Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak

dokumen-dokumen yang mirip
Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

REAKSI METANOLISIS LIMBAH MINYAK IKAN MENJADI METIL ESTER SEBAGAI BAHAN BAKAR BIODIESEL DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS NaOH

III. METODA PENELITIAN

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

TRANSESTERIFIKASI PARSIAL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ETANOL PADA PEMBUATAN DIGLISERIDA SEBAGAI AGEN PENGEMULSI

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Kualitas Refined-Glyserin Hasil Samping Reaksi Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Menggunakan Variasi Katalis

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Menggunakan Reaktor Batch Berpengaduk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

A. Sifat Fisik Kimia Produk

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.

PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI PALM OIL METIL ESTER MELALUI REAKSI PERENGKAHAN DENGAN INISIATOR METIL ETIL KETON PEROKSIDA DAN KATALIS ASAM SULFAT

Kata Kunci: asam lemak bebas(alb), netralisasi, pre-esterifikasi, transesterifikasi, CPO

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Bab III Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Pembuatan produk biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

BAB II DISKRIPSI PROSES

Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

ABSTRACT Study on Mixing Process Using Static-mixer Method to Increase Transesterification Efficiency of Refined Palm Oil into Biodiesel.

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

APLIKASI SUPERCRITICAL FLUIDS (SCF) PADA REAKSI TRANS-ESTERIFIKASI PROSES PEMBUATAN BIODIESEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN METIL ESTER DARI PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)

Laporan Praktikum Teknologi Proses PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI. Disusun Oleh:

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH ABU KULIT BUAH KELAPA SEBAGAI KATALIS DALAM PEMBUATAN METIL ESTER DENGAN BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)

Pengaruh Variasi Temperatur Dan Konsentrasi Minyak Terhadap Rendemen Dan Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Biji Kemiri (Aleurites Moluccana)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Bahan Bakar Biodiesel

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil (CPO) dan Metanol Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PENGARUH STIR WASHING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KINETIKA REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK GORENG BEKAS (WASTE VEGETABLE OIL) MENJADI BAHAN BAKAR BIODIESEL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

LAMPIRAN A. : ton/thn atau kg/jam. d. Trigliserida : 100% - ( % + 2%) = 97.83% Tabel A.1. Komposisi minyak jelantah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F MODEL KINETIKA REAKSI BOLAK BALIK UNTUK INTERESTERIFIKASI MINYAK NABATI MENJADI BIODIESEL

PENGARUH KONSENTRASI Li YANG DI-DOPING KE DALAM KATALIS CaO TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK SAWIT

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

Transkripsi:

Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak Tania Surya Utami, Rita Arbianti, Doddy Nurhasman Departemen Teknik Kimia,Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok, Depok 16424 Email: nana@che.ui.edu; arbianti@che.ui.edu Abstrak Palm Oil Methyl Esters (POME) dihasilkan dari reaksi transesterifikasi antara CPO dengan metanol dengan NaOH sebagai katalisnya.. Sebelum dilakukan reaksi transesterifikasi maka CPO perlu dinetralkan dan dihilangkan kandungan airnya terlebih dahulu. Laju reaksi transesterifikasi naik seiring dengan kenaikan suhu. Kinetika reaksi disusun berdasarkan asumsi pseudo-first order dengan reaksi overall irreversible. Konstanta laju reaksi untuk suhu 55-70 o C adalah 0,0002785-0,000304/menit. Energi aktivasi yang diperoleh adalah 6,195x10 3 J/mol. Kata kunci: transesterifikasi; POME; kinetika reaksi 1. Pendahuluan Kebutuhan bahan bakar untuk mesin disel di Indonesia tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah mesin industri dan jumlah kendaraan bermesin disel. Dengan semakin terbatasnya cadangan minyak bumi, maka perlu dicari alternatif sumber energi baru. Saat ini mulai dikembangkan penggunaan metil ester yang diperoleh dari minyak nabati (biodisel) sebagai sumber energi alternatif. Penggunaan biodisel pada mesin disel dapat mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon monooksida, sulfat, hidrokarbon polisiklis aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklis aromatik dan partikel padatan. Minyak nabati yang sedang dikembangkan sekarang adalah CPO, tidak dapat digunakan langsung pada mesin karena viskositasnya yang tinggi. Reaksi transesterifikasi pada CPO dapat memecah rantai trigliserida menjadi lebih pendek dengan menggunakan katalis asam atau basa (Sidjabat,1995; Ma,1999; Aprianto,2003). Ada 3 tahapan reaksi transesterifikasi, yaitu pembentukan produk antara digliserida (DG) dan monogliserida (MG) yang akhirnya membentuk 3 mol metil ester (POME) dan 1 mol gliserol (GL) (Darnoko,2000). Reaksi overall transesterifikasi adalah sebagai berikut (Darnoko,2000): katalis TG + 3ROH 3POME + GL (1) Tahapan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut: k 1 TG + ROH DG + POME (2) k 4 k 2 DG + ROH MG + POME (3) k 5 k 3 MG + ROH GL + POME (4) k 6 Katalis yang umum digunakan untuk reaksi transesterifikasi adalah katalis asam dan basa. Untuk katalis asam biasanya digunakan asam sulfonat dan asam sulfat sedangkan katalis basa digunakan NaOH, KOH dan NaOCH 3. Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa lebih cepat 4000 kali dibandingkan katalis asam, dan juga katalis alkali tidak sekorosif katalis asam (Srivastava,1999). Logam alkali alkoksida (seperti CH 3 ONa untuk metanolisis) adalah katalis yang paling aktif dengan memberikan hasil yang sangat tinggi (>98%) pada waktu reaksi yang singkat yaitu selama 30 menit dan konsentrasi katalis yang rendah (0,5 %mol) (Srivastava,1999). KR2-1

Laju reaksi transesterifikasi juga sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Reaksi transesterifikasi dapat berlangsung sempurna pada suhu kamar dengan waktu reaksi yang cukup lama. Umumnya suhu reaksi yang terjadi mengikuti suhu didih metanol (60-70 0 C) pada tekanan atmosferik (Srivastava,1999). Hasil reaksi yang maksimum didapatkan pada kisaran suhu reaksi antara 60-80 0 C dengan perbandingan mol alkohol dengan minyak (6:1) (Srivastava,1999). Apabila terjadi kenaikan suhu maka hal ini dapat mengurangi hasil reaksi. Kondisi reaksi diatas berlaku apabila menggunakan CPO sebagai bahan baku. Apabila menggunakan bahan minyak yang berbeda maka suhu reaksinya juga akan berbeda. Kinetika reaksi transesterifikasi untuk minyak nabati sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Freedman dkk. mempelajari kinetika reaksi transesterifikasi minyak kedelai dengan metanol dan butanol, yang dikatalisis oleh asam dan basa (Diasakou,1998). Kusdiana dan Saka mempelajari kinetika reaksi transesterifikasi dari rapeseed oil dalam metanol superkritis, reaksi transesterifikasi tanpa katalis (Ksdiana,2000). 2. Metodologi Diagram alir dari penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1. berikut ini: Preparasi sampel Reaksi transesterifikasi dalam reactor tumpak (variasi suhu) Analisis GC untuk metil palmitat Pengolahan data dan menetukan model kinetika laju reaksi Gambar 1 Diagram Alir Penelitian Menentukan konstanta laju reaksi dan energi aktivasi Preparasi Sampel CPO yang digunakan perlu ditentukan terlebih dahulu kadar air dan bilangan asam. Kadar air diuji dengan metoda gravimetri pada suhu 105 o C. Pengujian bilangan asam mengikuti prosedur dari JECFA-FAO. Jika bilangan asam tinggi perlu penetralan, dan jika kadar air tinggi dilakukan pengeringan untuk meningkatkan kualitas CPO. Peningkatan kualitas CPO dilakukan untuk mengurangi asam lemak bebas di dalamnya, yaitu dengan penambahan Na 2 CO 3 pada 90 o C. Reaksi Transesterifikasi dalam Reaktor Tumpak Reaksi transesterifikasi dilakukan dalam reaktor tumpak yang dilengkapi dengan pemanas, agitator, kondenser, dan termometer. Gambar 2. Reaktor Tumpak KR2-2

