Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN WURYANTORO KABUPATEN WONOGIRI

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Ternak Sapi Kuamang Abadi Kabupaten Bungo.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TINANGKUNG UTARA KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

BEEF CATTLE FARMING ANALYSIS IN PANCONG JAYA FARMER GROUP, WARU TIMUR VILLAGE WARU SUBDISTRICT PAMEKASAN REGENCY

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Boyolali

Moch. Sugiarto dan Syarifudin Nur 1. Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOC PEDAGING PADA PT X UNIT BALI. Abstrak

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

3. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

IV. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

III. METODE PENELITIAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sumber :

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

III. METODOLOGI KAJIAN

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

e-j. Agrotekbis 1 (2) : , Juni 2013 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER PETERNAKAN SAPI PERAH YANG IDEAL DI KECAMATAN SUMBERBARU KABUPATEN JEMBER TAHUN Fivien Muslihatinningsih

Economics Development Analysis Journal

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SPARE PARTS PT. UT CABANG PADANG

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

BAB III METODE PENELITIAN


Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN KUANTAN TENGAH UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI VCO DI KABUPATEN KULON PROGO (VCO AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY IN KULON PROGO REGENCY)

BAB I PENDAHULUAN. hanya buah masih diberi nama. Indonesia memiliki panjang garis pantai

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

CUPLIKAN BLUE PRINT PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI 2014 KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012:24-32 ISSN 2301-9921 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo K. I. Adinata, A. I. Sari dan E. T. Rahayu Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan, Surakarta 57126 E-mail: sariayu_uns@yahoo.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang dapat memengaruhi pengembangan ternak sapi potong dan mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan ternak sapi potong. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei Juni 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari instansi yang terkait, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian Kecamatan Mojolaban. Pengambilan sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling sebanyak 50 peternak. Analisis data menggunakan analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, dan analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong yaitu mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju, pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan, memperkuat kelembagaan peternak. Kata kunci: sapi potong, strategi pengembangan, Analisis SWOT Development Strategy Of Beef Cattle Business At Mojolaban Subdistrict Of Sukoharjo Regency ABSTRACT The purposes of the research are to find out the strategic factors that influencing the beef cattle development and to find out the alternative strategy that can be implemented in developing the beef cattle. The research was done on Mei-June 2012, at Mojolaban Subdistrict of Sukoharjo Regency. The research method used in the research is survey method to collect the primary data from respondent and the secondary data from the instance included, those are Statistic Bureau Centre of Sukoharjo Regency, Agriculture Department, Agriculture Sub Department at Mojolaban Subdistrict. The research sample was taken using purposive sampling about 50 breeders. The data analysis was using internal environment analysis, external environment analysis, and SWOT analysis. The analysis result indicates that the prominent alternative strategy can be applied in developing beef cattle business as follows: Optimalizing and developing the internal ability of breeders resources and utilizing the available nature resources to increase the beef cattle business scale progessively, the recognition about livestock feed processing use compost heap and the superior cattle seed appropriately with the local condition, taking a cooperation business partnership with the goverment and the third partnerships in utilizing rural communities interaction relatively and mutual cooperatively, strenghtening the breeder organization. Key words: beef cattle, development Strategy, SWOT Analysis 24

