BAB I PENDAHULUAN. li al-qaidah (Mesir: Dar al-ma arif, t.t.), h

dokumen-dokumen yang mirip
IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

`BAB I A. LATAR BELAKANG

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Allah dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, hal-hal yang berkaitan

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

Surat Edaran Departemen Agama. No: D/BA.01/4865/1983 Tanggal: 5 Desember 1983 Tentang: HAL IKHWAL MENGENAI GOLONGAN SYI AH

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Komunitas Ahlusunnah Wal Jama ah di Indonesia), Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI, Yogyakarta, 2012, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB II SYIAH DAN SUNNI

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Pendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM

BAB III KONSEP ALMAHDI. Artinya:.. Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang beriman ke jalan yang lurus. (QS.

SEJARAH ISLAM AHMADIN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

Bimbingan Ruhani. Penanya:

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB I PENDAHULUAN. lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

Pandangan Akademis Tentang Syi'ah

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

Surat Untuk Kaum Muslimin

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH. Oleh : SAEPUL ANWAR

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri

NO SK / KD INDIKATOR MATERI BOBOT 1 Menceritakan sejarah berdirinya Dinasty Al Ayyubiyah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

PPMDI. Pemikiran Politik Islam. Zaman Klasik dan Pertengahan. bektibeza.com

Ilmu Ushuluddin, Juli 2010, hlm ISSN MENGUNGKAP ASPEK PEMIKIRAN TEOLOGI DALAM DOKTRIN AKIDAH KAUM SYI AH.

BAB I PENDAHULUAN. supremasi kekuasaan. Pemikiran politik Sunni sering dijadikan sebagai alat legitimasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 2017 M/1438 H

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

Mahdiisme Syi ah : Akar Sejarah dan Implikasinya dalam Perkembangan Sosial Politik. Muh. Ikhsan Dosen Jurusan Dakwah STAIN Sultan Qaimuddin Kendari

Akhir-akhir ini terlihat banyak upaya-upaya yang ditujukan untuk. mendekatkan antara sunni dan syiah. Hal terlihat baik dalam tataran

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara Islam. Istilah imamah lebih banyak digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

Imam Askari as dan Persiapan Periode Ghaibah Imam Mahdi as

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Mewaspadai Syi ah. Syaikh Habib Zein al-kaaf. Editor : Tim Islamhouse.com

STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

TIDAK BOLEH PARTISAN

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

REVISI MAKALAH. PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Bertaqiyah dengan gelar Professor

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

ILMU KALAM. Aliran-Aliran dan Pemikiran. Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I. Kontributor Penulisan:

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

AL-MAHDI AKHIR ZAMAN

Penjelasan singkat tentang khilafah minhajjin nubuwwah berdasarkan hadith

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Sang Khalik. Dalam kontek itulah maka setiap muslim diwajibkan. untuk mencari Ilmu sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam adalah salah satu dari empat kitab

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SIRAH AL-ANBIYA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Arab dipilih Allah SWT sebagai bahasa Al-Qur'an, hal ini dijelaskan

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk berakal dan beragama tetap memiliki kebebasan berkehendak untuk menyatakan pikiran, ide, dan menentukan jalan hidupnya. Dalam kaitan ini Islam menjamin kebebasan tersebut dengan suatu pertanggungjawaban dalam arti yang sebenarnya. Akidah tauhid yang merupakan sokoguru kesatuan bagi ummat Muslim yang diliputi oleh suasana persaudaraan, sejak zaman Nabi SAW., menjadi goyah terutama menjelang berakhirnya dekade kedua masa Khulafa'ur-Rasyidin yaitu, di akhir pemerintahan Khalifah Usman ibn 'Affan. Sebab utama goyahnya kesatuan ummat Muslim tersebut, berpangkal pada pertikaian politik yang bercorak keagamaan di antara kelompok-kelompok Muslim yang sedang bersaing. Peristiwa tersebut merupakan awal masa desintegrasi yang dalam perkembangan selanjutnya, terutama sesudah terbunuhnya khalifah ketiga, benar-benar mendorong lahirnya sekte-sekte dalam Islam dengan doktrin atau ajaran masing-masing yang berbedabeda. Kambuhnya semangat fanatisme golongan di satu pihak, dan munculnya sikap kultus individu terhadap diri Ali ibn Abi Talib dan Ahl al-bait di pihak lain, tampaknya sangat berpengaruh terhadap lahirnya doktrin teologi kaum Syi'ah dalam penalaran sejarahnya. 1 Kekalahan mereka di bidang politik dan militer, selama pemerintahan Bani Umayyah dan Bani 'Abbasiyyah, yang menyebabkan banyak di antara para imam mereka menjadi korban politik, rupanya merupakan faktor penting yang mendorong lahirnya ide atau mitos tentang Imam Mahdi atau al-mahdi al- Muntazar. Keanekaragaman aspirasi politik dan doktrin yang dibawa oleh berbagai sekte dalam Islam itu, berdampak negatif sebagai akibat terjadinya akulturasi budaya dan keyakinan, sesudah meluasnya daerah kekuasaan Islam. Rupanya al-quran dan Sunnah Rasul tidak lagi dijadikan sebagai rujukan oleh sekian banyak aliran yang 1 Ahmad Muhammad Subki, Nazariyat al-imamat lada al-syi ah Isna Asyariyah Tahlil al-falsafi li al-qaidah (Mesir: Dar al-ma arif, t.t.), h. 40. 1

