BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Hubungan antara Persepsi Dukungan Wali Kelas dengan Self Efficacy Siswa di SMK TI-Garuda Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cukup, bahkan bercita-cita untuk lebih dari cukup untuk memenuhi semua

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

SS S TS STS SS S TS STS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB II. Tinjauan Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang ini kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh faktor

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB II LANDASAN TEORI. administrators ( diaskes tanggal 7

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang dari orang lain atau kelompok berupa kenyamanan, kepedulian, penghargaan ataupun bantuan lainnya yang membuat individu merasa bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong. port as verbal and nonverbal communication between recipients and providers that reduces uncertainty about the situation, the self, the other, or relationship, and functions to enhance a perception of personal control ( Albrecht, 1987 : 182). Difinisi tersebut menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah komunikasi verbal dan nonverbal antara penerima dan pemberi dalam menurunkan ketidakpastian mengenai situasi, dirinya, orang lain atau hubungan dan berfungsi untuk meningkatkan persepsi kontrol individu dalam suatu pengalaman hidupnya. oradvide, tangible aid, or action that is proffered by social intimates or inferred by their presence and has benefical emotional or behavioral effects on the (Gottlieb dalam Sarafino, 2011). 16

17 Berdasarkan definisi tersebut dukungan sosial berupa informasi atau nasehat verbal dan/ atau non verbal, berupa bantuan nyata atau suatu tindakan yang diberikan oleh suatu jaringan sosial yang akrab atau didapat karena kehadiran jaringan sosial tersebut dan mempunyai manfaat emosional atau manfaat perilaku bagi pihak penerima. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain, dan merupakan anggota dalam suatu kelompok yang memiliki kepentingan bersama melalui verbal atau non verbal behavior. 2.1.2 Bentuk Dukungan Sosial Menurut Cutrona & Gardner (2004) dan Uchino (2004) (dalam Sarafino, 2011: 81) terdapat empat bentuk dukungan sosial, yaitu: 1. Emotional Support Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan sehingga individu merasa nyaman, aman, juga merasa dicintai saat individu sedang mengalami tekanan atau dalam keadaan stress. 2. Esteem Support Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang mengalami stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan

18 positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya. 3. Tangible or Instrumental Support Dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti berupa materi atau jasa. Misalnya memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang mengalami stres. Dengan adanya bantuan yang mengacu pada ketersediaan peralatan, materi atau jasa dapat membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang bersifat praktis. 4. Informational Support Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik, sehingga dapat mengarahkan bagaimana individu memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam konsep teori Sarafino, terdapat Companionship Support yaitu dukungan yang mencakup pada kesediaan suatu kelompok untuk menghabiskan waktu secara bersama, dengan demikian dapat memberikan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok untuk melakukan aktivitas sosial bersama. Dukungan ini menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Mengingat dalam penelitian ini siswa memaknakan

19 dukungan dari wali kelas bukan dari kelompok, maka dalam penelitian ini Companionship Support tidak digunakan. 2.1.3 Sumber Dukungan Sosial Menurut Gottlieb yang dapat menjadi sumber dukungan sosial ada dua macam, yaitu : 1. Hubungan seseorang dengan professional. Maksudnya adalah seseorang yang ahli di bidangnya. Misalnya seorang psikolog. 2. Hubungan seseorang dengan non profesionalnya. Misalnya suami, anggota keluarga lainnya seperti anak, teman, dan kerabat dekat. Bila dibandingkan hubungan dengan profesional, maka hubungan dengan nonprofessional merupakan bagian terbesar dalam mental. Jika melihat kenyataan ini menunjukan hubungan nonprofessional atau significant others harus mendapat perhatian yang lebih besar. Hal ini dikarenakan hubungan tersebut bukan sesuatu yang dipaksakan. Jika hubungan dengan significant others bukanlah sesuatu yang dipaksakan maka akan lebih mudah terjalin hubungan timbal balik antara pemberi dan penerima dukungan yang merupakan syarat bagi dukungan sosial yang dipersepsikan oleh penerima. Dalam penelitian ini Significant Others yang dimaksud adalah wali kelas, yaitu individu penting yang terdapat di sekolah. Siswa-siswa memang membutuhkan dukungan dari orangtua, tetapi dalam lingkungan sekolah yang merupakan individu yang penting adalah wali kelas, yaitu guru yang selalu menjadi tempat siswa bertanya dan menceritakan masalah dalam wujud dukungan sosial.