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar di sektor pertanian. Sektor pertanian menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat terutama di pedesaan. Menyempitnya lahan pertanian yang ada mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan dengan kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan tersebut adalah usaha pembibitan dan penggemukan sapi (Arbi, 2009). Salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan adalah peternakan sapi potong yang merupakan bagian dari sub sektor peternakan. Menurut Priyanto (2011), kebutuhan akan daging sapi di Indonesia menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, demikian pula importasi terus bertambah dengan laju yang semakin tinggi, baik impor daging maupun impor sapi bakalan. Kondisi yang demikian menuntut para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk segera menerapkan suatu strategi pengembangan peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor, dan secara bertahap serta berkelanjutan mampu berswasembada dalam menyediakan kebutuhan daging sapi secara nasional. Kecamatan Mojolaban merupakan salah satu sentra pengembangan usaha budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan populasi sapi potong di Kecamatan Mojolaban dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan, pada tahun 2006 populasi sapi potong sebesar 2.115 ekor, kemudian pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 3.230 ekor sehingga rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 11% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, 2010). Usaha sapi potong di Kecamatan Mojolaban masih didominasi oleh sistem pemeliharaan induk-anak (pembibitan) sebagai penyedia bakalan (cow calf operation). Program CCO (cow calf operation) merupakan usaha untuk menghasilkan pedet atau sapi bakalan, 99% dilakukan oleh peternakan rakyat yang berskala kecil dan umumnya belum menerapkan sistem usaha yang intensif (Dikman et al., 2010). Manajemen pemeliharaan dan penyediaan pakan yang seadanya serta waktu budidaya yang relatif lama, menyebabkan usaha ini ditinjau secara ekonomi kurang menguntungkan dibandingkan dengan usaha penggemukan sapi potong, oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengulas dan merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha sapi potong yang cocok untuk diterapkan di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, yang diharapkan dapat berimplikasi pada peningkatan produktivitas sapi potong dan kesejahteraan peternak. METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei 2012 Juni 2012 di lima desa di Kecamatan Mojolaban yaitu: Desa Plumbon, Desa Bekonang, Desa Demakan, Desa Joho, dan Desa Palur, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut memiliki populasi peternak sapi potong yang rendah (37, 38 peternak), sedang (72 peternak), dan tinggi (161, 164 peternak). Penelitian dilaksanakan dengan metode survei, observasi, dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terhadap 50 responden peternak sapi potong yang dipilih secara purposive sampling (sengaja), yaitu peternak yang mengusahakan pembibitan sapi potong. Data primer meliputi: karakteristik peternak, kondisi keuangan, manajemen reproduksi, pemeliharaan, perkandangan, kesehatan ternak, faktor internal dan eksternal budidaya ternak sapi potong. Data sekunder yang berkaitan dengan rencana strategis pembangunan sektor pertanian dan kebijakan pengembangan ternak sapi potong, diperoleh melalui instansi yang terkait dengan bidang peternakan, yaitu Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong... (Adinata et al.) 25

Tabel 1. Matrik SWOT Peluang-O Daftar Peluang Ancaman-T Daftar Ancaman Sumber: David, 2004. Kekuatan-S Daftar Kekuatan Strategi SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Gunakan Kekuatan untuk menghindari ancaman Kelemahan-W Daftar Kelemahan Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian Kecamatan Mojolaban, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, dan Kecamatan Mojolaban. Analisis Data Data primer dan data sekunder terkumpul yang bersifat kualitatif dipaparkan secara deskriptif. Data selanjutnya diuji dengan menggunakan matrik SWOT. Matrik SWOT adalah metode yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik SWOT ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki (Rangkuti, 2006). Matrik SWOT menurut David (2004), merupakan perangkat pencocokan penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strenght-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Opportunities), Strategi ST (Strenght-Threats), dan Strategi WT (Weakness-Threats). Tujuan dari setiap perangkat kecocokan adalah menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Wilayah Kecamatan Mojolaban mempunyai ketinggian 104 meter diatas permukaan air laut, yang mempunyai topografi datar sampai berombak. Curah hujan mencapai 188 mm/th dengan suhu rata-rata 30 o C. Luas wilayah Kecamatan Mojolaban adalah 3.554 hektar. Kecamatan Mojolaban terdiri atas lima belas desa yaitu Desa Tegalmade, Wirun, Laban, Bekonang, Palur, Joho, Plumbon, Triyagan, Gadingan, Sapen, Demakan, Kragilan, Klumprit, Cangkol, dan Dukuh. Potensi sumber daya alam yang ada meliputi luas kawasan sekitar 3.554 hektar yang terbagi dari lahan persawahan, tegal, dan pekarangan yang digunakan sebagai pemukiman penduduk. Selain sebagai pemukiman, tanah pekarangan juga digunakan masyarakat sekitar sebagai penunjang sektor perekonomian termasuk didalamnya sektor pertanian dan peternakan. Karakteristik Responden Peternak Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, pola usaha budidaya ternak sapi potong yang dikembangkan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Mojolaban, yaitu usaha ternak dengan sistem pembibitan dimana hasil utamanya adalah pedet atau sapi bakalan. Karakteristik peternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil survei, menunjukkan bahwa mayoritas responden peternak sapi potong 26 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

