Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013 pariwisata di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i HALAMAN SAMPUL DALAM... ii HALAMAN JUDUL... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN...

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. internet kita bisa melakukan bisnis secara online, mencari berbagai informasi

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

Routrip. Asisten pribadi dalam merencanakan perjalananmu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pola Konsumsi Buah di Indonesia Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PE DAHULUA. Infrastructure. 1 Sub Index lainnya adalah T&T Regulatory Framework dan T&T Business Environtment and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

TAWARKAN 100 DESTINASI DIGITAL DAN NOMADIC TOURISM, STRATEGI BARU MENPAR DATANGKAN 17 JUTA WISMAN DAN 275 JUTA WISNUS DI TAHUN 2018

Analisis Strategi Pemasaran Kota Jakarta Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bandung Jumlah Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik wisata. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pengguna Aktif Digital Indonesia Sumber : (Techinasia, 2015, diakses 22 Mei 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA

PARIWISATA DKI JAKARTA

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. ini. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi mempermudah masyarakat untuk mengakses internet

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and service)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi kokoh, sejak Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT

PARIWISATA DKI JAKARTA

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

Denpasar, Juli 2012

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih bahagia selain mereka yang menikmati liburan. 1

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulanan ke Indonesia Tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

Transkripsi:

Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra Pariwisata merupakan harapan bagi kesejahteraan bangsa di masa depan. Karakter pariwisata yang terus mengalami ekspansi dan diversifikasi menjadikannya sebagai salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Krisis yang melanda dunia terbukti tidak mengurangi perjalanan wisatawan global. Dari 25 juta wisatawan tahun 1950, saat ini tercatat ada 1.184 juta wisatawan di seluruh dunia, meningkat lebih dari 50 juta wisatawan pada tahun 2014. Pasca krisis finansial global yang melanda tahun 2009 lalu, sektor pariwisata tumbuh 4% atau lebih per tahunnya. 1 Pariwisata adalah industri yang tahan goncangan. Pariwisata juga merupakan salah satu industri dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi. Tahun 2014, tercatat 277 juta orang bekerja di sektor ini. Di Asia, pariwisata menyerap tenaga kerja delapan kali lebih banyak dibanding industri otomotif. 2 Ini menunjukkan potensi besar industri pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia, pariwisata belum digarap dengan maksimal. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia masih rendah. Sepanjang tahun 2014, kunjungan wisman ke Indonesia berada di angka 9,4 juta, jauh tertinggal dibanding Thailand yang mencapai 24,8 juta maupun Malaysia dengan 27,4 juta kunjungan (UNWTO, 2014). Tahun 2014, sektor pariwisata menyumbang devisa negara sebesar 8,2 juta USD (Pusdatin Kemenpar, 2015). Namun angka ini masih tergolong kecil dibandingkan Thailand yang pendapatan devisa dari pariwisata mencapai 42 juta USD, sementara Malaysia berada di angka 21 juta USD. Pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia setelah industri minyak dan gas, batu bara, dan kelapa sawit. Namun, kedepan pariwisata diproyeksikan terus tumbuh sementara sektor lain mengalami penurunan. Tahun 2020, pariwisata diprediksi menyumbang devisa sebesar 20 juta USD. 3 Besarnya potensi yang belum dioptimalkan mendorong perlunya pembenahan industri pariwisata di Indonesia. Dari data daya saing pariwisata yang dilansir World Economic Forum, tahun 2015 Indonesia berada di urutan ke-50 dari 141 negara. 1 UNWTO, World Tourism Barometer Maret 2016 2 World Travel&Tourism Council, Global Benchmarking Travel&Tourism, 2014 3 Pusat Data dan Informasi, Kementerian Pariwisata 2015

Tiga faktor yang memiliki nilai terendah untuk daya saing pariwisata Indonesia adalah kesiapan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pariwisata, infrastruktur pariwisata, serta persoalan kebersihan dan kesehatan. 4 Dari ketiga faktor tersebut, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor pariwisata patut mendapat perhatian khusus. Terlebih perkembangan teknologi memberikan peluang besar untuk dieksplorasi lebih jauh demi mewujudkan pengalaman wisata digital atau e-tourism. Pengalaman Digital bagi Wisatawan Dulu orang tertarik berkunjung ke Gili Trawangan karena mendengar cerita orang yang pernah berlibur disana atau kebetulan melihat iklan wisata dari brosur. Kini ketertarikan itu muncul karena melihat foto liburan yang diunggah di akun media sosial seperti Path atau Instagram. Setelah memutuskan akan berkunjung, wisatawan lantas mencari tempat menginap. Sepuluh tahun lalu orang harus membolak-balik buku telepon kemudian menghubungi pihak hotel untuk memesan kamar, tapi sekarang kamar hotel bisa dipesan dengan mudah lewat ponsel pintar. Pun bila wisatawan ingin berpetualang rasa dengan mencicipi kuliner khas daerah setempat. Tak perlu repot-repot, bermacam aplikasi siap menyuguhkan informasi rekomendasi restoran dalam hitungan detik. Tidak berhenti disitu, sepulang berwisata, wisatawan akan mengulas liburan mereka lalu membagi cerita lewat blog atu situs seperti tripadvisor. Foto selama berliburpun tak luput dipamerkan di akun media sosial yang tentu akan dilihat oleh ratusan pasang mata. Proses berulang inilah yang disebut sebagai siklus digital pariwisata. Hari ini sekitar 75% penduduk dunia telah memiliki ponsel cerdas. Kondisi ini merupakan potensi besar bagi tumbuhnya ekosistem e-tourism demi keberlangsungan siklus digital tersebut. Selama 24 jam perhari, seluruh masyarakat dunia terkoneksi. Mau tak mau strategi pengembangan industri pariwisata harus mengikutinya. Perkembangan pesat teknologi merupakan peluang bagi industri pariwisata Indonesia untuk melompat jauh ke depan. Di titik inilah pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata, dapat berperan sebagai calo yang mempertemukan antara kebutuhan dan keinginan wisatawan dengan beragam informasi wisata maupun penyedia jasa di industri pariwisata. 4 World Economic Forum, Travel and Tourism Competitiveness Index, 2015

