Dari pengertian diatas maka ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi. Yaitu adanya unsur :

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 9 TAHUN 1981 (9/1981) 14 MARET 1981 (JAKARTA) Sumber: LN 1981/10; TLN NO.

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang -Undang Hukum Pidana ( KUHP )

BAB II PENGATURAN HUKUM POSITIF TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI INDONESIA. A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PERJUDIAN DI KOTA MEDAN. A. Keberadaan Tindak Pidana Judi Diwilayah Kecamatan Medan Timur

BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA JUDI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena juga diartikan sebagai berikut : a. Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. norma yang ada, melanggar kepentingan orang lain maupun masyarakat yang

BAB II TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF. harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadiankejadian

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. PENERTIBAN PERJUDIAN MENURUT HUKUM PIDANA INDONESIA 1 Oleh : Tessani Justishine Tarore 2

BAB III PERJUDIAN MENURUT HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat perjudian di Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. sangat sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita bahkan kita sendiri pernah melakukan

BAB II KAJIAN TEORISTIS. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TENTANG LARANGAN TERHADAP PERJUDIAN. ditanggulangi karena sudah ada sejak adanya peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

TINJAUAN PUSTAKA. Judi atau permainan judi atau perjudian menurut Kamus besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EKONOMI SYARIAH PERTEMUAN KE LIMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam. mengajar. Dalam bahasa Ingris, teacher berarti pengajar. 16

BAB III KETENTUAN UMUM TENTANG PERJUDIAN. 1. Pengertian umum tentang Perjudian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON. Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. melalui sebuah perkumpulan. Perkumpulan ini digunakan sebagai wadah ataupun

PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan kejahatan dikenal dengan berbagai istilah, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. ayam, judi mancing, judi balap liar, dan lain-lain. Perjudian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya karena sejak lahir lingkungan akan membentuk kepribadian individu dan

SKRIPSI TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PERJUDIAN KUPON PUTIH. (Studi Kasus di Kota Maumere Tahun ) Oleh : MARIA YULMINA SIA

BAB I PENDAHULUAN. melegalkan perjudian di Jakarta. Kepulauan Seribu di sebelah utara Jakarta dipilih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

JURNAL TINJAUAN TERHADAP TRADISI TABUH RAH PADA MASYARAKAT BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : Tri Mulyani, SPd., SH., MH. / /Ketua Ani Triwati, S.H., M.H. / /Anggota

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutkan apa yang kita kenal sebagai tindak pidana dalam KUHP tanpa

Judi Dizaman Dulu dan Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. 1. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat

Perundangan Zaman Rasulullah. Prinsip2 Asas Perundangan Islam:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam. berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi faktor meningkatnya kejahatan di dalam masyarakat adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

Cara Pintar Dalam Berjudi

PELUANG DISKRIT PERMAINAN KARTU BLACKJACK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak sebagai bagian generasi muda merupakan penerus cita-cita

BAB II PENEGAKAN HUKUM DALAM RANGKA MENANGGULANGI PERJUDIAN TOGEL DI KALANGAN MASYARAKAT

Beberapa Strategi Penting Bermain Poker ala adukiu.com

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

SKRIPSI. TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PERJUDIAN SABUNG AYAM DI WILAYAH HUKUM POLRES PANGKEP (Studi Kasus Tahun ) OLEH:

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

SKRIPSI TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PERJUDIAN SABUNG AYAM. (Studi Kasus di Kabupaten Enrekang Tahun 2009 s/d 2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

Terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat Hukum ;

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

Menghitung Besarnya Kemungkinan Kemenangan pada Permainan Kasino dengan Memanfaatkan Kombinatorial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1954 TENTANG UNDIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

Bab 4 GAMBARAN UMUM PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO

CARA BERFIKIR MASYARAKAT TENTANG PERJUDIAN. (Studi Kasus Kelurahan Cikole Sukabumi) Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kompetisi sepakbola antar kampung.

A. Pengertian Perjudian, Pandangan Masyarakat Tentang Perjudian, Macam-macam Perjudian dan Unsur-unsur Tindak Pidana Perjudian

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

Hasil Observasi. Lokasi : Desa Tambong Wetan, Kecamatan Kalikotes, Kabupeten Klaten november 2012, pukul 09:00-17:00 WIB

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan dunia dengan secara

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Polri Menurut UU No. 2 Tahun 2002 dan KUHAP

Pendahuluan Teori Peluang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Perjudian Dan Tindak Pidana Pidana Perjudian Menggunakan Sarana Teknologi Informasi

P U T U S A N Nomor : 02/JN/2010/MS-Aceh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG PENYAKIT MASYARAKAT ( PEKAT )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang

Pedoman Wawancara Pelaku Perjudian Kartu

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Yang Kecil Akan Menjadi Besar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Redaksi Bukune, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, Bukune, Jakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. misalnya kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan alkohol dan

Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan baru mengenai undian sesuai dengan keadaan sekarang; Mengingat akan :

P U T U S A N. Nomor : 336/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Islam Mencela Judi. Muhammad Haniff Hassan

BAB I PENDAHULUAN. dan semuanya dapat tercapai apabila berpedoman pada peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang tidak akan sama dengan kelompok sosial lainnya yang dimana Kehidupan

P U T U S A N Nomor : 121/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga pria dan perempuan mempunyai peranannya juga masing-masing. adalah keluarga (Ollenburger dan Moore, 1996 : 1).

