HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

Faktor-faktor kejadian malaria

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

PERILAKU MASYARAKAT DAN KEJADIAN MALARIA DI DESA PULAU LEGUNDI KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PESAWARAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

Yurike Gitanurani¹, Dina Dwi Nuryani² Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

HUBUNGAN UPAYA MASYARAKAT MENGHINDARI KETERPAPARAN NYAMUK DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIJALI KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 5, Nomor 2, April 2017 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO KONDISI HUNIAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Relation of a Factor of Work and Environments with the Incidence of Malaria in Sub- District Jaro Tabalong Regency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Spatial Distribution of Genesis Malaria in Puskesmas Bontobahari Sub-District Bontobahari of Bulukumba District

ARTIKEL HUBUNGAN KEBERADAAN TERNAK DAN LOKASI PEMELIHARAAN TERNAK TERHADAP KASUS MALARIA DI PROVINSI NTT

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN CARA PENCEGAHAN MALARIA DI DESA JIKO UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN TORAJA UTARA THE RISKING FACTORS OF MALARIA INCIDENCE IN NORTH TORAJA REGENCY

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA (Studi Kasus di Puskesmas Cluwak dan Puskesmas Dukuhseti) TESIS

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU Evangelin F. Bagaray*, Jootje M. L. Umboh*, Paul A. T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi perhatian global. Prevalensi malaria di Indonesia tahun 2013 adalah 6,0%. Di Indonesia terdapat 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria diatas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan, kebiasaan menggunakan kelambu pada saat malam hari, aktifitas keluar rumah pada malam hari, penggunaan baju lengan panjang/celana panjang saat keluar malam hari, keberadaan kandang ternak, konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria. Rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol, lokasi penelitian di Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara, Populasi yaitu seluruh penduduk berusia >15 tahun yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Wakol yang pernah datang berkunjung ke puskesmas. Kasus merupakan pasien positif malaria 38 orang dan kontrol adalah orang yang tidak menderita malaria 38 orang. Penentuan sampel dengan teknik total sampling. Instrumen yaitu kuesioner, analisis bivariat menggunakan chi square. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan kejadian malaria (p=0,037, OR=3,111). Terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria (p=0,005, OR=3,850). Terdapat hubungan antara aktifitas keluar malam hari dengan kejadian malaria (p=0,011, OR=3,375). Terdapat hubungan antara penggunaan baju lengan panjang/celana panjang dengan kejadian malaria (p=0,004, OR=4,167). Terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria (p=0,021, OR=2,979). Terdapat hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria (p=0,020, OR=3,032). Kata kunci: faktor risiko malaria, malaria. ABSTRACT Malaria is a public health problem that is becoming a global concern. The prevalence of malaria in Indonesia in 2013 was 6.0%. In Indonesia there are 15 provinces have malaria prevalence above the national average, mostly in eastern Indonesia. This study aims to analyze the relationship between knowledge, habit of using mosquito nets at night, the activity out of the house at night, use long sleeves / pants while out at night, the presence of cattle sheds, home wall construction with malaria incidence. Observational analytic study design with case control approach in Kei Besar sub-district of Southeast Maluku regency, the population was entire people aged > 15 years who lived in the working area of Wakol health centers who had visit the clinic. Positive malaria cases were 38 patients and controls were 38 people who did not suffer from malaria. The samples with total sampling technique. The instrument was a questionnaire, bivariate analysis using chi square. There was a relationship between knowledge about malaria with malaria incidence (p=0,037, OR=3,111). There was a relationship between the use of bed nets to malaria incidence (p=0,005, OR=3,850). There was a relationship between the activity of the evening out with the incidence of malaria (p=0,011, OR=3,375). There was a relationship between the use of long sleeves / pants with malaria incidence (p=0,004, OR=4,167). There was a relationship between the presence of cattle sheds with malaria incidence (p=0,021, OR=2,979). There was a relationship between the construction of the walls of the house with malaria incidence (p=0,020, OR=3,032). Keywords: risk factors for malaria, malaria. 1

