PENDAHULUAN. tumbuhan (tingkat pertamhahan) dan pengembangan sel-s31 C

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. dan ekonomis. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktif dari hormon tiroksin memegang peranan penting dalam fungsi fisiologis

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2011), dalam survey yang

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahuwata ala berfirman dalam Al-Qur an. ayat 21 yang menjelaskan tentang penciptaan berbagai jenis hewan

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

perbedaan varitas, kesuburan tanah, umur panen (daun muda akan mengandung protein yang lebih tinggi daripada daun tua), iklim serta komposisi campuran

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

Transkripsi:

PENDAHULUAN Protein merupakan suatu zat gizi vang kehadirannya di dalam tumh mutlak diperlukan sebagai protein fungsio- nal maupun sebagai pembangun struktur (pertumbuhan), ter- utama pada anak usia di bawah lima tahun yang mana per- % 4 tumbuhan (tingkat pertamhahan) dan pengembangan sel-s31 otaknya sangat tinggi. C * Dalam ha1 ini protein hewani le- bih diutamakan oleh karena ia mengandung asam-asam amino yang lebih mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan manusia, serta daya cernanya lebih baik sehingga lebih efisien pemanfaatannya. Denqan meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan majunya bidang pendidikan serta pendapatan penduduk yang membaik, menyebabkan makin sadarnya masyarakat akan man- faat protein hewani, sehingga permintaan akan protein he- wani semakin meningkat. Usaha pemenuhan kebutuhan pro- tein hewani untuk menyejahterakan rakyat dan mencerdaskan bangsa seperti yang dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara akan dapat dicapai melalui peningkatan produksi daging, telur, susu dan ikan. Kebutuhan dasar protein penauduk Indonesia diperkira- kan rata-rata 55 g per kapita per hari. Dari jumlah ter- sehut 15 g asal protein hewani, yaitu 10 g asal ikan dan 5 g asal ternak (Anonim, 1982). Hal ini mempunyai arti bahwa setiap penduduk rata-rata per tahun minimum harus mengkonsumsi protein asal ternak yang terdiri dari 6.5 kg daging, 14.2 kg telur, 3 kg susu, dan 2.5 kg ikan (Anonim,

19d2). Kenyataan sampai tahun 1980 menunjukkan bahwa pen- duduk Indonesia per orang per tahun baru mengkonsumsi 3.44. kg daging, 0.96 kg telur dan 4.5 kg susu (Soehadji, 1981). Disini terlihat bahwa kebutuhan akan daging masih belum mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein hewani hng '* semakin meningkat tersebu t, pemerintah mengambil keu jak; sanaan penyediaan protein asal ternak melalui peningkatan 2 populasi ternak dalam REPELITA IV rata-rata 3.2 % per ta- hun (Anonim, 1980). Dalam ha1 ini mengembangkan usahausaha di bidang peternakan, baik peternakan kanersial maupun peternakan tradisional. Dari berbagai usaha peternakan, ternak kambing mempunyai potensi yang baik untuk ditingkatkan di pedesaan. Pemeliharaannya relatif mudah dan tidak hegitu memeraukan pakan yang bernilai gizi tinggi. Pada umumnya kambihg da- pat memanfaatkan bahan makanan berkualitas rendah (Haryanto, dkk., 1982). Hal yang demikian sangat menguntunqkan petani peternak dalam pemeliharaannya. Pakan utamanya terdiri dari rumput-rumputan dan berbagai jenis daun-daunan (hijauan). Tanman ubi kavu yang cukup bergizi dan amat poten- sial di Indonesia merupakan salah satu jenis tanaman yang disukai oleh ternak kambing, tetapi juga dapat membahaya- kan kambing itu sendiri, oleh karena tanaman ini mengandung senyawa racun sianida. Hal ini merupakan faktor pembatas dalam penggunaannya secara lebih luas.