Pada reaktor tumpak dilakukan variasi suhu 55 o C, 60 o C, 65 o C, dan 70 o C. Kondisi standar yang digunakan adalah perbandingan reaktan (6 :1), jumlah katalis 1% dan kecepatan agitator 195 rpm. CPO high quality sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam reaktor tumpak dan suhu dijaga tetap selama reaksi berlangsung. Katalis NaOH dicampurkan dengan metanol untuk membentuk NaOCH 3. sodium metoksida ini kemudian dimasukkan ke dalam reaktor tumpak dengan perlahan. Reaksi dilakukan selama 1,5 jam. Sampel produk diambil pada tiap selang waktu 5, 10, 15, 25, 35, 50, 70 dan 90 menit, untuk diuji konsentrasinya. Analisis Produk Produk POME yang diasumsikan sebagai metal palmitat, dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatography (GC) jenis FID. Kolom yang digunakan jenis packed kolom dengan jenis packing GP 3% SP- 2310/2%SP-2300 on Chromosorb W AW produksi Supelco. Panjang kolom 1 m x ¼ stainless steel dengan suhu oven 190-220 o C dan suhu injektor 240 o C. 3. Hasil dan Diskusi Dari pengujian bilangan asam dan kadar air CPO didapatkan hasil seperti pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Sifat fisik-kimia CPO Malimping-CPO Parameter Nilai Kadar air (%) 0,16 % Bilangan asam (miligram KOH/gram sampel) Dari tabel terlihat bahwa bilangan asamnya cukup tinggi, oleh karena itu CPO harus dinetralkan terlebih dahulu sebelum dilakukan reaksi transesterifikasi sehingga didapatkan bilangan asam CPO 1,881 mg KOH/gr sampel. Menurut Cvengro dkk, bilangan asam dari minyak nabati untuk proses transesterifikasi tidak lebih dari 2 miligram KOH/gram sampel. Pengaruh Suhu pada Reaktor Tumpak CPO pada suhu ruang berbentuk semisolid, maka suhu minimum yang digunakan dalam penelitian ini adalah 55 o C. Apabila suhu dibawah 50 o C maka viskositas minyak yang tinggi (39,6 mm 2 /s) akan menimbulkan masalah pada saat pengadukan (Srivastava,1999). Variasi suhu yang dilakukan adalah 55, 60, 65 dan 70 o C. Hasil reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi metil palmitat dapat dilihat pada gambar berikut. 35,23 Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap produk metil palmitat hasil analisis GC Dari Gambar 3. terlihat bahwa konsentrasi metil palmitat meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Terlihat pada suhu 50 o C konsentrasi metil palmitat hanya 11,91%, dan kemudian meningkat menjadi 12,53% pada saat suhu 70 o C. KR2-3