Tabel 2. Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%) Umur (tahun) 30-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun >71 tahun Pendidikan Formal Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Pokok Petani Buruh Tani Wiraswasta Swasta Buruh Lainnya Pengalaman Beternak <5 tahun 5-15 tahun >15 tahun Sumber: Analisis data primer, terolah 2012. 7 10 19 11 3 15 19 6 8 2 10 14 9 5 3 9 13 14 23 14 20 38 22 6 30 38 12 16 4 20 28 18 10 6 18 26 28 46 berada pada kisaran umur yang produktif, yaitu 51-60 tahun atau 38% dari persentase total sampel responden. Umur produktif berkisar antara umur 15 sampai 64 tahun, sedangkan umur dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun termasuk dalam umur non produktif (Tarmidi, 1992). Pada umur produktif tenaga yang digunakan masih prima sehingga mampu mengembangkan usahanya dan ada kemungkinan menambah pengetahuan serta metode budidaya di bidang usaha ternak sapi potong. Mayoritas responden peternak berpendidikan SD dan tidak sekolah, yaitu 68%. Peternak yang berpendidikan rendah biasanya lebih sulit menerima inovasi teknologi baru yang berkaitan dengan usaha ternak, dan cenderung menekuni apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyangnya secara turun temurun (Wirdahayati, 2010). Pekerjaan pokok responden peternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban, adalah 48% bekerja sebagai petani dan buruh tani dan sisanya bekerja di berbagai bidang. Menurut pernyataan Soeharsono et al. (2010), hal ini merupakan gambaran umum penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan, dimana sebagian besar mengandalkan mata pencaharian mereka pada bidang pertanian dan didukung oleh sub sektor peternakan. Pengalaman peternak dalam melaksanakan usaha budidaya ternak sapi potong adalah rata-rata sekitar 12 tahun. Soeharsono et al. (2010) mengemukakan bahwa semakin lama pengalaman peternak membudidayakan ternak sapi potong, memungkinkan mereka untuk lebih banyak belajar dari pengalaman, sehingga dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha ternak sapi potong menuju perubahan baik secara individu maupun kelompok. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong... (Adinata et al.) 27

Tabel 3. Identifikasi Analisis Internal dan Eksternal Faktor Internal Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) SDM Pengalaman beternak cukup Pendidikan peternak baik masih rendah Ketersediaan akan tenaga Mengusahakan ternak kerja sapi sebagai usaha Interaksi antar masyarakat sambilan yang lebih bersifat kekeluargaan Operasi/Produksi Lahan sebagai basis penyedia pakan masih tersedia Telah meluasnya penggunaan ternak sapi silangan sebagai indukan Pemasaran Kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong Akses transportasi dan sarana infrastruktur yang mendukung Kondisi keuangan Adanya pinjaman kredit lunak dari lembaga perbankan Kepemilikan ternak sapi potong yang masih rendah Adanya produk substitusi dan fluktuasi harga sapi Peran blantik yang dominan dalam penentuan harga Keterbatasan akan modal usaha ternak Manajemen Ketersediaan limbah Belum adanya pertanian yang melimpah pemanfaatan limbah pertanian secara optimal. Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) Ekonomi Kemudahan dalam Harga pakan konsentrat memperoleh pakan konsentrat yang fluktuatif Sosial dan budaya Kenaikan permintaan akan daging sapi potong Adanya alih fungsi lahan pertanian Masih lemahnya kelembagaan petani ternak Pemerintahan Kebijakan pemerintah dalam membatasi impor daging sapi potong Adanya program swasembada daging sapi tahun 2014 Teknologi Telah meluasnya teknologi IB di masyarakat Sumber: Analisis data primer, terolah 2012. Belum adanya usaha kemitraan dengan pihak ketiga Pola pemeliharaan yang masih tradisional Analisis Faktor Internal dan Eksternal Mengacu kepada analisis faktor internal dan eksternal pada usaha ternak sapi potong, maka dapat dilakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dengan dua puluh enam faktor yang berpengaruh dan homogen di Kecamatan Mojolaban. Hasil identifikasi tertera pada Tabel 3. Dari identifikasi analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal 28 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