20 2.2 Persepsi 2.2.1 Pengertian Persepsi 1. Richard C. Atkinson (1986;22), persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ke dalam lingkungan. 2. Morgan, persepsi adalah cara individu melihat dunia; mendengar, merasakan, mengecap atau mencium. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang dialami individu. 3. Udai Pareek, persepsi adalah suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima melalui proses sensori. Namun, proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja akan tetapi mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. 2.2.2 Proses Persepsi Menurut Udai Pareek, dalam proses persepsi terdapat tiga proses yang dapat mendukung terjadinya proses persepsi, yaitu: 1. Penerimaan rangsang Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Individu akan memperhatikan atau lebih senang pada sumber yang lebih dekat dengannya atau membuatnya menjadi tertarik. 2. Proses menyeleksi rangsang Setelah rangsangan diterima kemudian diseleksi untuk aakhirnya diproses lebih lanjut. Ada dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan, yaitu:

21 a. Faktor ekstern, intensitas, ukuran, kontras, gerakan, pengulangan, keakraban, dan sesuatu yang baru. b. Faktor intern, dalam menyeleksi berbagai gejalan dari persepsi, faktorfaktor intern sama pentingnya seperti faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan diri sendiri. Faktor intern memegang peranan penting dalam penelitian ini sebagai proses persepsi remaha terhadap penerapan teknik disiplin. Faktor-faktor intern meliputi kebutuhan psikologis, pengalaman, latar belakang, sikap dan kepercayaan umu, kepribadian, penerimaan diri. 3. Proses Pengorganisasian Rangsang yang telah diseleksi tersebut kemudian melalui proses pengorganisasian sehingga menjadi suatu bentuk. Berikut adalah faktorfaktor yang digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu: kesamaan, kedekatan, kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap. 4. Proses Penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima atau diatur, maka rangsang tersebut ditafsirkan dengan berbagai cara. Setelah data tersebut ditafsirkan maka dapat dikatakan di sini sudah terjadi persepsi, karena persepsi sendiri yaitu pemberian makna terhadap suatu informasi yang diterima. Dari sinilah timbul perbedaan persepsi dari setiap anak remaja. Berikut adalah faktor-faktor yang membedakan proses penafsiran: perangkat persepsi, membuat stereotipe, efek halo, pembelaan persepsi, faktor-faktor konteks.

22 5. Proses Pengecekan Setelah informasi ditafsir, remaja melakukan pengecekan apakah informasi tersebut benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi sesuai dengan hasil proses selanjutnya. Dalam hal ini untuk mengecek persepsi, umpan balik dari orang lain sangat mempengaruhi informasi yang diterima benar atau salah. 6. Proses reaksi Lingkungan persepsi belum sempurna jika dari proses-proses tersebut tidak ada proses reaksi. Proses reaksi menghasilkan respon berupa tingkah laku yang merupakan hasil dari proses mempersepsi rangsang. Tingkah laku ini bisa tersembunyi, bisa juga terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedang bentuk tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. Dalam mengamati suatu objek, setiap individu memiliki penafsiran yang berbeda-beda meskipun objeknya sama. Hal ini dapat terjadi karena ada perbedaan baik secara psikologis maupun budaya. Hal-hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu: perhatian, kebutuhan, kesediaan, dan sistem nilai. Dalam mempersepsi suatu stimulus terdapat tiga aspek penting yang berpengaruh, yaitu: 1. Hal yang dipersepsikan Pada proses penafsiran dipengaruhi oleh status dari objek atau orang yang dipersepsi. Persepsi ini juga dapat menimbulkan dampak pada

23 keputusan yang dibuat tentang tingkah laku orang yang dipersepsi tersebut. 2. Situasi saat mempersepsi Bagaimana situasi lingkungan sangat mempengaruhi dalam mempersepsikan stimulus. 3. Orang yang mempersepsikan Persepsi tidak hanya merupakan reaksi yang sederhana terhadap suatu kejadian atau orang, tetapi dipengaruhi pula oleh kondisi dalam diri individu itu sendiri sesuai kebutuhan. 2.3 Self Efficacy 2.3.1 Pengertian Self Efficacy (Bandura, 1997). and excute the courses of action required to produce given (Bandura, 1997:3). Berdasarkan definisi tersebut self efficacy merupakan keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. 2.3.2 Social Learning Theory (Bandura, 1997). Teori sosial kognitif merupakan acuan dari konsep self efficacy Bandura. Dalam teori sosial kognitif manusia digambarkan bersifat proaktif. Yaitu mampu merefleksikan diri dan mampu mengatur dirinya sendiri. Manusia tidak hanya dituntut oleh lingkungan dan digerakan oleh impulsnya.

