BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Dedy Gunawan, 2014 Efektifitas Perda Nomor 11 Tahun 2005 Bagi Perokok Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

Rivansyah Wirahadiutama (Studi pada perokok di kampus Universitas Gunadarma Depok Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 2012)

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. diakses 06 Maret

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI KADAR ASAP PADA SMOKING AREA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 SKRIPSI

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Untuk Variabel (X) Efek Iklan. No. Responden (diisi oleh peneliti)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan bertujuan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anita Indriana, 2014 Wacana Polemik Pemberitaan Rokok dalam Harian Umum Kompas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Data Statistik Negara Pengguna Rokok Terbesar di Dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah kegiatan yang umum di jumpai dihampir setiap waktu atau tempat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merokok adalah menghisap rokok, rokok sendiri adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas). Cara menikmati rokok ialah dengan membakar ujung bagian rokok kemudian hisap ujung sebaliknya dengan mukut untuk mendapatkan asap hasil pembakarannya. Dengan kata lain cara menikmati rokok dengan cara memasukan asap kedalam saluran pernapasan. Proses masuknya asap ini melalui sistem pernafasan mulut, jalur yang dilalui meliputi mulit, tenggorokan hingga paru-paru. Kemudian asap itu akan keluar kembali melalui mulut atau mulut dan hidung. Dikutip dari sebuah majalah online islamhouse.com terbitan 2007, menurut Universitas Southampton di Inggris telah mengadakan sebuah kajian tentang sebab-sebab orang merokok, hasilnya menunjukkan bahwa seseorang menjadi perokok secara umum disebabkan oleh faktor-faktor berikut: 1. Mengurangi tegang syaraf dan menghilangkan rasa lelah (menurut pendapat mereka), mengendurkan persendian dan menimbulkan rasa lega setelah merokok. 2. Merokok untuk menyendiri, sebagian orang akan merasakan kenikmatan merokok seorang diri yang jauh dari pandangan orang lain. 3. Merokok karena ingin menyertai sesuatu perbuatan, seperti merokok setelah makan, atau setelah minum kopi atau teh. 4. Merokok sebagai pengganti makanan, karena merokok dapat mengurangi nafsu makan perokok sehingga konsumsi makanannya berkurang 5. Merokok sebagai sikap sosial, yaitu jika berkumpul bersama temamteman, terlebih jika dalam satu acara tertentu. 1

6. Merokok untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Ada orang-orang yang apabila ditimpa keruwetan, kesempitan atau rasa cemas dalam satu masalah segera menyalakan rokok untuk menghindarinya.(islamhouse.com) Dari penjabaran faktor seseorang mengkonsumsi rokok dapat dimungkinkan ketika melakukan pembakaran rokok dan menghisapnya kondisi sekitarnya sedang tidak sendiri. Berikut adalah sebutan-sebutan asap rokok yang masuk oleh tubuh menurut Sitepoe (2000) dalam buku Kekhususan Rokok di Indonesia, Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke menyebabkan seseorang menjadi perokok pasif. Asap rokok mainstream mengandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya dalam rokok dengan berbagai mekanisme kerja terhadap tubuh. Dibedakan atas fase partikel dan fase gas. Fase partikel terdiri daripada nikotin, nitrosamine, N nitrosonorktokin, poliskiklik hidrokarbon, logam berat dan karsinogenik amin. Sedangkan fase yang dapat menguap atau seperti gas adalah karbonmonoksid, karbondioksid, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain. Hasil pengamatan dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyebutkan bahwa 25% asap rokok dihisap oleh si perokok sedangkan sisanya 75% meyebar di udara bebas dan berpotensi terhisap oleh orang lain yang tidak merokok atau yang lebih dikenal dengan sebutan perokok pasif, penelitian lain menyebutkan bahwa perokok pasif tiga kali lebih berbahaya ketimbang perokok aktif, hal ini terjadi karena asap rokok yang terhisap oleh perokok pasif lebih banyak bersumber dari ujung batang rokok yang terbakar tanpa melalui filter di ujung yang lainnya. Data statistik menunjukan 34,7% penduduk Indonesia adalah perokok aktif artinya satu dari tiga penduduk Indonesia adalah perokok. Seperti penjabaran diatas, kegiatan merokok ini termasuk prilaku buruk karena selain merusak organ tubuh diri sendiri dan juga orang lain disekitar yang ikut menghirup asap hasil pembakaran rokok. Efek yang tergolong bahaya sehingga kegiatan merokok terus dibatasi, seperti aturan yang dibuat pemerintah Republik 2