Kinetika Reaksi Pada Reaktor Tumpak Kinetika reaksi pada reaktor tumpak dibuat dengan berdasarkan reaksi transesterifikasi overall, dengan asumsi bahwa reaktan yang digunakan sangat berlebih dan reaksi berlangsung irreversible. Model kinetika reaksi disusun mengikuti kinetika pseudo-first order. Reaksi overall transesterifikasi dapat dilihat pada persamaan reaksi. Berdasarkan reaksi total tersebut dapat dibuat persamaan laju reaksinya: 3 r = k[ TG][ ROH ] (5) Alkohol yang digunakan sangat berlebih sehingga konsentrasi dari alkohol selama reaksi dapat dianggap tetap. Pada kondisi ini perubahan jumlah alkohol pada reaksi tidak akan mempengaruhi laju reaksi (Cang,1994). Maka Persamaan (5) dapat ditulis: d[ TG] r = = k[ TG] (6) dt Persamaan (6) merupakan persamaan kinetika orde satu. Persamaan ini diintegralkan dengan limit antara t = 0 sampai t = t dan konsentrasi dari [TG] 0 pada saat t = 0 dan [TG] pada waktu tertentu. Sehingga persamaan di atas menjadi: [ TG ] 0 ln = kt [ TG] Persamaan (7) dapat digunakan untuk mencari konstanta laju reaksi (k). Harus diingat bahwa konsentrasi awal [TG] 0 nilainya konstan. Dari Gambar 4 di bawah ini juga dapat dilihat bahwa suhu berpengaruh pada besarnya k. Kenaikan dari nilai k terlihat pada suhu 55-70 o C. Asumsi digunakannya orde satu terbukti dapat digunakan karena dari plot antara Ln [TG] versus waktu berupa garis lurus. (7) KR2-4

Gambar 4. Pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi dengan konsentrasi trigliserida [TG] adalah jumlah mol TG sisa Nilai k yang telah diperoleh dapat digunakan untuk menghitung besarnya energi aktivasi, yaitu dengan persamaan Arhenius: k E a / RT = Ae (8) KR2-5

Persamaan (8) dapat dirubah bentuknya menjadi: Ea 1 ln k = + ln A (9) R T Maka plot antara ln k dan 1/T diberikan pada Gambar 5. di bawah ini. Gambar 5. Penentuan energi aktivasi. Dari gambar diatas maka didapat energi aktivasi sebesar 6,195x10 3 J/mol. 4. Kesimpulan Hasil reaksi terbesar didapatkan pada kondisi suhu reaksi 70 o C; 12,53 %, Besarnya kandungan FFA dan kandungan air dalam CPO sangat berpengaruh besar pada laju reaksi dan pada konsentrasi akhir metil ester. Adanya air di dalam metil ester akan membuat konsentrasi turun pada saat awal-awal reaksi yang semestinya laju reaksinya cepat, akibat terjadinya reaksi hidrolisis ester yang membentuk asam lemaknya kembali. Kenaikan suhu berpengaruh terhadap kenaikan konstanta laju reaksi. Konstanta laju reaksi untuk suhu 55-70 o C adalah 0,0002785-0,000304/menit. Energi aktivasi yang diperoleh adalah 6,195x10 3 J/mol. Daftar Pustaka 1. Aprianto, Galih, (2003), Pemanfaatan PalmOil Methyl Ester Sebagai Bahan Aditif Anti Aus pada Pelumas Sintesis PAO (Poly α - Olefin), Universitas Indonesia. 2. Cang, Raymond, (1994), Chemistry,Fifth Edition, McGraw-Hill Inc. 3. D., Darnoko, dan Munir Cheryan, (2000), Kinetics of Palm Oil Transesterification in a Batch Reactor, University of Illinois, Department of Food Science and Human Nutrition. 4. Diasakou, M., dan A. Louloudi, (1998), Kinetics of the non Catalytic Transesterification of Soybean Oil, ELSEVIER. 5. Ksdiana, D., dan S. Saka, (2000), Kinetics of Transesterification in Rapeseed Oil to Biodiesel Fuels as Treated in Supercritical Methanol, ELSEVIER. 6. Ma, Fangrui dan Milford A. Hanna, (1999), Biodiesel Production : A review, ELSEVIER. 7. Sidjabat, Oberlin dan Yunus Rahmat, (1995) Studi Proses Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit Menjadi Bahan Bakar Motor Setara Solar, Proceedings Diskusi Ilmiah VIII PPPTMGB Lemigas. 8. Srivastava, Anjana dan Prasad Ram, (1999), Triglycerides Based Diesel Fuels, PERGAMON. KR2-6