IDENTIFIKASI BEBERAPA PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN SORGUM DAN JAGUNG DI SULAWESI TENGAH



dokumen-dokumen yang mirip
INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS/GALUR SORGUM TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA. Soenartiningsih dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG

Pembinaan Terhadap Terpidana Lanjut Usia di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Jambi

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

SI KARAT TEBU DI MUSIM HUJAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

PERANAN VARIETAS DAN FUNGISIDA DALAM DINAMIKA PENULARAN PATOGEN OBLIGAT PARASIT DAN SAPROFIT PADA TANAMANJAGUNG

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

KAJIAN FAKTOR IKLIM TERHADAP DINAMIKA POPULASI Pyricularia oryzae PADA BEBERAPA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

Respon Beberapa Galur Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn)

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

Penyakit Busuk Daun Kentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1969) tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

UJI PERTUMBUHAN IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAHAN DAN METODE. Bahan

Oleh : Nur Fariqah Haneda

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

Tugas. Pengaruh penyakit terhadap fungsi fisiolgis Tanaman

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

III. MATERI DAN METODE

IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN KARAT DAUN PADA KEDELAI. Oleh : Cut Maisyura

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.

REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthenum morifolium) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI SUMATERA UTARA

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

III. MATERI DAN METODE

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

EFFEK LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI PELARUT DAUN SIRIH TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG. ABSTRAK

Transkripsi:

IDENTIFIKASI BEBERAPA PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN SORGUM DAN JAGUNG DI SULAWESI TENGAH Soenartiningsih, Fatmawati, dan A.M. Adnan Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penyakit utama yang merusak pertanaman sorgum dan jagung di Indonesia merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi. Identifikasi dan pengambilan data sebaran penyakit utama pada sorgum dan jagung dilakukan di Labuan Palu (Sulawesi Tengah). Dari hasil identifikasi dan pengamatan di laboratorium ditemukan beberapa penyakit yang merusak pertanaman sorgum dan jagung. Penyakit yang merusak pertanaman sorgum adalah penyakit antraknose yang disebabkan oleh Colletroticum sp, bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp, penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium, dan penyakit karat yang disebabkan oleh Puccinia. Penyakit yang merusak pertanaman jagung di daerah Labuan adalah karat dan bercak daun Curvularia. Penyakit yang merusak pertanaman sorgum dengan intensitas tinggi hanya antraknose, rata-rata 50-100%, sedangkan intensitas penyakit bercak daun, busuk batang dan karat intensitas <10%. Intensitas penyakit karat yang merusak pertanaman jagung adalah 80-100% sedangkan penyakit bercak daun Curvularia 40-90%. Kata kunci: sorgum, jagung dan penyakit utama PENDAHULUAN Sorgum dan jagung adalah tanaman serealia yang perlu dikembangkan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan industri. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi pangan meningkat, sehingga diperlukan perluasan areal pertanaman dan budidaya tanaman serealia yang makin intensif menyebabkan penyakit pada pertanaman semakin tersebar dan meluas ke daerah-daerah yang semula belum tertular penyakit. Pengenalan gejala serangan suatu penyakit tanaman sangat penting diketahui karena sebagai langkah awal dalam strategi pengendalian penyakit. Informasi mengenai gejala serangan, ciri morfologi, cara penularan, intensitas serangan dan epidemiologi sangat diperlukan untuk mengatasi pengendalian penyakit, sehingga dapat menentukan kelayakan pengendalian dengan mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit, cara pengendalian, bahan pengendalian serta biaya pengendalian. Penyakit utama di Indonesia yang telah dilaporkan menyerang pertanaman sorgum adalah Antraknose yang disebabkan oleh Colletotrichum sp, bercak daun disebabkan oleh Helminthosporium sp dan busuk batang yang disebabkan Fusarium stalk rot, karat yang disebabkan oleh Puccinia purpurea. Sedangkan penyakit utama yang banyak menyerang pertanaman jagung adalah 420