Indonesia tahun 2011 mengenai Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok menyebutkan bahwa tempat umum seperti fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, adalah kawasan yang sudah dinyatakan bebas rokok. Bila ada yang melanggar aturan tersebut maka pelakunya akan terkena tindak pidana yang telah diatur oleh pemerintah. Sedangkan tempat lain yang belum disebut dalam undangundang maka disarankan oleh pemerintah kepada tempat tersebut untuk memberi ruang khusus bagi perokok dalam melakukan kegiatannya. Salah satu tempat yang belum tercantum dalam undang-undang berkaitan lokasi bebas rokok ialah rumah makan atau restoran. Rumah makan pada waktu tertentu menjadi tempat tujuan orang-orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu makan selain ditempat pribadi. Pengunjung dari tempat ini tidak hanya dari orang yang berlatar belakang sebagai perokok seperti anak-anak, balita, manula yang telah memperhatikan kesehatannya, ibu hamil yang menjaga kesehatan dan perkembangan janin, atau orang yang bermasalah dengan asap. Namun beberapa rumah makan telah mengantisipasi dengan memberi fasilitas untuk menghindari bercampurnya perokok dan bukan perokok dalam satu ruangan yaitu dengan memasang Air Conditioner (AC) atau dengan membagi ruangan antara perokok dan bukan perokok, sehingga perokok dapat merokok dan asap yang dihasilkan tidak mengganggu pengunjung lain. Menyediakan fasilitas ruang untuk merokok (smoking room) atau seperti yang telah dijelaskan tidak seluruhnya dilakukan oleh pihak pengelola rumah makan. Hal ini dikarnakan menurut pengakuan dari pengelola rumah makan selama ini tidak ada pengunjung yang menyampaikan keberatan kepada pengelola mengenai penertiban asap rokok disekitar mereka yang mengganggu kenyamanan. Selain asbak sebagai fasilitas utama untuk perokok ketika melakukan aktifitas merokok, beberapa pengelola rumah makan menambahkan kipas angin yang difungsikan selain sebagai pendingin rungan juga sebagai cara untuk mempercepat hilangnya gumpalan asap rokok dari lokasi. 3

Menjaga kesehatan tubuh merupakan sebuah keharusan bagi pemilik tubuh itu sendiri. Asap rokok tidak baik untuk kesehatan perokok dan orang yang tidak merokok bila berada disekitar perokok ketika merokok. Merokok dirumah makan yang tidak dilengkapi fasilitas khusus seperti smoking room baik sesudah atau sebelum makan akan lebih bijak bila tidak dilakukan, selain dapat menjaga kesehatan perokok juga tidak memberi penyakit bagi bukan perokok. Namun cara untuk menahan diri agar tidak merokok masih sulit dilakukan perokok, meskipun disekitarnya terdapat bukan perokok. Selain itu kegiatan merokok bisa dijadikan contoh untuk remaja, seperit penelitian yang telah dilakuan penelitian dari Universitas Gajah Mada bersama Universitas Islmam Indonesia yang dimuat dalam jurnal pisikologi tahun 2000, didalamnya meyatakan perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejakmasa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi dari generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertikal berasal dari lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horisontal melalui lingkungan teman sebaya. Terkait hal ini rumah makan adalah tempat umum yang dimana pengunjungnya dari berbagai latar belakang dan datang untuk tujuan makan, namun untuk anak-anak hal-hal yang terjadi dilingkungan dapat menjadi contoh untuk melakukan hal serupa seperti yang telah dilihat. Sulitnya menekan rasa ingin merokok ini lah yang belum dapat diatasi dan dikendalikan, sehingga dibutuhkannya suatu alat yang keberadaanya dekat disekitar perokok ketika dirumah makan yang dapat menekan, meminimalisir, keinginan untuk merokok. Sehingga orang yang disekitar perokok tidak tekena asap rokok dan perokok tidak menambah zat berbahaya dalam tubuhnya. 1.2 Masalah Perancangan Dari pemaparan dan penjabaran latar belakan masalah diatas dapat dikrucutkan menjadi identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. 4