Tabel 4. Matrik SWOT Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Strategi SO 1. Mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju. 2. Bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mengefektifkan jaringan pemasaran guna memanfaatkan peluang permintaan pasar yang relatif belum terpenuhi 3. Memanfaatkan secara optimal pakan limbah pertanian yang jumlahnya melimpah Strategi ST 1. Mengembangkan keterampilan sumber daya manusia dan meningkatkan pola efisiensi agar dapat menguasai dan meningkatkan produktivitas di bidang usaha ternak 2. Menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sumber: Analisis data primer, terolah 2012. Strategi WO 1. Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak 2. Pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat 3. Optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dan meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai harga jual dan informasi pasar Strategi WT 1. Memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat 2. Mempermudah proses penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Kredit Usaha Pembibitan Sapi) 3. Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui VBC (Village Breeding Centre) tersebut, diperoleh beberapa kriteria antara lain: Strenght (Kekuatan): (1) pengalaman beternak cukup baik, (2) ketersediaan akan tenaga kerja, (3) interaksi antar masyarakat yang lebih bersifat kekeluargaan, (4) lahan sebagai basis penyedia pakan masih tersedia, (5) telah meluasnya penggunaan ternak sapi silangan sebagai indukan, (6) kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong, (7) akses transportasi dan sarana infrastruktur yang mendukung, (8) adanya pinjaman kredit dari lembaga perbankan, (9) ketersediaan limbah pertanian yang melimpah. Weakness (Kelemahan): (1) pendidikan peternak masih rendah, (2) mengusahakan ternak sapi sebagai usaha sambilan, (3) kepemilikan ternak sapi potong yang masih rendah, (4) adanya produk substitusi dan fluktuasi harga sapi, (5) peran blantik yang dominan dalam penentuan harga, (6) keterbatasan akan modal usaha ternak, (7) belum adanya pemanfaatan limbah pertanian secara optimal. Peluang (Opportunity): (1) kemudahan dalam memperoleh pakan konsentrat, (2) kenaikan permintaan akan daging sapi potong, (3) kebijakan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong... (Adinata et al.) 29

