Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa



dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PELAKSANAAN UJI COBA MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF

LAPORAN AKHIR MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF KEMENTERIAN:

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

Kajian dampak sosial adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

Dengan luas laut mencapai 2/3 dari total wilayah, Indonesia dikaruniai sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

penelitian 2010

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv v vi

RPJMDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (Enam) tahun dan merupakan penjabaran dari visi dan misi kepala desa (atau desa) yang memuat arah

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan

Research Proposal. Studi Kepemilikan Lahan Kaitannya Dengan Peran, Akses dan Kontrol Perempuan (Land Tenure Research)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dengan luas laut mencapai 2/3 dari total wilayah, Indonesia dikaruniai sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA KELOMPOK INDIVIDU/ORGANISASI TAHUN 2009

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

BAB III METODE KAJIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat

Perencanaan. Bab3. Penyusunan perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Pembentukan Tim Penyusunan RPJM Desa

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PANDUAN PENYUSUNAN PROFIL HASIL AKREDITASI PROGRAM DAN SATUAN PAUD DAN PNF TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI KAJIAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu

Transkripsi:

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN LAPANGAN PADA PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa Kerjasama Kemdikbud dengan Kemristek melalui Program PKPP PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2012

A. PENGANTAR Masyarakat pesisir sejauh ini dianggap sebagai bagian dari kelompok masyarakat termiskin. Untuk itu program pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan keharusan bagi pembangunan sumberdaya pesisir secara komprehensif. Salah satu gagasan untuk proses pemberdayaan tersebut adalah melalui pengembangan sumberdaya manusia yang pada gilirannya mampu mengelola sumberdaya lingkungan pesisir yang mereka geluti selama ini. Meskipun beragam proses dan program telah ada dalam pemberdayaan masyarakat pesisir, namun pengembangan sumberdaya manusia menjadi salah satu pendekatan yang strategis. Hal ini salah satunya dijawab dengan pengembangan kurikulum pengembangan kapasitas masyarakat pesisir. Sebagaimana tujuannya, pemberdayaan masyarakat perlu didesain dengan pendekatan konsultatif dengan masyarakat oleh perancang program tersebut, bisa saja oleh pemerintah maupun penggiat pemberdayaan lainnya. Pendekatan ini diasumsikan bahwa pemberdayaan masyarakat diawali dengan membangun dari yang mereka miliki dan butuhkan serta kemampuan mereka dalam menjangkau perubahan untuk pemberdayaan tersebut. Inilah yang disebut dengan partisipasi. Pendidikan untuk pengembangan masyarakat pesisir hendaknya memperhatikan karakteristik dan kebutuhan spesifik masyarakat pesisir. Selama ini pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pesisir belum memiliki acuan atau pedoman untuk pembuatan suatu program kegiatan. Oleh karenanya, dengan hasil kajian lapangan dengan memperhatikan profil dan kebutuhan pengembangan kapasitas pendidikan bagi masyarakat pesisir disusun suatu model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir untuk membuka ruang bagi calon warga belajar dan masyarakat pesisir guna mengelola sumberdaya pesisir dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan nafas pemberdayaan itu sendiri, bahwa kebutuhan pendidikan dan pengembangan kurikulumnya dikembangkan melalui proses diskusi dan kajian kebutuhan partisipatif. B. Tujuan Kegiatan Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai kebutuhan masyarakat pesisir yang