Seminar Nasional Serealia, 2013 Penyakit bulai disebabkan oleh Peronosclerospora spp., bercak daun disebabkan Helminthosporium maydis dan Curvularia, Karat disebabkan Puccinia, busuk pelepah disebabkan Rhizoctonia solani, busuk batang disebabkan Fusarium sp dan Pythium. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis penyakit, intensitas serangan dan epidemiologi pada tanaman serealia di Palu (Sulteng). METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan survey pada tanggal 21-23 Mei 2013 didaerah Palu (Sulawesi Tengah). Metode yang digunakan adalah secara transek, beberapa daerah yang dikunjungi ternyata daerah Labuan merupakan daerah pertanaman jagung dan sebagian sorgum pada saat dilakukan survey, jadi setiap areal pertanaman jagung dan sorgum diamati jenis-jenis patogennya. Pengamatan sebaran penyakit utama, dengan mengamati jenis-jenis penyakit yang ditemukan, gejalan serangan dan intensitas serangan. Bagian-bagian yang terserang yaitu daun, batang, biji maupun akar diambil dan dimasukkan ke dalam plastik sampel kemudian dibawah kelaboratorium penyakit Balitsereal untuk diidentifikasi. Isolasi dan identifikasi penyakit yang ditemukan di lapangan Sampel daun, batang dan akar yang terinfeksi penyakit dipotong selebar 2 mm, sebanyak lima potong sedangkan untuk biji langsung disterilisasi dengan alkohol 70% dan dibilas dengan aquades steril. Potongan daun, batang dan akar dengan menggunakan pinset diambil satu persatu dan dicelupkan beberapa detik pada larutan alkohol 70 % untuk sterilisasi permukaan kemudian segera diangkat dan ditaruh ke dalam aquades steril sekitar 15 menit agar alkohol di permukaan daun larut dalam air. Setelah itu potongan daun diambil dengan pinset steril dan ditempatkan ke dalam cawan petri yang berisi kertas saring yang sudah disterilkan. Potongan daun dibiarkan selama ± 30 menit agar air di permukaan potongan daun, batang dan akar terserap semua oleh kertas saring. Selanjutnya potongan daun, batang dan akar ditanam atau ditaruh pada permukaan media PDA steril dalam cawan petri apabila patogennya cendawan dan setiap petri sampelnya berbeda untuk memudahkan identifikasi dan pemurnian patogen. Setelah media PDA dalam petri sudah diberi potongan sampel yang terinfeksi patogen kemudian diinkubasikan selama ± 7 hari didalam inkubator. Cendawan yang tumbuh dari potongan daun, batang, akar dan biji pada media PDA diamati setiap hari. Pada saat pertumbuhan hifa sudah mencapai 2 3 cm diambil untuk mendapatkan biakan murni. Biakan murni dibiarkan tumbuh 421

beberapa hari sampai koloninya memenuhi seluruh permukaan cawan petri. Pada umur biakan 14 hari, sporanya diamati dengan mikroskop dengan mengambil bagian permukaan koloni dengan jarum ose dan ditempatkan pada permukaan objek gelas yang telah diberi setetes gliserin, kemudian diidentifikasi dan di foto konidianya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi dan pengamatan di lapangan ditemukan beberapa penyakit utama pada sorgum dan jagung. Beberapa penyakit pada sorgum yang ditemukan dilokasi survey 1. Penyakit antraknose pada sorgum Gejala Gejala penyakit pada infeksi pertama muncul pada daun sebagai bintik-bintik kecil, lingkaran atau elips berwarna cokelat kemerahan dan mengalami pelukaan sampai 5 mm. Bintik ini kemudian membesar dan menyatu sehingga daun mengalami nekrosis. Pengembangan infeksi pertama di bawah daun lalu menyebar ke bagian atas daun dan batang, jika terjadi infeksi lebih awal maka tanaman dapat mengalami kematian lebih cepat. Pada varietas atau galur yang peka, penyakit ini juga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil atau juga dapat menyebabkan benih mengalami damping off (Anonymus 2006). Gambar 1. Gejala antraknose pada daun dan batang sorgum Penyebab dan Ciri morfologi Penyakit antraknose pada sorghum disebabkan oleh cendawan Colletrotichum graminicola. Hasil identifikasi ternyata jamur Colletotrichum graminicola yang diisolasi mempunyai ciri-ciri konidiophor berbentuk oval atau silinder dan konidianya 422