muncul waktu itu guna mencari titik temu. Akan tetapi sebaliknya, justru keduanya mereka jadikan sebagai dasar untuk menguatkan doktrin atau paham mereka masingmasing. Sikap demikian ini mendorong mereka kepada tindakan-tindakan yang ekstrem dan permusuhan dengan sesama Muslim, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh golongan Syi ah maupun Ahmadiyah dalam mewujudkan dan menyebarkan ide serta pengaruh mereka masing-masing. Paham Mahdi atau Mahdiisme, sebagaimana diketahui dalam sejarah, adalah ajaran yang meyakini akan datangnya seorang tokoh Juru Selamat atau Messiah pada ummat yang tertindas, akibat merajalelanya kezaliman penguasa. Tokoh tersebut dikenal sebagai al-mahdi yang ditunggu-tunggu. Gagasan tentang Mahdi tidak semata-mata dimonopoli oleh Islam, meskipun nama Mahdi itu merupakan nama Islam. Memang, gagasan tentang penyelamat terakhir merupakan suatu gagasan yang usianya setua agama itu sendiri. 2 Seperti dikutip oleh Henry Corbin, bahwa esoterisme Syi ah mengajarkan hierarki mistis yang tidak kasat mata. Ide dasarnya yang paling khas adalah gaiban (gaybah) atau absennya imam. 3 Ide hierarki semacam ini identik untuk tidak mengatakan sama dengan berbagai agama yang menguasai dunia, seperti Hindu, Budha, Kristen, Zoroaster dan Islam, bahwa terdapat petunjuk tentang orang yang akan datang selaku juru selamat bagi umat manusia. Agama-agama ini biasanya memberi kabar gembira tentang kedatangan sang juru selamat, meskipun tentunya terdapat perbedaan tertentu dalam perinciannya, yang bisa diketahui apabila diadakan perbandingan yang cermat tentang agama-agama ini. Paham yang millenaristis ini, juga pernah muncul di Indonesia sekitar abad XIX- XX, khususnya di Jawa pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Tokoh gerakan tersebut oleh sebagian masyarakat Jawa dikenal pula dengan nama Ratu Adil. 4 Dengan demikian, corak gerakan Mahdiisme dapat dikatakan sebagai modus gerakan masyarakat belum maju yang tertindas serta mengalami perubahan tata sosial yang drastis untuk melakukan protes sosial terhadap penguasa yang lalim guna memperoleh kejayaan mereka kembali. Lahirnya Mahdiisme juga bermula dan protes-protes sosial 2 Mohammad Saeed Bahmanpour, Prawacana dalam Oliver Leaman, Pemerintahan Akhir Zaman, terj. Ali Yahya (Jakarta: al-huda, 2005), h. xvi. 3 Henry Corbin, Imajinasi Kreatif Sufisme Ibn Arabi, terj. M. Khozim dan Suhadi (Yogyakarta: LKiS, 2002), h. 16. 4 Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 57. 2