Strategi pengembangan industri pariwisata berbasis digital perlu segera diimplementasikan. Pertama, pengembangan sistem informasi destinasi pariwisata. Hal ini dapat diterapkan dalam bentuk situs maupun aplikasi terintegrasi yang menyajikan informasi serta layanan pariwisata yang lengkap, akurat, dan aktual. Wisatawan tak perlu terlalu banyak membuka situs untuk mencari informasi, cukup membuka satu aplikasi saja maka dengan segera tersaji data seluk beluk destinasi wisata, event pariwisata, informasi akomodasi dan transportasi, layanan pemesanan tiket yang dapat dibayar secara online dengan kartu kredit atau debit, bahkan layanan emergency bila terjadi sesuatu pada diri wisatawan. Kedua, digitalisasi program pemasaran pariwisata. Strategi pemasaran pariwisata hendaknya mampu memenuhi kebutuhan gaya hidup digital wisatawan. Pemerintah sebagai agen pemasaran harus hadir di setiap siklus e-tourism. Mulai dari aktif di berbagai media sosial guna memancing keinginan netizen untuk berwisata, memastikan kualitas hotel dan rental transportasi yang hendak dipasarkan melalui aplikasi pemesanan mobile, hingga menyediakan platform digital bagi wisatawan yang ingin berburu informasi seputar event maupun memberikan ulasan atas pengalaman wisatanya. Wisatawan ingin kemudahan dan kepastian maka menjadi keharusan bagi pelaku industri pariwisata untuk memastikan impian itu terpenuhi. Belum lama ini, Kementerian Pariwisata menggandeng raksasa search engine asal Tiongkok, Baidu, sebagai salah satu cara mendongkrak kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia. Informasi seputar destinasi wisata di Indonesia, akan ditampilkan pada halaman pertama Baidu. Langkah ini patut diapresiasi mengingat Tiongkok merupakan pasar utama bagi Indonesia, dengan jumlah kunjungan mencapai 2 juta wisatawan. 15,99 % devisa yang dihasilkan sektor pariwisata disumbangkan oleh wisatawan asal Tiongkok. Ketiga, akselerasi infrastruktur digital di Indonesia. Untuk mewujudkan pengalaman digital yang memuaskan perlu didukung infrastruktur digital yang mumpuni. Ketersediaan jaringan internet menjadi salah satu kebutuhan pokok wisatawan saat ini. Maka, harus ada jaminan setiap wisatawan yang berkunjung di Indonesia dapat mengakses internet dimanapun ia berada, khususnya di kawasankawasan wisata. Pembangunan jaringan internet fiber optic hendaknya menjadi prioritas pengembangan industri pariwisata. Terakhir yang tak kalah penting, adalah pengembangan e-government di institusi yang menaungi sektor pariwisata. Berbagai macam perizinan di bidang pariwisata maupun layanan sertifikasi tenaga pariwisata akan lebih efektif bila diurus oleh satu lembaga saja, misalnya dengan membentuk layanan satu atap perizinan wisata. Kemudahan layanan ini dipastikan mampu memancing gairah bisnis pelaku industri pariwisata.

Bila diurus dengan benar pariwisata adalah keniscayaan bagi melesatnya laju perekonomian nasional. Kelak negara tak lagi bergantung pada minyak bumi atau gas alam semata yang suatu saat akan habis dari perut bumi.

CURRICULUM VITAE Nama : Donatus Fernanda Putra, SIP NIP : 199008282015031004 Tempat, Tgl Lahir : Yogyakarta, 28 Agustus 1990 HP : 085643727785 E-mail : donatus.fernanda@gmail.com Pendidikan S1 Ilmu Administrasi Negara, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Pekerjaan 2015 sekarang Kementerian Pariwisata Republik Indonesia 2014 2015 News Developer, CNN Indonesia 2014 Institute for Multiculturalism and Pluralism (IMPULSE),Yogyakarta