akan dipergunakan sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. C. Strategi Kegiatan Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan Kegiatan ini dilakukan dengan observasi lapangan dan diskusi fokus untuk mengidentifkasi kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan tim peneliti Puskurbuk, tokoh masyarakat setempat, dosen, juragan/pemilik modal, tutor, dan nelayan. Melalui kegiatan ini diharapkan berbagai informasi yang diperlukan seperti: gambaran tentang struktur sosial masyarakat setempat, budaya masyarakat setempat, kondisi ekonomi, upaya pemberdayaan yang telah dilakukan, partisipasi komunitas setempat, pendidikan serta kurikulum yang digunakan, dapat diperoleh. 2. Wawancara dengan nelayan setempat. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi ekonomi nelayan setempat, pendidikan, kompetensi yang dimiliki, hubungan sosial, permasalahanpermasalahan yang dihadapi, serta kebutuhan yang diperlukan, 3. Observasi kondisi lingkungan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang nyata mengenai kondisi masyarakat nelayan, mulai dari kondisi rumah tempat tinggal, kondisi lengkungan sekitar, dsb. D. Waktu dan Tempat Ujicoba Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 s.d 7 Mei 2012 di PKBM Mentari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dan PKBM Nurul Bahari Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

E. Daftar Acara Hari/Tanggal Acara Keterangan Hari I 08.00 14.00 Berangkat dari Jakarta Hari II 08.00 09.00 Pembukaan oleh Kepala Dinas/Kabid PNFI Kadis 09.00 09.30 Penjelasan teknis kegiatan Tim Peneliti/ Perekayasa 09.30 10.30 Diskusi Fokus Tim & Responden 10.30 10.45 Istirahat 10.45 12.00 Diskusi Fokus Tim & Responden 12.00 13.30 Isoma 13.30 16.00 Diskusi Fokus Tim & Responden Hari III 08.00 09.45 Diskusi Fokus dengan nelayan Tim & Responden 09.45 10.00 Istirahat 10.00 12.00 Observasi kehidupan masyarakat pesisir Tim & Responden 12.00 13.00 Isoma 13.00 17.00 Pembuatan laporan Tim Peneliti/ Perekayasa Hari IV Kembali ke Jakarta Tim F. Responden Responden yang diperlukan untuk mendukung kegiatan ujicoba sebagai berikut: NO INSTANSI JUMLAH 1 Pemuka Masyarakat (Kyai, Pengamat, Pemerhati Sosial Budaya, Perguruan Tinggi setempat, Ketua RT/RW, Lurah/Camat) 4 2 Ketua Komunitas 2 3 Anggota Komunitas (nelayan) 10 4 Juragan/Pemilik Modal 2 5 Panitia 2

H. Pelaporan Sistematika laporan identifikasi dan analisis kebutuhan lapangan ebagai berikut. NO. BAB JUDUL BAB DAN ISI I. PENDAHULUAN a. Latar belakang (diambil dari panduan ini) b. Tujuan (diambil dari panduan ini) c. Pelaksanaan Kegiatan Waktu dan Tempat Responden Jadwal Acara (diambil dari panduan ini) d. Strategi Kegiatan (diambil dari panduan ini) II. III. IV HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN UJICOBA a. Diskusi fokus b. Wawancara c. Observasi PENUTUP a. Kesimpulan b. Saran/Rekomendasi LAMPIRAN Dokumentasi foto kegiatan identifikasi dan analisis kebutuhan lapangan

INSTRUMEN IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN LAPANGAN PADA PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini Suci Paresti Maria Listiyanti Sapto Aji Wirantho Budi Santosa Kerjasama Kemdikbud dengan Kemristek melalui Program PKPP PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA 2012