Hal ini dibuat bertujuan untuk memudahkan mendapat pokok permasalahan yang dibahas agar permasalahan pada latar belakang dapat terjawab. 1.2.1 Identifikasi Masalah 1. Rumah makan temasuk tempat umum dengan pengunjung dari berbagai latar belakang, usia, kondisi seperti pelajar, anak-anak, janjut usia dan ibu hamil. 2. Aktifitas merokok masih sering dijumpai di rumah makan. 3. Pemerintah menghimbau kepada pengelola untuk menyediakan smoking area dengan tujuan agar perokok dan bukan perokok tidak dalam satu area. 4. Tidak seluruh rumah makan menjalankan himbauan dari pemerintah. 5. Sulitnya menekan rasa ingin merokok dan toleransi dari bukan perokok kepada perokok mengakibatkan kegiatan merokok dirumah makan masih terjadi. 6. Belum tersedianya alat untuk meminimalisir atau menahan keinginan untuk merokok. 1.2.2 Batasan Masalah 1. Alat akan diaplikasikan tidak jauh dari perokok ketika dimeja. 2. Alat yang selalu dikaitkan dengan kegiatan merokok. 3. Sebagai peminimalisir keinginan merokok. 1.2.3 Rumusan Masalah 1. Alat apa saja yang selalu terkait dengan kegiatan merokok di rumah makan terutama ketika dimeja makan? 2. Bentuk pengindraan seperti apa yang dapat mengurangi keinginan, dan atau mengurangi durasi merokok ketika dimeja makan? 3. Bagai mana merancang alat yang dapat mengurangi keinginan dan atau mengurangi durasi merokok. Selain itu alat ini terkait dengan kegiatan merokok disekitar meja, dengan tujuan agar lebih dekat dengan perokok? 5

1.3 Tujuan Perancanggan Maksud dari perancangan ini akan memberikan gambaran secara umum, dan khusus, terhadap hasil yang diperoleh dari perancangan. Hasil perancangan akan memberikan manfaat baik seccara umum dan khusus. Berikut adalah penjabarannya. A. Tujuan Umum 1. Membuat fasilitas untuk perokok. 2. Menjaga kenyamanan sesama pengunjung rumah makan agar terhindar dari asap rokok. B. Tujuan Khusus 1. Membuat alat yang terkait dengan kegiatan untuk merokok dimeja. 2. Membuat alat sebagai peminimalisir keinginan untuk merokok. 1.4 Manfaat Pada poin ini akan membahas beberapa pihak-pihak yang dapat memperoleh manfaat dari hasil penelitian seerta perancangan, berikut penjabarannya. 1.4.1 Manfaat Untuk Keilmuan Menambah wawasan dan keilmuan desain produk dibidang kesehatan dan phisikologi. Menambah pengetahuan terhadap keilmuan lain. Dapat mengaplikasikan keilmuan lain kedalam produk. 1.4.2 Manfaat Untuk Pihak Terkait Menjaga kenyamanan bagi pengunjung rumah makan dari asap rokok. Terhindar dari zat berbahaya dalam asap rokok. Menguranggi contoh untuk anak-anak terhadap kegiatan merokok. 1.4.3 Manfaat Untuk Masyarakat Memberikan failitas dirumah makan untuk perokok. Dapat meminimalisir keinginan untuk merokok. 6