3 Keracunan ternak oleh sianida asal ubi kayu sering 1 terjadi di lapangan (Azhari, 1985). Demikian juga ke- racunan sianida pada ternak akibat mengkonsumsi tanaman sorgum (yang banyak mengandung sianida) telah dilaporkan (Bahri, dkk., 1985). Walaupun daun ubi kayu dapat menimbulkan keracuna*.* pada ternak, tetapi menurut pengamatan di lapangan ($amaih, 1C 2 1984) ada kecenderungan bahwa ternak yang biasa memakan daun ubi kayu lebih tahan terhadap racun sianida yang ter- dapat pada tanaman tersebut. Keadaan ini didukung oleh de Bruin (19761, Allison, dkk. (19771, dan Hooper (1985) yang mengemukakan bahwa peningkatan metabolisne terhadap senyawa beracun dapat terjadi dengan adanya rangsangan. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa daya tahan kambing terhadap sia- nida dapat dirangsanq secara lambat laun (bertahap) dengan pemberian daun ubi kayu atau sianida. Selain itu adanya kemampuan dar i cairan rumen ternak dalm mendetoksif ikasi senyawa beracun seperti nitrat (Allison, dkk., 1977) dan mikotoksin (Karl-Heinz Kiessling, 1984), maka diduga pro- ses yang sama juga dapat terjadi terhadap senyawa sianida. Keadaan ini perlu dipelajari dalam usaha menghindari terjadinya keracunan sianida asal ubi kayu yang diberikan. Di samping sianida berefek langsung sebagai racun terhadap tubuh ternak. sianida dalam proses detoksifikasinya akan banyak pula menghasilkan tiosianat. Tiosianat yang * Komunikasi pribadi

4 diketahui bersif at goitrogenik (Wollman, 1962; Scranton, dkk., 1969) diduga dapat menyganygu funysi kelenjar tiroid kambiny pada keadaan kronik. Dalam ha1 ini uptake yodium oleh kelenjar tiroid akan dihamhat, sehingya fungsi kelen- jar tiroid sebagai penyhasil honnon tiroksin dan triiodo- tironin dapat dihambat. Bila ha1 ini berlangsung ten& menerus (kronik), maka bentuk dan funysi kelenjar tifoid r dapat terganggu. Sebegitu jauh para peneliti belum banyak menpelajari efek goitrogenik dari daun ubi kayu yang diberikan secara kronik pada ternak, terutama pada ternak kambiny (Devendra, 1977). Sedanykan efek goitrogenik ini penting untuk diungkapkan sehab dapat menurunkan metabolime mum dan berakibat menghambat pertumbuhan dan produktivitas ternak. Dari uraian yang telah dikenukakan tersebut maks hi- pokesis yany diuji pada penelitian ini adalah (1) pembe- rian daun ubi kayu atau sianida kepada kambing dalam janyka waktu tertentu akan meningkatkan keaampuan kambing dalam mendetoksif ikasi sianida menjadi tiosianat, (2 ) cairan ru- men kambiny dan fraksinya dapat mendetoksifikasi sianida menjadi tiosianat dan senyawa sulfur ikut berperan dalam proses tersebut, (3) pemberian daun ubi kayu atau sianida selama 16 minygu akan mempengaruhi kelenjar tiroid serta organ hati dan ginjal kambing. Dalam hubungan ini penelitian yang dilakukan bertuju- an untuk: (1) mensetahui adanya peninykatan kemampuan kam- bing mendetoksif ikasi sianida menjadi tiosianat akibat pem- berian sianida atau daun ubi kayu terus-menerus dalam jangka

5 waktu tertentu, (2) mempelajari detoksif ikasi sianida dalam cairan rumen kambing Ban fraksinya, serta mempelajari peranan sulfur dalam meningkatkan pembentukan tiosianat dari sianida, (3) mempelajari morf ologi dan funqsi kelenjar tiroid, serta organ hati dan ginjal kambing terhadap efek pemberian sianida atau daun ubi kayu kronik..$ 4 i 1C