pemerintah dalam membatasi impor daging sapi potong, (4) adanya program swasembada daging sapi tahun 2014, (5) telah meluasnya teknologi IB di masyarakat. Ancaman (Threat): (1) harga pakan konsentrat yang fluktuatif, (2) adanya alih fungsi lahan pertanian, (3) masih lemahnya kelembagaan petani ternak, (4) belum adanya usaha kemitraan dengan pihak ketiga, (5) pola pemeliharaan yang masih tradisional. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Melalui proses identifikasi analisis faktor internal dan eksternal maka akan diperoleh kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Perumusan alternatif strategi pengembangan dipertimbangkan berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal, serta berpengaruh dan homogen yang berada pada lokasi penelitian. Kombinasi dan perpaduan antara faktor internal dan eksternal tersebut akan dapat diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban, yang tertera dalam matrik SWOT pada Tabel 4. Secara rinci, ada empat tipe alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban yaitu: Strategi SO (Strenght-Opportunity) Strategi SO atau strategi kekuatanpeluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk dapat memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi SO yang dapat dirumuskan mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju; bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mengefektifkan jaringan pemasaran guna memanfaatkan peluang permintaan pasar yang relatif belum terpenuhi; memanfaatkan secara optimal pakan limbah pertanian yang jumlahnya melimpah. Hasil strategi SO (strenghtopportunity) pengembangan usaha ternak sapi potong adalah: mengoptimalkan pengalaman beternak dan motivasi agar dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menjalin kerjasama antara kelompok tani ternak sebagai wakil dari peternak dengan lembaga permodalan/pemerintah, memanfaatkan pakan limbah pertanian yang melimpah (Djaafar, 2007; Kurniawan, 2012). Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi WO atau strategi kelemahanpeluang merupakan strategi untuk dapat meminimalkan kelemahan yang ada untuk dapat memanfaatkan suatu peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan meliputi: memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak; pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat; optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dan meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai harga jual dan informasi pasar. Hasil strategi WO (weakness-threat) pengembangan usaha ternak sapi potong adalah penyuluhan yang terarah dan terpadu, research and development pemanfaatan limbah pertanian, peningkatan produksi serta distribusi akseptor IB dan semen beku, meningkatkan pengetahuan peternak mengenai pemasaran dan informasi harga untuk mengurangi pengaruh blantik dalam penentuan harga ternak sapi potong (Kurniawan, 2012; Rusono, 2011). Strategi ST (Strenght-Threat) Strategi ST atau strategi kekuatanancaman merupakan strategi untuk dapat 30 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi ST yang dapat dirumuskan antara lain: mengembangkan keterampilan sumber daya manusia dan meningkatkan pola efisiensi agar dapat menguasai dan meningkatkan produktivitas di bidang usaha ternak; menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sesuai dengan pernyataan Kurniawan (2012) dan Putra (2011), strategi ST (Strenght-Threat) pengembangan usaha ternak sapi potong yang dihasilkan adalah: meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan peternak, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan produktivitas serta menjaga kepercayaan konsumen dengan kualitas produk lokal melalui manajemen produksi yangbaik. Strategi WT (Weakness-Threat) Strategi WT atau strategi kelemahanancaman merupakan strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan antara lain adalah: memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat; mempermudah proses penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Kredit Usaha Pembibitan Sapi); pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui VBC (Village Breding Center). Seperti yang telah dinyatakan oleh Putra (2011) dan Djaafar (2007), hasil strategi WT (weakness-threat) pengembangan usaha ternak sapi potong adalah: meningkatkan kualitas sumber daya peternak secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing produk, menggalang kemitraan dengan pihak swasta, dan melakukan usaha pembibitan ternak. SIMPULAN Alternatif strategi utama yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban antara lain: mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju; pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat; menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotong royongan; memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat. DAFTAR PUSTAKA Arbi, P. 2009. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus Desa Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan. Badan Pusat Statistik. 2010. Sukoharjo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, Sukoharjo. David, F. R. 2004. Manajemen Strategis Konsep-Konsep. Terjemahan. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Dikman, M., P. W. Prihandini., dan Y. N. Anggraeny. 2010. Profil Pembibitan Sapi PO di Kelompok Ternak Bango Jaya Kota Probolinggo. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm 181-185. Djaafar, S. W. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Rakyat di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kurniawan, E. 2012. Analisis Pengembangan Potensi Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Fakultas Pertanian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong... (Adinata et al.) 31

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. Priyanto, D. 2011. Strategi Pengembangan Ternak Sapi dan Kerbau dalam Mendukung PSDS Tahun 2014. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. 30(3): 108-116. Putra, P. P. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rusono. 2011. Strategi dan Kebijakan dalam Percepatan Pencapaian Swasembada Daging 2014. Info Kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. 8(2): 70-77. Soeharsono., R. A. Saptati dan K. Diwyanto. 2010. Kinerja Reproduksi Sapi Potong Lokal dan Sapi Persilangan Hasil Inseminasi Buatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm 89-99. Tarmidi, L.T. 1992. Ekonomi Pembangunan. Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wirdahayati, R. B. 2010. Kajian Kelayakan dan Adopsi Inovasi Teknologi Sapi Potong Mendukung Program PSDS: Kasus Jawa Timur dan Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional dan Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm 339-346. 32 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012