Perokok tidak memasukan zat dalam asap rokok kedalam tubuh setelah berhadapan dengan produk. 1.5 Metode Perancangan Pada penelitian ini ada beberapa hal yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data lapangan dengan cara yaitu observasi. Dalam observasi ini didalamnya meliputi, dokumentasi, wawancara dengan sumber terkait, dan hal-hal lain yang dapat membantu untuk mendapat informasi mengenai masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan guna mengumpulkan data dan mencari pokok permasalahan dengan tujuan untuk memberikan solusi dari masaah yang diteliti. Berikut adalah proses pencarian data yang akan dilakukan dan kemudian solusi yang akan ditampilkan berupa produk. 1.5.1 Observasi Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004). Berikut adalah tahapan observasi yang akan dilakukan Tabel 1.1 Tabel 1.1 Rencana dan tujuan observasi Observasi Tujuan Keterangan Rumah akan yang berjenis: Mengetahui fasilitas Wawancara dan Specialty Restaurant apasaja yang disediakan dokumentasi juga Inn Tavern pengelola untuk perokok. dilakukan untuk Coffe Shop atau Brasserie Alat apa jaja yang dilakukan agar asap rokok tidak mengganggu pengunjung lain. memperkuat permasalahan. 7

1.5.2 Wawancara Selain observasi guna memerkuat data akan melakukan wawancara terhadap narasumber. Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Cara inilah yang banyak dilakukan di Indonesia belakangan ini. wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Berikut adalah narasumber yang akan dihubungi guna memperkuat data untuk perancangan.tabel 1.2 Tabel 1.2 Rencana dan tujuan wawancara Objek Wawancara Tujuan Keterangan Pengelola rumah makan Upaya apa yang dilakukan agar asap rokok tidak mengganggu pengunjung lain. Phisikolog Mencari tau bagai mana cara meredam keingian perokok dengan mengendalikan keinginannya. Kimia Bagaimana memicu zat yang ada didalam perokok agar dapat difungsikan sebagai beredam keinginan merokok Mencari tahu kepedulian pengelola terhadap kenyamana pengunjung berkaitan dengan polusi dari asap rokok dari pengunjung lain. Cara dari phisikolog yang pada nantinya akan diaplikasikan kepada produk. Cara secaka kimiawi yang pada nantinya akan diaplikasikan kepada produk. 1.5.3 Dokumentasi Menurut Sugiyono (2011) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya 8

monumental dari seseorang. Dari semua proses diatas seperti wawancara nantinya akan dilengkapi dengan dokumentasi berupa gambar. 1.5.4 Visualisasi Proses pemecahan masalah akan dijabarkan pada BAB IV, untuk pertimbangaan dalam perancangan akan dijabarkan pada BAB III. 1.5.5 Evaluasi Pada proses ini akan membahas berkaitan dengan analisa hasil uji coba produk yang telah dirancang sesuai data analisa. Hasil pengujian tersebut yang pada nantinya menentukan apakah produk yang telah dirancanga akan mengalami revisi. 1.5.6 Implementasi Pada proses ini akan dilakukan pengamatan terhadap efek dari pengguna produk hasil dari rancangan. 1.6 Metode Analisa Metode yang akan digunakan ialah SKAMPER. SKAMPER adalah akronim untuk Substitusi, Campur, Adopsi, Modifikasi, Pakai untuk kegunaan lain, Eliminasi, Reverse. Metode ini dipilih guna memaparkan metode yang pernah dilakukan, kemudian mendalami kekurangan dari metode yang pernah digunakan, dan setelah itu kesimpulan hasil analisa akan menciptakan metode baru dengan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki metode sebelumnya. Berikut adalah penjabaran metode SKAMPER a. S = Substitusi/ apa yang bisa disubtitusikan?, Dapatkah aturannya dirubah?, Ramuan lain?, Bahan lain?, Apalagi sebagai gantinya? 9