Desain Need Assessment Pengembangan Kapasitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Secara umum masyarakat pesisir dihadapkan pada tiga aspek utama: 1. Aspek ekologis: Ini menyangkut praktek/cara mereka melakukan penghidupan di laut. Misalnya penggunaan teknologinya ramah lingkungan atau tidak, seperti penggunaan bahan kimia, pukat besar dan lain-lain. Ini perlu dipetakan karena praktik yang merusak lingungan akan menganggu ekosistem dan dalam jangka panjang akan merugikan masyarakat sendiri karena berkurangnya pasokan tangkapan di laut yang mereka kelola selama ini. Ini terkait dengan misalnya, usaha penangkapan ikan, budidaya rumput laut, dll. 2. Aspek Sosio-kultural: Ini menyangkut norma dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pesisir. Misalnya musim melaut, atau keterlibatan tetua dalam upacara sebelum melaut, dll. Pemetaan ini bisa menggambarkan kebiasaan yang terjaga dan masih dilakukan ataupun yang telah bergeser dan alasan pergeseran tersebut. Dalam pemetaan aspek ini juga bisa diidentifikasi kelompokkelompok (strata sosial) dalam masyarakat pesisir. Dalam konteks masyarakat Bugis atau Makassar misalnya, ada yang disebut ponggawa (pemilik kapal/perahu) dan sawi (yang menyewa atau menjalankannya ke laut). Pola relasi mereka tidak sekadar hubungan transaksional ekonomi (yang bisa bersifat eksploitatif) namun juga hubungan kultural yang tidak mudah diurai. Dalam aspek ini juga akan dipetakan pola pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi masyarakat pesisir, termasuk kelompok perempuan. 3. Aspek Sosial Ekonomi Aspek ini relatf mudah dipetakan akrena menyangkut aset yang mereka miliki. Namun dalam pemetaan aspek ini yang perlu diperdalam adalah akses dan kontrol kelompok masyarakat terhadap sumberdaya yang ada di

lingkungannya. Ini penting untuk memetakan sejauh mana mereka memiliki peluang penggunaan aset secara jangka panjang, dan sejauh mana mereka punya kepemilikan akan aset secara jangka panjang, termasuk peluang pada pasar dan perubahan pasar. Perubahan pasar dan peluang serta pola kepemilikan aset masyarakat pesisir bisa juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Contoh yang sangat mudah dipakai adalah: kebijakan impor garam yang berimplikasi langsung kepada masyarakat pesisir terutama petani garam. Dengan menggunakan temuan Smith (1979) yang menyatakan bahwa salah satu kubangan kemiskinan masyarakat pesisir adalah rendahnya tingkat likuiditas aset yang mereka miliki. Analisa kebutuhan (need assessment) pemberdayaan (ekonomi) masyarakat pesisir bisa dipetakan dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan yang diarahkan untuk penghidupan yang berkesinambungan (sustainable livelihood) sebagaimana yang dikembangkan oleh DfID. Temuan analisis pengukuran kebutuhan inilah yang nantinya akan diterjemahkan sebagiannya ke dalam bentuk pengembangan kapasitas yang diwadahi dalam bentuk kurikulum. Tentu ini hanya sebagian, karena pemberdayaan masyarakat pesisir tidak hanya dijawab dengan pengembangan kapasitas, namun juga strategi lain. Dalam kerangka sustainbale livelihood yang dikembangkan DfID ada tiga hal utama yang harus diidentifikasi: 1. Pemetaan aset (lima aset) 2. Analisis faktor kerentanan 3. Analisis kebijakan yang berpengaruh (termasuk proses pengambilan kebijakan yang berimplikasi pada masyarakat miskin pesisir) Untuk kebutuhan analisis di lapangan, berikut adalah kisi-kisi diskusi dan pemetaan yang bisa dilakukan: Informasi I Teknik Penggalian Informasi 1. Pemetaan Sumberdaya alam - Jenis Bisa FGD atau