HUKUM PIDANA TRANSNASIONAL. Dr Trisno Raharjo, S.H. M.Hum

A. LATAR BELAKANG MASALAH

UPAYA POLISI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOTO GELAP (TOGEL) ARTIKEL. Oleh: Kukuh Iman Fahrudin NIM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR

SKRIPSI. ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PERJUDIAN (Studi Kasus di Kota Pangkajene Tahun )

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI. (Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA) SKRIPSI.

P U T U S A N Nomor : 440/Pid.B/2014/PN.BJ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI. TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PERJUDIAN SEPAK BOLA MELALUI INTERNET DI KOTA MAKASSAR (Studi Kasus Tahun 2009 s/d Tahun 2013)

Transkripsi:

1.2. Pengertian Judi Dalam Ensiklopedia Indonesia[1] Judi diartikan sebagai suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil suatu pertandingan, permainan atau kejadian yang hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya. Sedangkan Dra. Kartini Kartono[2] mengartikan judi adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak / belum pasti hasilnya. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) mengartikan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemainan. Termasuk juga main judi adalah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala permainan lain-lainnya. Dan lain-lainnya pada Pasal 303 ayat (3) diatas secara detil dijelaskan dalam penjelasan Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Antara lain adalah rolet, poker, hwa-hwe, nalo, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda dan karapan sapi.[3] Dari pengertian diatas maka ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi. Yaitu adanya unsur : * Permainan / perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini para pelaku tidak harus terlibat dalam permainan. Karena boleh jadi mereka adalah penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan. * Untung-untungan. Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif / kebetulan atau untung-untungan. Atau faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

* Ada taruhan. Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang oleh para pihak pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya. Bahkan kadang istripun bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan. Dari uraian di atas maka jelas bahwa segala perbuatan yang memenuhi ketiga unsur diatas, meskipun tidak disebut dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 adalah masuk kategori judi meskipun dibungkus dengan nama-nama yang indah sehingga nampak seperti sumbangan, semisal PORKAS atau SDSB. Bahkan sepakbola, pingpong, bulutangkis, voley dan catur bisa masuk kategori judi, bila dalam prakteknya memenuhi ketiga unsur diatas. I.3. Jenis-Jenis Perjudian Dalam PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, perjudian dikategorikan menjadi tiga. Pertama, perjudian di kasino yang terdiri dari Roulette, Blackjack, Baccarat, Creps, Keno, Tombola, Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot), Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran). Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-Kiu. Kedua, perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang, lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu domba/kambing, pacu kuda, karapan sapi, pacu anjing, kailai, mayong/macak dan erek-erek. Ketiga, perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau, pacu kuda, karapan sapi, adu domba/kambing. Jika kita perhatikan perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa dibedakan berdasarkan alat / sarananya. Yaitu ada yang menggunakan hewan, kartu, mesin ketangkasan, bola, video, internet dan berbagai jenis permainan olah raga. Selain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatas, masih banyak perjudian yang berkembang di masyarakat. Semisal "adu doro", yaitu judi dengan mengadu burung merpati. Dimana pemenangnya ditentukan

oleh peserta yang merpatinya atau merpati yang dijagokannya mencapai inish paling awal. Yang paling marak biasanya saat piala dunia. Baik di kampung, kantor dan cafe, baik tua maupun muda, sibuk bertaruh dengan menjagokan tim favoritnya masing-masing. Bahkan bermain caturpun kadang dijadikan judi. Sehingga benar kata orang "kalau orang berotak judi, segala hal dapat dijadikan sarana berjudi". Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu remi, domino, rolet dan dadu. Namun yang paling marak adalah judi togel (toto gelap). Yaitu dengan cara menebak dua angka atau lebih. Bila tebakannya tepat maka sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus atau ribu kali lipat dari jumlah uang yang dipertaruhkan. Judi ini mirip dengan judi buntut yang berkembang pesat pada tahun delapan puluhan sebagai ekses dari SDSB / Porkas. Dengan tegas Islam melarang permainan ini dan mencapnya sebagai perbuatan najis yg hanya dilakukan oleh setan. Kemudian menghukumi orang-orang yg terlibat di dalamnya atau hanya sekedar iseng atau hanya sekedar menyaksikan permainan ini sebagai orang-orang yg berbuat haram dan dosa besar. Permainan judi ini mencakup semua jenis permainan yg melibatkan dua orang atau lebih hingga pada akhirnya salah seorang dari mereka mengalami kerugian harta krn menderita kekalahan dari lawan mainnya. Dengan demikian masing-masing pemain dalam permainan ini diancam kerugian ludesnya harta benda. Bertolak dari pengertian ini maka segala jenis permainan dadu catur kartu adu jago dan lain sebagainya yg memakai taruhan -sebagaimana telah disebutkan ciri-cirinya- jelas diharamkan. Termasuk dalam kategori maisir adl kartu undian dan lotere yg dewasa ini banyak diperjual belikan di berbagai negara. Sekalipun hal ini ditujukan utk mencari dana guna menyelesaikan proyek-proyek kebajikan atau sumbangansumbangan kebaikan tapi prinsipnya persis sama dgn unta yg disembelih di zaman jahiliyyah utk dipertaruhkan dalam permainan maisir di mana mereka tidak memakannya sedikit pun dan bahkan membagi-bagikannya kepada kaum fakir miskin. Oleh karena itu dgn tegas syari at Islam mengharamkannya atas kaum muslimin. Firman Allah Ta ala Hai orang-orang yg beriman sesungguhnya khamar berjudi berhala mengundi nasib dgn panah adl perbuatan keji dari perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu

dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu. {Q.S. Al-Maaidah 90-91}.

Please download full document at www.docfoc.com Thanks