Seminar Nasional Serealia, 2013 mempunyai ukuran 4,3 5,1 x 17,8 22,6 um, menurut Frederiksen, 1986 bahwa, bentuk dan ukuran yang demikian menunjukkan kharakteristik dari jenis Colletotrichum. Cendawan Colletotrichum termasuk familia: Polystigmataceae, Ordo: Sphaeriales dan Kelas Pyrenomycetes (Singh 1998). Gambar 2. Konidia dari Colletotrichum sp. Epidemiologi Penyakit antraknose menyebabkan terjadinya kehilangan hasil mencapai 50%, cendawan ini mampu bertahan hidup selain pada tanaman sorgum juga tanaman inang yang lain atau pada jaringan tanaman yang telah mati. Spora Colletotrichum dapat disebarkan oleh angin dan percikan air hujan jika menempel pada inang yang cocok akan berkembang dengan cepat. Periode inkubasi Colletotrichum antara 5 7 hari setelah terinfeksi, suhu optimum untuk pertumbuhan jamur antara 24 30 o C dengan kelembaban relatif tinggi 80 90% (Kronstad, 2000 dan Chala et al. 2009). 2. Penyakit bercak daun Exserochilum turcicum pada sorgum Gejala Gejala pertama kali muncul berupa bintik kuning kecoklatan kecil kemudian membesar berbentuk elips atau melingkar berukuran 3 5 mm kemudian daun yang terinfeksi mengalami nekrosis, infeksi pertama pada umumnya terjadi pada daun bagian bawah kemudian menjalar ke atas, bercak daun selain menyerang pada daun juga dapat menyerang pada bagian batang dan tangkai bulir apabila terjadi serangan yang tinggi (Kanaka 2002 dan Dubin & Duveiler 2000) 423

Gambar 3. Gejala penyakit bercak daun Exserochilum turcicum Penyebab dan Ciri morfologi Penyakit bercak daun pada sorghum disebabkan oleh cendawan E. turcicum atau Helminthosporium turcicum. Dari hasil isolasi kemudian di identifikasi ternyata cendawan ini mempunyai konidia berbentuk oval atau elips, ukuran konidianya 125 250 x 6 10 um, konidiospora memiliki hilus sedikit menonjol dan terdiri dari 8 9 septa (Frederiksen 1986). Gambar 4. Konidia E. turcicum Epidemiologi Penyakit bercak daun E. turcicum pada tanaman sorghum di Afrika menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10-15%, (Olson and Saritos 1976 dalam Kanaka 2002), tetapi apabila menyerang pada tanaman jagung penurunan hasilnya bisa mencapai 25-90% sedang pada gandum bisa mencapai > 50% yang terjadi di Amerika (Dubin & Duveiler 2000). Jadi kerugian karena penyakit ini bervariasi tergantung dari keparahan dari pada patogennya dan patogen ini penyebarannya hampir diseluruh dunia dan inangnya bukan hanya sorgum tetapi juga beberapa tanaman serealia. Perkembangan penyakit ini toleransi suhunya cukup besar untuk 424

Seminar Nasional Serealia, 2013 perkembangan konidia yaitu antara 18 32 0 C dan kelembaban yang dibutuhkan sekitar 80 90% (Frederiksen, 1986) 3. Penyakit karat Gejala Pada permulaan gejala terlihat bercak kecil berwarna merah atau cokelat kemerahan, kemudian bercak berkembang berupa pustule kemudian menjadi kumpulan spora dan berwarna coklat tua. Karat pustula muncul pada kedua permukaan dan bagian atas terinfeksi lebih parah daripada bagian bawah. Infeksi menyebar dari daun bawah sampai ke atas dan infeksi bisa terjadi pada batang apabila infeksi atau intensitas serangannya tinggi. Pustule berwarna coklat kemerahan atau coklat tua, bentuknya bulat untuk elips dan ukuran 1-2 mm. Serangan pada varietas sangat rentan pustule terjadi begitu padat sehingga hampir seluruh jaringan daun tertutup oleh pustule sehingga menyebabkan daun mengering dan mengalami kerontokan lebih cepat karena tidak berfungsi lagi, sedangkan pada varietas yang resisten sepertiga bagian posisi daun bagian atas hampir bebas dari serangan karat (Jodie et al. 2012). Gambar 5. Gejala penyakit karat pada sorgum Penyebab dan Ciri morfologi Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia Purpurea. pada umumnya mempunyai lima stadium spora yaitu: pikniospora, aesiospora, uredospora, teliospora dan basidiospora. Umumnya penyakit karat bertahan dengan membentuk spora seksual (Teliospora) karena dindingnya tebal sehingga lebih tahan pada lingkungan yang kurang cocok dan penyebarannya dengan urediospora yang berbentuk seperti tepung. Urediospora berbentuk bulat telur dengan ukuran 24-38 um x 23-27 um 425