b. K= Kombinasi/ Apa yang dapat digabungkan?, Bagaimana bila divariasikan?, Bahan apa saja yang bisa dikombinasikan?, Bagaimana bila dicampur? c. A= Adopsi/ merubah fungsi atau menggunakan bagian dari elemen lain d. M= Modifikasi/ Bagaimana bisa diubah menjadi lebih baik?, Apa ada hal baru?, Perubahan apa yang dapat diubah dalam proses? Bentuk apalagi yang bisa dibuat? e. P= Pakai untuk kegunaan lain/ Untuk apa lagi bisa dipakai?, Apa kegunaan lain yang bisa dimodifikasi?, Pengembangan baru? f. E= Eliminasi/Apa yang harus dibuang?, Mengecilkan masalah?, Apa yang harus dirampingkan/dipadatkan?, Apa yang tidak perlu? g. R= Reverse/Apa kebalikannya?, Apa sisi negatifnya?, Membalik peran?, Melakukan hal yang tak terduga?, Pertimbangan secara terbalik/ 1.7 Kerangka Perancangan Metode pengumpulan data dimulai dengan wawancara narasumber, penyebaran angket/kuisioner, pengamatan objek dilapangan sampai dengan proses produksi (Gambar 1.1) 10

SKAMPER (Gambar 1.1) Kerangka perancangan 1.8 Pembabakan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Isi pada bab ini ialah, uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian,, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, metode analisa, kerangka perancangan dan pembabakan. Bab II Tinjau Pustaka Isi pada bab ini ialah, literatur terkait dengan permasalahn yang diteliti dan bersumber dari penelitian terdahulu. Bagian kedua membahas hubungan 11

antar konsep yang menjadi kajian penelitian dan uraian kontribusi penelitian. Bab III Data Empiris Dan Analisa Isi pada bab ini ialah, survei lapangan dengan berupa pengambilan gambar, wawancara narasumber, dan penyebaran kuisioner bila diperlukan. Bab IV Konsep Perancangan Isi pada bab ini ialah, pemaparan langkah-langkah perancangan yang meliputi: analisa SWOT, analisa 5W1H, deskripsi produk, pertimbangan aspek desain, product image, tabel kedekatan komponen, sketsa, penentuan final design dan proses produksi. Bab V Kesimpulan dan Saran Isi pada bab ini ialah, hasil kesimpulan dari proses perancangan dan saran untuk pengembangan selanjutnya. Summary : Rumah makan atau restoran merupakan tempat yang menjadi tujuan orang untuk memenuhi kebutuhan yaitu makan. Di rumah makan ini ada kebiasaan pengunjung yang sering dilakukan baik ketika menunggu makanan atau setelah makan, kebiasaan ini adalah merokok. Asap yang dihasilkan dari rokok tidak baik untuk perokok dan orang sekitar perokok apa bila masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan. Pemerintah menghimbau kepada para pengelola untuk menyediakan fasilaitas smoking room agar perokok ketika merokok tidak bebaur dengan bukan perokok. Namun tidak semua pengelola baik rumah makan untuk memberikan fasilitas tersebut. Fasilitas yang disediakan pengelola berupa asbak, dan terkadang ditambah kipas angin. Kipas ini selain untuk mendinginkan ruangan juga menghilangkan gumpalan asap rokok, namun asap masih ada kemungkinan untuk terhirup. Selain itu kegiatan merokok dapat dijadikan referensi baik cara melakukan, dan ekspersi ketika merokok yang dapat terlihat dijadikan contoh anak-anak untuk melakukan hal tersebut. 12

Meninggalkan kegiatan merokok merupakan hal yang lebih bijak dibanding dengan fasilitas yang tersedia sebelumnya. Alat untuk menahan atau meninimalisir keinginan untuk merokok lebih dibutuhkan dibanding fasilitas sebelunmya, sehingga memasukan zat berbahaya dari rokok tidak masuk kedalam tubuh. 13