sebagai akibat pergolakan politik yang didorong oleh ambisi ingin merebut kekuasaan dari sekian banyak kelompok Muslim yang saling bermusuhan pada permulaan sejarahnya. Dari serangkaian kegagalan pemberontakan bersenjata yang dimotori oleh kaum Syi ah selama kurang lebih dua abad lamanya, mereka mengalami kekecewaan yang mendalam, kekalahan serta penderitaan yang beruntun, dan selalu menjadi korban kekerasan lawan-lawan politiknya. Di samping itu, tidak sedikit di antara para imam mereka menjadi korban kekerasan politik; dan ini menyebabkan kecintaan mereka kepada imam-imam tersebut semakin mendalam. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan kaum Syi'ah mudah mencerna aqidah ar-raj ah dan masalah al-gaibah, dua masalah yang tampaknya merupakan faktor dominan dalam mempercepat proses lahirnya sikap menunggu-nunggu kehadiran kembali para imam mereka yang telah wafat atau yang tidak mereka akui kematiannya. 5 Kepercayaan seperti ini tidak dikenal oleh umat Muslim sebelumnya. Oleh karena itu, doktrin Mahdiisme, yang semula lahir sebagai penggerak gerakan keagamaan yang bersifat politis, berkembang menjadi doktrin teologi yang eskatologis. Paham Mahdiisme ini semakin luas pengaruhnya dan bahkan akhirnya menjadi milik berbagai aliran dalam Islam. 6 Paham Mahdi semula muncul di kalangan Syi'ah Kaisaniyyah, aliran ini berkeyakinan bahwa Muhammad ibn Hanafiyah adalah al-mahdi al-muntazar. Menurut keyakinan mereka, dia masih hidup dan tinggal di bukit Radwa, dan kehadirannya kembali senantiasa mereka tunggu. Dalam hubungan ini timbul pertanyaan, mengapa paham Mahdi ini tidak tumbuh di kalangan kaum Khawarij? Jawaban terhadap pertanyaan ini cukup jelas: bahwa kaum Khawarij tidak mengenal aqidah ar-raj ah dan al-gaibah, sekalipun sekte tersebut juga mengalami nasib yang sama dengan nasib kaum Syi ah. Selanjutnya paham Mahdi ini pun muncul di kalangan sekte Syi ah al- Jarudiyyah. Para pengikut keyakinan sekte ini selalu menunggu kehadiran kembali 5Ibid., h. 20. 6Ibid. 3

imam mereka, Muhammad ibn 'Abdullah, atau yang dikenal dengan sebutan an- Nafsuz-Zakiyyah, sebagai al-mahdi. 7 Di kalangan Syi ah Imamiyyah, terdapat dua kelompok pengikut paham Mahdi yang besar pengaruhnya dan terkenal dalam sejarah, yaitu sekte Syi'ah Sab'iyyah (Syi'ah Tujuh) atau yang dikenal dengan Syi'ah Isma'iliyyah atau Syi'ah Batiniyyah, dan kedua adalah sekte Isna 'Asyariyyah (Syi'ah Duabelas). Dalam merealisasikan ide kemahdiannya kedua aliran tersebut tampaknya terdapat perbedaan yang cukup menonjol. Jika kemahdian Syi'ah Isma'iliyyah lebih bersifat realistis, maka kemahdian Syi'ah Isna 'Asyariyyah lebih bersifat idealis. Menurut sekte yang disebut pertama, al-mahdi itu telah mengejawantah pada diri Abdullah ibn Muhammad, dan ia berhasil membentuk dinastinya di Magrib (Afrika), sedangkan menurut sekte yang disebut kedua, al-mahdi itu terjelma pada diri Muhammad ibn Hasan al-'askari (Imam keduabelas) sesudah ia dinyatakan hilang secara misterius dan dinyatakan pula sebagai yang ditunggu-tunggu tanpa batas waktu tertentu. Masalah Mahdi tersebut di atas, rupanya tidak disinggung sama sekali baik dalam Alquran maupun dalam Hadis, sebagaimana dikenal dalam sejarah. 8 Akan tetapi, bagi kaum Syi ah, hadis-hadis Mahdiyyah yang terdapat di dalam kitab-kitab Sunan mereka pandang sebagai hadis mutawatir (otentik). Oleh sebab itu aliran ini menjadikan paham Mahdi sebagai prinsip keyakinan. Mereka beranggapan bahwa seorang Muslim yang menolak Mahdi, berarti Islamnya belum benar. Sikap dan anggapan seperti ini sering menimbulkan perselisihan dan permusuhan. Di pihak lain, ternyata paham al-mahdi juga masuk dalam teologi Sunni (Ahlus Sunnah wal Jamaah). Meskipun berbeda dengan teologi Syiah, paham al-mahdi di kalangan Sunni juga berbicara tentang adanya juru selamat yang akan menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kemaksiatan. Berdasarkan uraian di atas, maka konsep Al-Mahdi dalam teologi Syiah dan Sunni perlu dikaji lebih lanjut dan peneliti merasa tertarik untuk menuangkannya dalam penelitian tesis dengan judul: Konsep Al-Mahdi dalam Teologi Syiah dan Sunni. B. Perumusan Masalah 7 Corbin, Imajinasi, h. 31. 8 Dwight M. Donaldson, Aqidah asy-syi ah (Mesir: Matba'ah as-sa'adah, tt.), h. 231. 4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimana konsep Al-Mahdi dalam teologi Syiah dan Sunni? Sedangkan yang menjadi sub masalah pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbandingan konsep Al-Mahdi di kalangan Syiah dan Sunni? 2. Bagaimana latar belakang munculnya konsep Al-Mahdi di kalangan Syiah dan Sunni? 3. Bagaimana implikasi konsep Al-Mahdi terhadap perilaku keagamaan di kalangan Syiah dan Sunni? C. Batasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terkait dengan isi tesis ini, penulis akan memperjelas arah pengertian penulisan judul tesis ini dengan memberikan batasanbatasan istilah sebagai berikut: 1. Konsep adalah penjelasan terhadap suatu pandangan, paham, ajaran dan sebagainya. 9 2. Al-Mahdi adalah paham adanya juru selamat. 10 3. Syiah adalah aliran teologi yang lebih berpihak pada Ali ibn Abi Thalib. 11 4. Sunni adalah aliran teologi yang berpijak pada mazhab salaf. 12 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui konsep Al-Mahdi di kalangan Syiah dan Sunni. 2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya konsep Al-Mahdi di kalangan Syiah dan Sunni. 3. Untuk mengetahui implikasi konsep Al-Mahdi terhadap perilaku keagamaan di kalangan Syiah dan Sunni. E. Kegunaan Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan berguna: 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 234. 10 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 89. 11Ibid., h. 541. 12Ibid., h. 231. 5