- Pola kepemilikan/penguasaan - Akses terhadap sumberdaya - Apa yang dianggap potensi, mengapa 2. Pemetaan sumberdaya manusia - Jumlah yang produktif - Jenis keahlian yang dimiliki oleh laki-laki dan keahlian yang dimiliki oleh perempuan - Akses dan kontrol terhadap keahlian baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan - Apa punya keahlian untuk mengelola SDA yang dianggap potensi - Apa teknologi yang tersedia, apa yang dikuasai? Kalau tidak dikuasai bagaimana mengakses teknologi tersebut? 3. Pemetaan sumberdaya Financial: - Sumber keuangan untuk usaha produktif dari keluarga - Sumber keuangan lain yang bisa diakses oleh laki-laki maupun oleh perempuan - Mekanisme mengakses sumber keuangan oleh laki-laki maupun oleh perempuan - Bagaimana mekanisme memobilisasi sumberdaya keuangan - 4. Pemetaan sumberdaya sosial: - Bagaimana sistem kekerabatan dalam masyarakat (apa peran laki-laki dan apa peran perempuan dalam usaha produktif) - Apa Lembaga/organisasi yang ada di masyarakat (diikuti oleh laki-laki maupun yang diikuti oleh perempuan) - Bagaimana mekanisme kerja organisasi tersebut? - Bagaimana mengakses organisasi tersebut? 5. Pemetaan sumberdaya fisik: - Bagaimana kondisi infrastruktur di wilayah masyarakat? - Apa jenis infrastruktur yang paling berpengaruh bagi penghidupan masyarakat: laki-laki maupun perempuan? Bagaimana kondisinya? - Informasi II Identifikasi faktor kerentanan: menggunakan teknik PRA:Pemetaan sumberdaya lingkungan dan observasi lapangan Bisa FGD Bisa FGD atau menggunakan teknik PRA: diagram venn Bisa FGD atau menggunakan teknik PRA: diagram venn FGD dan teknik PRA: observasi dan transeck FGD 1. Faktor shock atau hal yang dianggap menciptakan perubahan yang secara cepat dan signifikan yang tidak mudah dilakukan pemulihan

2. Faktor tendensi perubahan (karena musim, pola berkurangnya sumberdaya alam, berkurangnya ketertarikan masyarakat melakukan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pengelolaan pesisir, kebijakan yang tidak membuka insentif bagi kelompok masyarakat pesisir, dll) 3. Kebencanaan Informasi III Identifikasi kebijakan yang berkaitan atau mempengaruhi penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat pesisir, Misalnya reklamasi pantai, perubahan kebijakan RT/RW oleh pemda, kebijakan harga atau control pasar, dll. kebijakan ini bisa berasal dari pemerintah kabupaten/propinsi ataupun nasional. Informasi IV: Analisis kebutuhan prioritas oleh kelompok berdasarkan kapasitas yang mereka miliki. PRA: teknik scoring OBSERVASI butir pertanyaan ini silahkan digunakan apabila diperlukan dan dilihat dari keadaan respondennya jangan lupa difoto dan ditulis/direkam N O Obyek Aspek yang Dilihat Hasil yang diamati 1. Rumah dan sekitarnya Amati rumah responden yg kaya (pendapatannya besar) dan miskin (pendapatannya kecil) luar dan dalam rumah Amati tetangga sekitar rumah responden pada butir a Amati sekelillingnya pada butir a dan b tingkat kekayaan/kemiskinan (bentuk rumah, harta benda yang dimiliki) jumlah orang yang di rumah jumlah orang yang bekerja/produktif di rumah hubungan kekerabatan kebersihan, kesehatan, dan keindahan tingkat kekayaan/kemiskinan (bentuk rumah, harta benda yang dimiliki) jumlah orang yang di rumah jumlah orang yang bekerja/produktif di rumah hubungan kekerabatan kebersihan, kesehatan, dan keindahan potensi alam hubungan kekerabatan kebersihan, kesehatan, dan keindahan

2. Komunitas /PKBM dan sekitarnya 3. Pesisir Pantai Amati tempat berkumpul/belajar Dokumen Amati responden/nelayan yang sedang dalam proses melaut ruang berkumpul/belajar tenaga pengajar sarana yang ada prasarana yang ada hubungan kekerabatan kebersihan, kesehatan, dan keindahan kurikulum bahan ajar KBM jenis kapal/perahu kepemilikan kapal/perahu kelengkapan melaut kerja sama hubungan kekerabatan