Gambar 6. Urediospore P. purpurea pada sorgum Epidemiologi Penyakit ini bersifat obligat parasit sehingga untuk perkembangannya memerlukan jaringan tanaman yang hidup untuk bertahan hidup atau memerlukan inang. Insiden dan keparahan dari perkembangan penyakit tergantung pada kondisi cuaca dan reaksi genotip sorgum. Cendawan karat hanya membutuhkan enam jam atau lebih dengan kelembaban relatif 95 persen. Pada varietas yang tahan terbentuknya urediospora berkurang dibanding pada varietas yang peka, kehilangan hasil pada sorgum yang terserang penyakit karat mencapai 3,4-13% tergantung intensitas serangan (Jodie et al. 2012). 4. Penyakit busuk batang pada sorgum Cendawan Fusarium menyerang tanaman sorgum di semua tahap pertumbuhan dan dapat menyebabkan busuk pada bibit sehingga gagal untuk berkecambah atau mengalami damping off, selain itu cendawan ini juga merusak bagian akar dan batang sehingga cendawan ini disebut sebagai soilborne disease (Anonymus 2001). Gejala pertama pada umumnya menyerang akar dan pada bagian yang terserang terlihat berwarna coklat kemerahan atau cokelat keabu-abuan kemudian pada bagian akar mengalami pembusukan, seterusnya menjalar ke bagian batang, hal ini menyebabkan terjadinya ganguan translokasi air dan nutrisi. (Dodd 1980). 426

Seminar Nasional Serealia, 2013 Gambar 7. Gejala penyakit busuk batang Penyebab dan ciri morfologi Penyakit busuk batang pada sorghum disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. dari hasil isolasi kemudian di identifikasi ternyata jamur ini mempunyai miselia berwarna merah muda dengan konidia berbentuk elips terdiri dari 3 5 septa, ukuran konidia 4 6 10 30 μm sedikit melengkung dan meruncing di kedua ujungnya Gambar 8. Konidia Fusarium sp. Epidemiologi Kehilangan hasil untuk sebagian besar busuk batang sulit untuk memastikan, busuk batang dan akar dapat menjadi masalah yang cukup besar dalam produksi sorgum. Tingkat kerusakan tanaman sangat dipengaruhi oleh tanah dan faktor lingkungan. Kondisi pertumbuhan yang merugikan seperti kekeringan yang berlebihan, atau tanaman tergenang karena drainase yang kurang baik sangat membantu perkembangan penyakit ini 427

Jenis penyakit yang ditemukan pada pertanaman sorgum ada empat dan yang mempunyai intensitas serangan tinggi hanya penyakit antraknose dengan intensitas serangan 50 100%, sedang tiga penyakit yang lain yaitu bercak daun, busuk batang dan karat intensitas serangan masih rendah < 10% Beberapa penyakit pada jagung yang ditemukan dilokasi survey 1. Penyakit bercak daun Curvularia Gejala Gejala penyakit ini bintik-bintik kecil kuning kecoklatan ukuran gejala 1mm 2mm, gejala awal terjadi pada daun pertama, kemudian berkembang ke bagian daun di atasnya, bintik-bintik kecil menyatu seringkali mengalami nekrosis akhirnya daun menjadi kering dan mati. Gejala penyakit ini selain menyerang pada daun juga bias menyerang pada batang maupun tongkol jagung apabila serangannya tinggi (Amin dan Abdalla 1980) Gambar 9. Gejala bercak daun Curvularia Penyebab dan Ciri morfologi Penyebab penyakit bercak daun karena Curvularia sp. konidianya berwarna cokelat yang terdiri dari 3 4 septa bentuknya tidak beraturan dengan ukuran konidia 16-26 um x 8-12 um. Curvularia merupakan cendawan airborne (Michel et al. 2013), infeksi melalui bagian epidermis daun atau masuk melalui stomata kemudian menyebar ke jaringan tanaman. 428

Seminar Nasional Serealia, 2013 Gambar 10. Konidia bercak daun Curvularia Epidemiologi Perkembangan cendawan Curvularia sp sangat cepat dan biasanya penyebarannnya melalui angin atau percikan air hujan dan perantaraan manusia. Cendawan ini inangnya cukup banyak sehingga mudah tersebar selain tanaman serealia juga gulma. Apabila tidak ada pertanaman konidianya bisa bertahan pada jerami bekas pertanaman. 2. Penyakit karat pada jagung Gejala Gejala penyakit ini diawali pada daun bagian bawah berupa bercak kecil kuning keco- klatan kemudian bercak berkembang menjadi pustul kemudian menjalar ke daun bagian atas nya. Gejala penyakit karat umumnya terjadi di daun tetapi apabila serangannya tinggi bisa menyerang pada batang dan tongkol jagung. Pustul berukuran 1mm yang merupakan uredium dan di dalam uredium terdapat sejumlah spora, apabila uredium masak maka akan pecah dan menyebarkan urediospora yang berbentuk tepung (Helene dan Thomas 1987). Gambar 11. Gejala penyakit karat pada daun dan batang jagung 429

