Dirangkup dari pendapat : Prof. Dr. Maria SW Sumardjono, SH.,MCL.,MPA Sebagai referensi Puslitbang BPN-RI didalam merumuskan pokok-pokok pikiran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka


1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB II HAMBATAN PELAKSANAAN PERPANJANGAN SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH HAK PENGELOLAAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA PENYUSUNAN RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

TATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

DAFTAR PERUNDANG UNDANGAN. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

PEMBAHASAN RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA SEMESTER GENAP TAHUN 2016

EKSISTENSI HAK PENGELOLAAN DALAM HUKUM TANAH NASIONAL

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB II PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM. A. Defenisi Pengadaan Tanah

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

PERMOHONAN/PEMBERIAN HAK DAN PEMINDAHAN/PERALIHAN HAK

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DAN PERSEROAN TERBATAS

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kaitannya dengan pengertian penguasaan yaitu : Penguasaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

Perihal : Prosedur Perizinan Penyewaan Tanah Departemen Pekerjaan Umum SURAT EDARAN NOMOR : 59/SE/M/2006

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan tanah semakin meningkat misalnya untuk pembangunan dan

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

Pertanyaan: Ringkasan Jawaban: Analisa. 1. Surat Tanah di Indonesia. Dapat kah dilakukan amandemen nama pemilik pada surat tanah?

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

PENGGUNAAN TANAH HAK PENGELOLAAN OLEH PIHAK KETIGA

PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

FUNGSI TANAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM TANAH NASIONAL (ASPEK PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN)

Fahmi Fadillah

PINJAM PAKAI BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

PEMANFAATAN TANAH DI ATAS HAK PENGELOLAAN ANTARA REGULASI DAN IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak

OLEH : KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

LAND REFORM INDONESIA

BAB 2 ISI 2.1. Hukum Tanah Nasional

BAB IV PEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN BAGI WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tanah Dan Pemberian Hak Atas Tanah. yaitu permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

PERTANAHAN JURNAL. Menggagas RUU Pertanahan. Vol. 1 No. 1

Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam*

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PEMILIKAN HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING (WNA) DENGAN AKTA NOMINEE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

PEMANFAATAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH OLEH PIHAK KETIGA

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. Hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional (HTN), memberikan ruang yang

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014. TATA CARA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN Oleh: Elsye Aprilia Gumabo 2

Hukum Agraria dan Pendaftaran Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan. Dalam hukum tanah kata sebutan tanah dipakai dalam arti yuridis,


Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

No Perbedaan Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai atas Tanah Negara. perusahaan, pertanian, diperpanjang untuk. peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian-penelitian dan tulisan oleh para pakar berbagai disiplin ilmu 2, demikian

SURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Pengertian Perjanjian Kredit

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA (BMN) BERDASARKAN PP NOMOR 6 TAHUN 2006

Transkripsi:

Dirangkup dari pendapat : Prof. Dr. Maria SW Sumardjono, SH.,MCL.,MPA Sebagai referensi Puslitbang BPN-RI didalam merumuskan pokok-pokok pikiran pengaturan

UUD 45 Pasal 33 ayat 3 Negara Tanah Tanah Negara (HMN) Subyek negara Dasar hukum pasal 2 UUPA Kewenangan Publik Tanah ulayat (hak ulayat) Subyek masyarakat adat Dasar hukum UUPA pasal 3 Kewenangan publik dan perdata Tanah hak (HM, HGB,HGU,HP,HSUB) Subyek orang perorang, badan hukum dasar hukum pasal 4 jo pasal 16 UUPA dan kewenangan perdata HPL Adalah HMN yang kewenangan pelaksanaan nya Dilimpahkan kepada pemegang HPL Fungsi publik..perdata publik

Tidak secara eksplisit disebut dalam UUPA Secara Implisit pengertian itu diturunkan dari pasar 2 ayat 4 UUPA Istilah HPL muncul pertama kali dalam PMA no 9 tahun 1965 tentang pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah negara dan ketentuan ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya

PP no 8 tahun 1953 tentang penguasaan tanah-tanah negara SK menteri agraria no SK VII/5/Ka tanggal 20 Juni 1962dan surat edaran menteri agraria no Ka 3/1/1 tanggal 1 maret 1962 Peraturan menteri agraria no 9 tentang pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya Peraturan menteri agraria no 1 tahun 1966 tentang pendaftaran hak pakai dan hak pengelolaan Peraturan menteri agraria no 1 tahun 1977 tentang tata cara permohonan dan penyelesaian pemberian hak atas bagian-bagian tanah hak pengelolaan serta pendaftarannya

Peraturan menteri dalam negeri No 1 tahun 1967 diubah dengan permendagri no 6 tahun 1972 tentang pelimpahan wewenang pemberian hak atas tanah Peraturan menteri dalam negeri no 5 tahun 1973 tentang ketentuanketentuan mengenai tata cara pemberian hak atas tanah Peraturan menteri dalam negeri no 5 tahun 1974 tahun 1985 tentang ketentuan-ketentuan mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan Undang-Undang No 16 tentang Rumah Susun

Peraturan Pemerintah 40 tahun 1996 tentang Hak guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah Peraturan menteri negara agraria /kepala BPN no 9 tahun 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Pengelolaan