Pendahuluan Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi perhatian global. Salah satu target pencapaian dari delapan target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) di tahun 2015 adalah memberantas HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya. Target penurunan beban kasus malaria mencapai 75% di tahun 2015 menurut The World Health Assembly (WHO, 2014). Beberapa faktor determinan penyakit malaria adalah host (pejamu) yaitu manusia sebagai host intermediate dan nyamuk Anopheles sebagai host definitive, agent (plasmodium) dan lingkungan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Faktor host, agent dan environment memiliki peran yang besar terhadap tingkat kepadatan nyamuk yang berpengaruh pada kejadian malaria yang terjadi (Depkes, 1999). Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian penyakit malaria masih sekitar 627.000 pada tahun 2012, sebagian besar adalah anak di bawah usia lima tahun di Afrika. Menurut data terbaru angka kejadian malaria menurun 25% di seluruh dunia, dan sebesar 31% di wilayah Afrika. Terjadi penurunan angka kematian akibat malaria yaitu sekitar 42% secara global dan sekitar 49% terjadi di wilayah Afrika. Penurunan angka kematian malaria mulai melambat pada periode tahun 2011 dan 2012 diakibatkan karena keterlambatan pengiriman bednets (kelambu) dan residual spraying ke daerah endemik (WHO, 2013). Kasus malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia (Kemenkes RI, 2011a). Hal ini dapat dilihat dari data Riskesdas tahun 2013 tentang data penyakit malaria di Indonesia. Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9% menurun dibanding tahun 2007 (2,9%) sedangkan prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0%. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi penyakit malaria tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria diatas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur (Kemenkes RI, 2013b). Angka kejadian malaria pada tahun 2012 di provinsi Maluku adalah sebanyak 1.585 kasus malaria dengan kategori pasien rawat inap dan termasuk dalam 3 golongan penyakit dengan angka kejadian penyakit terbanyak dan malaria menempati urutan ketiga setelah kasus ISPA dan Diare. Untuk kategori rawat jalan penyakit malaria menempati urutan ke empat dengan jumlah kasus sebanyak 1.415 kasus malaria. Provinsi Maluku merupakan daerah endemis malaria, 2

berdasarkan laporan dari bagian Program Malaria Bidang P2B Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tahun 2012 jumlah Angka Kesakitan Annual Paracite Incidence (API) tahun 2008 sebesar 12,3/1000 penduduk, tahun 2009 sebesar 7,0/1000 penduduk, tahun 2010 sebesar 10,4/1000 penduduk, pada tahun 2011 sebesar 9,2/1.000 penduduk, dan pada tahun 2012 sebesar 11,1/1000 penduduk. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kasus malaria di Provinsi Maluku mengalami peningkatan. Berdasarkan peta endemisitas malaria (API) per Kabupaten/Kota tahun 2012 terdapat beberapa kabupaten/kota yang masih tergolong daerah hiperendemi malaria. Salah satunya Kabupaten Maluku Tenggara yaitu di kecamatan Kei Besar dengan jumlah wilayah kerja puskesmas yaitu 4 puskesmas dengan kategori API > 10 0 / 00. Jumlah kasus malaria pada tahun 2012 di Kecamatan Kei Besar sebanyak 181 kasus dan mengalami peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 yaitu sebanyak 192 kasus. Selama tahun 2012 dan 2013 wilayah kerja Puskesmas Wakol merupakan wilayah kerja puskesmas dengan angka kejadian malaria tertinggi yaitu sebanyak 85 kasus pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 101 kasus pada tahun 2013. Metode Penelitian Rancangan penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan pendekatan case control. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja puskesmas Wakol Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah yang berusia 15 tahun yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wakol Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling atau total populasi dengan perbandingan kelompok kasus dan kelompok control 1:1. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 76 terdiri dari kelompok kasus 38 orang dan kelompok kontrol 38 orang. Dalam penelitian ini dilakukan matching variable ras dan umur. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Metode pengambilan data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang malaria, penggunaan kelambu, aktifitas keluar rumah malam hari, penggunaan baju lengan panjang/celana panjang, keberadaan kandang ternak, konstruksi dinding rumah terhadap kejadian malaria dengan uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan karakterisitik jenis kelamin responden yang paling banyak adalah 3

