 kg kompos sampah rumah tangga diketahui menghasilkan 6,76 1- gas CH4/menit. 3. Gas Dinitro oksida Menurut Hobson (2) menyatakan bahwa jika adanya nilai N2O pada proses komposting berarti pada proses dekomposisi bahan organik terjadi dalam suasanya mesofilik, dimana suhu kompos antara 2OC sampai 3OC. Jika dikaitkan dengan nilai suhu rata-rata yang diukur pada saat proses komposting yaitu ± 3 OC. Faktor penentu produksi gas N2O pada proses komposting bergantung pada ketersediaan oksigen. Jika nilai oksigen tinggi/besar berarti nilai konsentrasi N2O akan rendah atau kondisi ini disebut sebagai kondisi aerobik. Timbulnya gas N2O pada proses kompoting aerobik dikarenakan oleh adanya perubahan kondisi akibat adanya tumpukkan kompos dan nilai kelembaban dari kompos. Berdasarkan dengan grafik 4.12 di atas bahwasannya nilai konsentrasi gas N2O kompos sampah rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada kompos sampah daun kering. Nilai konsentrasi gas N2O pada kompos sampah rumah tangga sebesar,11 mg N2O/menit, sedangkan nilai konsentrasi kompos sampah daun kering sebesar,12 mg N2O/menit. 1.9.8.7.6..4.3.2.1 Sampah Daun Kering Sampah Rumah Tangga Sampah Daun Kering Sampah Rumah Tangga Ketinggian.12.11 Sampah Daun Kering Ketinggian Volume Volume Berat m m3 kg Berat m m3 kg Sampah Rumah Tangga Nilai Konsentrasi kg/menit,31,1 13,13,2,31,1 13,13,9 Nilai Konsentrasi kg/menit Timbulan Gas menit 1,2 1 - Timbulan Gas menit,31,1 13,13 1,2 1-4 7,76 1-6,31,1 13,13 1,1 1-4 8,7 1-6 Terlihat dari sajian tabel diatas, bahwasannya ada kaitan antara berat kompos dengan timbulan gas N2O selama proses komposting. Dapat disimpulkan 6,76 1 -

dalam setiap 1 kg kompos sampah daun kering diketahui menghasilkan gas N2O sebesar 7,76 1-6 N2O/menit. Pada kompos rumah tangga dalam setiap 1 kg kompos sampah rumah tangga diketahui menghasilkan 8,7 1-6 gas N2O/menit. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Nilai konsentrasi gas rumah kaca (CO 2, CH 4 dan N 2 O) yang ditimbulkan dari proses komposting aerob sumber pengolahan sampah terpadu. Pada nilai konsentrasi gas karbondioksida yang timbul selama proses komposting pada kompos sampah daun kering adalah 428, mgco 2 /menit dan kompos sampah rumah tangga adalah 4378, mgco 2 /menit. Nilai konsentrasi gas metana yang timbul selama proses komposting pada kompos sampah daun kering adalah 9,8 mgch 4 /menit dan pada kompos sampah rumah tangga adalah 2,1 mgch 4 /menit. Nilai konsentrasi gas dinitro oksida yang timbul selama proses komposting pada kompos sampah daun kering adalah.1 mgn 2 O/menit dan pada kompos sampah rumah tangga.11 mgn 2 O/menit. Perbedaan nilai konsentrasi kompos berdasarkan jenis bahan baku antara kompos sampah rumah tangga dan kompos sampah daun kering terhadap timbulan gas rumah kaca (CO 2, CH 4 dan N 2 O) dari proses komposting aerobik sumber pengolahan sampah terpadu. Nilai konsentrasi timbulan gas karbondioksida pada jenis bahan baku kompos sampah daun kering kecil besar dibandingkan dengan nilai timbulan konsentrasi jenis bahan baku kompos sampah rumah tangga. Perbedaan nilai konsentrasi timbulan gas antara kompos sampah rumah tangga dan kompos sampah daun kering terhadap timbulan gas CH 4 proses komposting pengolahan sampah terpadu. Nilai rata-rata konsentrai gas CH 4 pada kedua kompos, tertinggi ditimbulkan oleh kompos sampah daun kering. Nilai konsentrasi timbulan gas dinitro oksida pada jenis bahan baku kompos sampah daun kering lebih kecil dibandingkan dengan nilai timbulan konsentrasi jenis bahan baku kompos sampah rumah tangga. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini. Dianjurkan untuk melakukan identifikasi jenis mikroorganisme yang hadir pada proses pengomposan dimana dapat mempengaruhi timbulan gas rumah kaca pada proses komposting. Bagi masyarakat agar lebih sadar mengenai pengelolaan sampah mandiri dimana perlu dilakukannya pemilahan sampah skala rumah tangga sebelum dibuang pada tempat sampah. Agar lebih baiknya bagi masyarakat untuk membuat sumur resapan biopori agar sampah organik yang dihasilkan dapat diproses langsung. Bagi pemerintah, pengolahan sampah skala pengolahan sampah terpadu yang sudah tersedia agar lebih baik diaplikasikan atau di lanjutkan secara keseluruhan tempat pengolahan sampah terpadu yang ada. Sehingga keberlanjutan pengelolaaan sampah dapat berjalan dengan baik dan dapat pula mengurangi masalah manajemen pengelolaan sampah.. DAFTAR PUSTAKA Boer, Rizaldi. 212. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Buku I Pedoman Umum. Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perumahan Iklim. Kementrian Lingkungan Hidup. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang. 21 Fadhli. 212. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Buku II Volume 4. Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan

Lingkungan dan Perumahan Iklim. Kementrian Lingkungan Hidup. Fardiaz, Srikandi. Polusi Air dan Udara. Kanisius : Bogor. Hervani, Anggri. 212. Pengambilan Gas Rumah Kaca dengan Metode Sungkup Tertutup (Closed Chamber). Jurnal Penelitian. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Ika. 24. Emisi Gas Rumah Kaca. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Marched, Sabbath. 211. Pengelolaan Gas dan Potensi Clean Development Mechanism. Pusat Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Lingkungan. BBPT. Trismidianto. 29. Studi Penentuan Konsentrasi CO 2 dan Gas Rumah Kaca (GRK) Lainnya di Wilayah Indonesia. Makalah Penelitian. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada. Sudarman. 21. Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global. Jurnal Penelitian. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang Suprihatin. 212. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Pengomposan Sampah. Jurnal Penelitian. Fakultas Teknologo Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sulistyorini. 2. Pengolahan Sampah dengan Cara Menjadikannya. Jurnal Kesehatan LIngkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Yulianto, dkk. 29. Buku Pedoman Pengolahan Sampah Terpadu: Konversi Sampah Pasar Menjadi Kualitas Tinggi. Yayasan Danamon Peduli. Jakarta