1. Kegunaan Teoritis: Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu teologi Islam. 2. Kegunaan Praktis: a. Bagi masyarakat sebagai bahan masukan dalam memahami perbedaan yang ada di kalangan Syiah dan Sunni serta menjadi dasar pertimbangan untuk berperilaku yang tetap menjadi keharmonisan hubungan. b. Bagi para akademisi sebagai bahan informasi untuk kajian lebih dalam tentang Syiah dan Sunni. F. Kajian Terdahulu Berdasarkan telaah pustaka yang penulis lakukan terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. M. Arsyad Thalib Lubis dengan judul Imam Mahdi pada tahun 1967. Buku ini merupakan karya ulama Sumatera Utara yang membahas tentang konsep Imam Mahdi yang ditinjau dari sisi Syiah untuk menunjukkan kekeliruan di dalamnya. 2. Arifin, Imam Mahdi Syiah dan Ahmadiyah pada tahun 2002. Buku ini ditulis untuk membandingkan pemahaman tentang konsep Imam Mahdi dalam konsep Syiah dan Ahmadiyah. Dari beberapa studi dan/atau penelitian yang telah dipaparkan di awal, menurut hemat penulis pembahasannya belum memfokuskan kepada pembahasan tentang konsep Al-Mahdi dalam teologi Syiah. Oleh karena itu menurut penulis, penelitian ini adalah masih bersifat literal sehingga penulis tertarik untuk menelitinya guna memberikan kontribusi dan khazanah keilmuan bagi para pembaca. G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang Library Researh (Studi Kepustakaan) yaitu meneliti tentang konsep Al-Mahdi dalam Teologi Syiah. 2. Sumber Data 6

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah buku-buku tentang Al-Mahdi yang ditulis dan beredar di kalangan Syiah dan Sunni serta buku tentang Syiah dan Sunni yang ditulis oleh para pakar, yaitu antara lain: a) Ahmad Muhammad Subki, Nazariyat al-imamat lada al-syi ah Isna Asyariyah Tahlil al-falsafi li al-qaidah. Mesir: Dar al-ma arif, t.t. b) Kulaini, al-usul min al-kafi, ditahqiq oleh Ali Akbar al-gifari, Juz I. Teheran: Dar al-kutub al-islamiyyah, 1388. c) Murtada Mutahhari, Imamah dan Khilafah, terj. Satrio Pinandito. Jakarta: CV. Firdaus,1991. d) As-Syaikh Muhammad Husain al-kasyif.al-gita, As -Syi ah wa Usuluha. Kairo: Maktabah al-arabiyah, 1957. e) H. M. Arsyad Talib Lubis, Imam Mahdi. Medan: Firma Islamiyyah, 1967. dan sumber data sekunder adalah buku dan literatur yang terkait dan relevan dengan pokok masalah penelitian ini. 3. Analisis Data Adapun analisis data penelitian ini adalah analisis isi (content analysis), sebab penelitian ini mengumpulkan literatur tentang konsep Al-Mahdi dalam Syiah dan Sunni. Kemudian dari literatur tersebut akan dibandingkan bagaimana sesungguhnya konsep Al-Mahdi dalam pandangan Syiah dan Sunni. H. Garis Besar Isi Tesis Untuk memudahkan penulisan tesis ini, maka penulis membagi penulisan menjadi lima bab. Bab I Pendahuluan yang memuat Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Batasan Istilah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika pembahasan. Bab II Studi Kepustakaan tentang Syiah dan Sunni: Latar Belakang Lahirnya, Sekte-sektenya, dan Perkembangannya dalam Dunia Islam. Bab III mengungkapkan tentang konsep Al-Mahdi dalam Teologi Syiah dan Sunni meliputi pengertian, latar belakang dan fungsi. Bab IV mengungkapkan tentang implikasi konsep Al-Mahdi dalam teologi Syiah dan Sunni terhadap politik, teologi dan sosial. Bab V Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran. 7

8