Penyebab dan Ciri morfologi Penyakit karat pada jagung disebabkan Puccinia sp. juga hampir sama dengan sorgum mempunyai lima stadium spora yaitu: pikniospora, aesiospora, uredospora, teliospora dan basidiospora. Urediospora berbentuk bulat telur atau ovoid dengan ukuran 20-35 um x 21-25 um. Gambar 12. Urediospore Puccinia sp. pada jagung Epidemiologi Penyebaran penyakit karat pada jagung dengan stadium urediospora, tetapi bertahan di alam dengan menggunakan stadium teliospora. Urediospora dipencarkan melalui angin, binatang, alat-alat pertanian atau manusia, infeksi urediospora melalui stomata dan menyebar ke jaringan tanaman. Penyebaran penyakit ini memerlukan kelembaban yang tinggi yaitu 90-100%. Kehilangan hasil penyakit karat pada jagung bisa mencapai 50% terutama pada varietas yang peka misalnya jagung manis (Anonymus 2000). KESIMPULAN Penyakit yang merusak tanaman sorgum di Sulawesi Tengah ada empat jenis yaitu penyakit Antraknose, bercak daun, karat dan busuk batang. Penyakit antraknose merupakan penyakit yang serius dengan intensitas penularan 50 100%. Penyakit yang merusak pertanaman jagung ada dua jenis yaitu karat dan bercak daun Curvularia. Intensitas penyakit karat mencapai 80-100%, sedangkan penyakit bercak daun Curvularia 40-90%. 430

Seminar Nasional Serealia, 2013 DAFTAR PUSTAKA Amin, E.N and M.H. Abdalla. 1980. Survival of Curvularia lunata var. aeria in soil. Mycopathologia 71, 137 140. Anonymus, 2000. Common corn rust. http://ohioline.osu.edu/ac-fact/0031.html Anonymus, 2001. Sorghum - disease management http://www.daff.qld.gov.au/ 26_4738.htm Anonymus, 2006. Sorghum anthracnose disease. http://www. Sorghumanthracnose.org/ disease Chala, A., T. Alemu, L.K. Prom and A.M. Tronsmo, 2009. Effect of host genotypes and weather variables on the severity and temporal dynamics of sorghum anthracnose in ethiopia. Plant Pathol.J.,9:39-46 Dodd, J.LO. 1980. The role of plant stresses in development of corn stalk rots. Plant Disease. 64: 533-7 Dubin, H.J. & Duveiller, E. 2000. Helminthosporium leaf blights of sorghum: integrated control and prospects for the future. In Proc. Int. Conf. Integrated Plant Disease Management for Sustainable Agriculture, New Delhi, 10-15 Nov. 1997,vol.1, p. 575-579 Frederiksen, R. A. 1986. Compendium of Sorghum disease. Published by The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. USA. 82 p. Helene R. D and A. Z. Thomas. 1987.Common rust of sweet corn http://vegetablemd online ppath.cornell.edu/factsheets/corn_rust.htm Jodie, A., J. Malcolmb and G.L. Douyl. 2012. Yield Losses in grain sorghum due to rust Infection. Australian Plant Pathology 41 : 85-91 Kanaka, K,D. 2002. Leaf blight exserohilum turcicum (Pass) of sorghum. Agric. Rev.,23 (3) : 175 184 Kronstad, J.W. 2000. Fungal Pathology Klower Academic Publishers, Nederlands Michel, A., T. I. Rojas., V Dobal., A Batista and M. J. Aira. 2013. Effect of temperature on growth and germination of conidia in Curvularia and Bipolaris species isolated from the air. Aerobiologia,March 2013, Volume 29, Issue 1, pp 13-20 Ramalingan, A.R. 1982. Epidemiology of sorghum downy mildew. Relative infotance of oosfores and conidia in epidemics of systemic infection. Sorghum and millet abstracts. Vol 7, No 9 Commonwealth Agricultural Bureaux London. Robert, G.P. 2006. Comparative survival of conidia of eight species of Bipolaris, Curvularia, and Exserohilum in soil and influences of swine waste amendments on survival Applied Soil Ecology (31) : 159 168 431

Singh, R.S. 1998. Plant Disease. Oxford Ibh Publishing Co. PVT. LTD, New Delhi, India p.14-16 Soenartiningsih dan Fatmawati. 2012. Evaluasi ketahanan beberapa varietas/galur sorgum terhadap penyakit antraknose. Prosiding Seminar Nasional Serealia Maros 3-4 Oktober 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Balai Penelitian Tanaman Serealia 432