perempuan (56,6%) dan laki-laki (43,4%). Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan terakhir paling banyak pendidikan terakhir SMP (38,2%) dan yang paling sedikit Perguruan Tinggi (1,3%). Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, paling banyak adalah petani (73,7%) dan yang paling sedikit adalah wiraswasta (1,3%) dan guru (1,3%). Berdasarkan karakteristik desa tempat tinggal, paling banyak adalah desa Ngat (32,9%) dan paling sedikit pada desa Ngurdu (1,3%). Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan tentang malaria, penggunaan kelambu, aktifitas keluar rumah malam hari, penggunaan baju lengan panjang/celana panjang, keberadaan kandang ternak, konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria Faktor Risiko Pengetahuan Tentang Malaria Kejadian Malaria Total Kasus Kontrol n % n % n % Kurang Baik 32 42,1 24 31,6 56 73,3 Baik 6 7,9 14 18,4 20 26,3 Penggunaan Kelambu Tidak Sering 22 28,9 10 13,2 32 42,1 Sering 16 21,1 28 36,8 44 57,9 Aktifitas Keluar Rumah Malam Hari Sering 27 35,5 16 21,1 43 56,5 Tidak Sering 11 14,5 22 28,9 33 43,4 Penggunaan Baju Lengan Panjang/Celana Panjang Tidak Sering 30 39,5 18 23,7 48 63,2 Sering 8 10,5 20 26,3 28 36,8 Keberadaan Kandang Ternak Ada 22 28,9 12 15,8 34 44,7 Tidak Ada 16 21,1 26 34,2 42 55,3 Konstruksi Dinding Rumah Tidak Rapat 21 27,6 11 14,5 32 42,1 Rapat 17 22,4 27 35,5 44 57,9 p OR CI (95%) 0,037 3,111 0,005 3,850 0,011 3,375 0,004 4,167 0,021 2,979 0,020 3,032 1,043-9,281 1,463-10,131 1,303-8,744 1,522-11,404 1,164-7,622 1,174-7,831 Tabel 1 menunjukan bahwa berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,037 dan OR=3,111, CI 95% (1,043-9,281) yang artinya orang dengan pengetahuan yang kurang baik lebih beresiko 3,111 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan orang yang punya pengetahuan yang baik tentang malaria. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurlette dkk (2012) di puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota 4

Ambon yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria dengan kejadian malaria (p=0,001). Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Hidayat (2010) di Kecamatan Nongsa dan Galang Kota Batam Kepulauan Riau yang menyatakan bahwa pengetahuan responden tentang malaria, pencegahan dan pengobatan tidak memiliki hubungan dengan kejadian malaria (p=0,936). antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,005 dan OR=3,850, CI 95% (1,463-10,131) yang artinya orang yang tidak sering menggunakan kelambu mempunyai risiko 3,850 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang sering menggunakan kelambu pada waktu tidur malam hari. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Widyasari dkk (2014) di wilayah Puskesmas Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba yang menyatakan tidak ada hubungan antara penggunaan kelambu dengan keberadaan kasus malaria (p=0,605). antara kebiasaan beraktifitas keluar rumah malam hari dengan kejadian malaria, dengan nilai p= 0,011 dan OR= 3,375, CI 95% (1,303-8,744) yang artinya orang yang sering beraktifitas keluar rumah malam hari mempunyai risiko 3,375 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang tidak sering beraktifitas keluar rumah malam hari. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hidayat (2010) yang menyatakan aktifitas keluar rumah malam hari pukul 18.00-06.00 mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian malaria (p=0,019) dimana orang-orang yang beraktifitas di luar rumah pada waktu malam hari memiliki resiko tertular malaria sebesar 1,6 kali dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beraktifitas di luar rumah pada waktu malam hari. antara penggunaan baju lengan panjang/celana panjang dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,004 dan OR= 4,167, CI 95% (1,522-11,404) yang artinya orang yang tidak sering menggunakan baju lengan panjang/celana panjang lebih beresiko 4,167 kali terkena malaria dibandingkan dengan orang yang sering menggunakan baju lengan panjang/celana panjang pada saat malam hari. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hidayat (2010) di wilayah Kecamatan Nongsa dan Galang Kota Batam Kepulauan Riau yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara cara berpakaian seseorang dengan menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang pada saat keluar rumah malam hari dengan kejadian malaria (p= 0,001 dan OR 1,926). 5

antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,021 dan OR 2,979 (CI: 1,164-7,622) yang artinya responden yang memiliki kandang ternak disekitar rumahnya memiliki risiko 2,979 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan responden yang tidak terdapat kandang ternak disekitar rumahnya. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ristadeli dkk (2013) di wilayah Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Kalimantan Barat yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria (p=0,001) dimana responden yang memiliki ternak disekitar halaman/rumah memiliki resiko 4 kali lebih besar menderita malaria dibandingkan dengan responden yang tidak ditemukan adanya kandang ternak disekitar rumah. antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,020 dan OR= 3,032 (CI: 1,174-7,831) yang artinya responden yang tinggal dirumah dengan konstruksi dinding yang tidak tertutup rapat memiliki resiko 3,032 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan responden yang tinggal dirumah dengan konstruksi dinding yang tertutup rapat. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurlette dkk (2012) di wilayah puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria (p= 0,000). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang malaria dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara aktifitas keluar rumah malam hari dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara penggunaan baju lengan panjang/celana panjang dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria pada masyarakat di Kecamatan Kei Besar. 6

Daftar Pustaka Depkes, 1999. Modul Epidemiologi Malaria. Ditjen P2M & PL, Depkes RI, Jakarta. Hidayat A, 2010. Hubungan Aktifitas Keluar Rumah Pada Malam Hari Dan Penggunaan Kelambu Dengan Kejadian Malaria Di Kecamatan Nongsa Dan Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009. Tesis (S2). Jakarta: Universitas Indonesia. Kemenkes RI, 2011a. Pedoman Penggunaan Kelambu Berinsektisida Menuju Eliminasi Malaria. Kemenkes RI. Kemenkes RI, 2013b. Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan RI. Nurlette FF, Hasanuddin I, Ruslan, 2012. Hubungan Perilaku Masyarakat Dan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2012. Bagian Kesehatan lingkungan FKM Unhas Makassar, (Online), (http://repository.unhas.ac.id) diakses pada 28 Mei 2014. Ristadeli T, Suhartono, Suwondo A, 2013. Beberapa Faktor Resiko Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Kecaatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, (Online), Vol. 12, No. 1, (http://ejournal.undip.ac.id) diakses pada 28 Mei 2014. Widyasari WR, Ishak H, Birawida AB, 2014. Hubungan Upaya Pencegahan Gigitan Nyamuk Dengan Keberadaan Kasus Malaria Di Puskesmas Bontobahari. Balai Besar K3 Makassar/Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas, (Online), (http://repository.unhas.ac.id) diakses pada 28 Mei 2014. World Health Organization, 2013. World Malaria Report 2013. (Online), (http://apps.who.int) diakses pada 18 April 2014. World Health Organization, 2014. Millennium Development Goals 6: Combat HIV/AIDS, Malaria And Other Diseases, (Online). (http://www.who.int) diakses pada 20 April 2014. 7