Dasar hukum pemberian hak atas tanah kepada pihak ke tiga dinyatakan dalam suarat perjanjian penggunaan tanah (SPPT) atau dengan nama lain apapun ( perjanjian ) Perjanjian tersebut untuk melaksanakan perjanjian BOT / bangun guna serah antara pemegang HPL dengan pihak ke tiga

Pemegang HGB/HP membayar sejumlah Fee atau kompensasi pada pemegang HPL. Dimungkinkan bahwa pemegang HGB/HP yang diberikan diatas tanah HPL dapat mengalihkan, membebankan HGB/HP nya dengan HT dengan persetujuan tertulis pemegang HPL

UU No 1 tahun 2004 Pasal 49 ayat 5 Barang milik negara atau daerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan Barang milik negara/ daerah adalah : Barang yang diperoleh / dibeli atas beban APBN/APBD atau perolehan lain yang sah (pasal 1 angka 10 dan 11)

Ketentuan tersebut tepat sekali karena barang milik negara/daerah merupakan res republique yang berada di luar lalu lintas perdagangan (res extra commercium) Perlu perhatian: pasal 49 ayat daerah (1) barang negara/daerah merupakan tanah yang dikuasai pemerintah pusat/daerah harus disertipikatkan atas nama pemerintah RI/ Daerah Barang milik negara/daerah berupa tanah statusnya dapat berupa HP selama digunakan atau HPL HP atau HPL yang terdaftar atas nama instansi pemerintah yang bersangkutan bukan obyek HT.

Jadi dapat disimpulkan bahwa: Sebelum berlakunya UU no 1 Tahun 2004 Jo. PP No 6 Tahun 2006 a. Mitra BOT/BTO dapat menjadikan HGB/HP yang diberikan diatas tanah HPL sebagai jaminan utang dengan dibebani HT b. Pihak ketiga dapat membebankan Hak atas Tanah (HGB/HP) yang diberikan atas tanah HPL beserta bangunan Tunggal atau satuan rumah susun( untuk hunian maupun Non Hunian) sebagai jaminan Hutang dengan dibebani HT Sesudah berlakunya UU no 1 Tahun 2004 Jo. PP No 6 Tahun 2006 a. Mitra BOT/BTO tidak dapat menjadikan Obyek BTO/BOT yang diberikan diatas Tanah HPL sebagai jaminan Hutang dengan dibebani HT b. Analog dengan butir a, pihak ketiga juga tidak dapat membebankan HGB/HP nya yang diberikan diatas tanah HPL sebagai jaminan Hutang dengan membebani HT

Ada tiga permasalahan yuridis sehubungan dengan kemungkinan menjadikan BOT/BTO sebagai jaminan utang dengan dibebani HT menurut UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006, yaitu: 1. Kemungkinan bahwa yang dimaksud oleh pembuat peraturan perundang-undangan, ketentuan tersebut diatas hanya diberlakukan terhadap BMN/BMD yang berstatus HP. 2. UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006 belum mengakomodasi obyek BTO/BOT yang berdiri diatas HPL 3. Kalau barang milik negara /daerah tersebut berstatus HP ketentuan tersebut sudah tepat 4. Kalau barang milik negara /daerah tersebut berstatus HPL, perlu dipikirkan jalan keluar karena diatas HPL dapat diberikan HB/HP kepada mitra BTO

Ada tiga permasalahan yuridis sehubungan dengan kemungkinan menjadikan BOT/BTO sebagai jaminan utang dengan dibebani HT menurut UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006, yaitu: 1. Kemungkinan bahwa yang dimaksud oleh pembuat peraturan perundang-undangan, ketentuan tersebut diatas hanya diberlakukan terhadap BMN/BMD yang berstatus HP. 2. UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006 belum mengakomodasi obyek BTO/BOT yang berdiri diatas HPL 3. Kalau barang milik negara /daerah tersebut berstatus HP ketentuan tersebut sudah tepat 4. Kalau barang milik negara /daerah tersebut berstatus HPL, perlu dipikirkan jalan keluar karena diatas HPL dapat diberikan HB/HP kepada mitra BTO

1. Kemungkinan peraturan perundang-undangan memang tidak memperbolehkan lagi mitra BOT/BTO untuk menjaminkan Obyek BOTnya (baik yang terjadi diatas tanah HP maupun HPL ) mengingat BOT/BTO oleh UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006 ada persyaratan khusus yakni (dalam penyelenggaraan tupoksi dan tidak adanya dana) dengan perkataan lain UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006 bertugas untuk mengembalikan barang milik negara/daerah dalam fungsi publiknya 2. Jika kemungkinan butir kedua yang dimaksud oleh pembuat UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006, perlu dipikirkan jalan keluarnya khususnya terhadap obyek BTO/BOT yang diberikan diatas tanah HPL

4. Kalau ketentuan terkait BOT/BTO oleh pembuat UU No. 1 Tahun 2004 Jo. PP No. 6 Tahun 2006 dimaksudkan hanya diberlakukan terhadap barang milik negara/daerah yang berstatus HP, maka sebagai pengecualian terhadap BTO/BOT yang terjadi di atas tanah berstatus HPL harus dimuat dalam dalam amandemen PP No. 6 Tahun 2006