24 Gambar 2.1 Hubungan antara tiga determinan utama dalam triadic reciprocal causation P B E Hubungan antara tiga determinan dalam triadic reciprocal causation. B menggambarkan perilaku, P adalah faktor intenal idividu dalam bentuk kognitif, afektif, dan konteks biologi dan E adalah faktor eksternal yaitu lingkungan (Bandura, 1997:6). Fungsi manusia dianggap sebagai hasil dari dinamika yang saling mempengaruhi antara pribadi, perilaku dan lingkungan. Dalam teori ini, Bandura menekankan bahwa kognisi memainkan peranan penting dalam kemampuan manusia untuk membangun realitas, mengatur diri, menyandikan informasi hingga menampilkan perilaku. 2.3.3 Sumber-Sumber Self Efficacy (Bandura, 1997). Terdapat empat sumber self efficacy, antara lain: 1. Enactive mastery experience Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap self-efficacy individu karena didasarkan pada

25 pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan selfefficacy individu meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya self-efficacy, khususnya jika kegagalan terjadi ketika self-efficacy individu belum benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan self-efficacy individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar. 2. Vicarious experience Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber self-efficacynya. Selfefficacy juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan self-efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Individu melakukan persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan jika individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan banyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendiri dan mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang memungkinkan self-efficacy individu mudah dipengaruhi oleh pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman individu tentang kemampuan orang lain dan kurangnya pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.

26 3. Verbal persuasion Seseorang yang diyakini secara verbal bahwa ia memiliki kemampuan untuk menguasai tugas yang diberikan kemungkinan besar akan mengerahkan usaha yang lebih besar dan akan mempertahankan usahanya daripada menyimpan keraguan dan memikirkan kekurangan dirinya pada saat kesulitan muncul. Persuasi secara verbal seringkali disampaikan kepada seseorang melalui umpan balik mengenai apa yang telah dilakukan. Persuasi secara verbal ini biasanya disampaikna dengan cara mengatakan pada orang yang dimaksud bahwa ia memiliki kemampuan, bahwa ia telah berusaha lebih keras atau bahwa ia harus berusaha lebih keras. 4. Physiological and affective states Dalam menilai kemapuannya, orang-orang dapat mengandalkan keadaan fisiologis dan emosional yang dialaminya. Selain keadaan fisiologis, mood juga mempengaruhi self efficacy seseorang. Mood yang positf dapat meningkatkan self efficacy, sebaliknya mood yang negatif akan menurunkan self efficacy. Jadi, cara untuk membentuk self efficacy adalah dengan meningkatkan keadaan fisik, mengurangi stress dan perasaan emosional negative dan mengkoreksi interpretasi yang salah dari reaksi tubuh. (Bandura, 1997).

27 2.3.4 Dimensi Self Efficacy Self efficacy dibedakan menjadi 3 dimensi, antara lain : 1. Level Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya. Level mengacu pada tingkat kesulitan tugas yang diyakini akann dicapai. Tingkat keyakinan diri ini juga akan mempengaruhi pemilihan aktivitas dan jumlah usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. 2. Generality Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki selfefficacy pada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Keyakinan dan kemampuan seseorang dalam mengeeralisasikan tugas dan pengalaman sebelumnya sebagai upaya mengatasi permasalahan atau tugas pada masa sekarang. 3. Strength Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu. Self-

28 efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun. 2.3.5 Proses-Proses Self Efficacy (Bandura, 1997). Self efficacy berakibat pada tingkahlaku manusia melalu proses kognitif, motivasional, afektif dan seleksi. Seluruh proses ini bekerja pada suatu kesatuan dalam regulasi berkesinambungan dari fungsi-fungsi individu. 1. Proses kognitif Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Proses kognitif merupakan proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang self-efficacy-nya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997). Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian- kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan

29 yang diharapkan. Individu akan meramalkan kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses kognitif yang efektif dari berbagai macam informasi. Semakin tinggi self efficacy seseorang, semakin tinggi goal yang menantang seseorang tentukan untuk dirinya dan semakin kuat komitmen yang dimiliki terhadap goal tersebut. Semakin rendah self efficacy, semakin rendah goal yang seseorang tentukan untuk dirinya dan semakin lemah juga komitmen yang dimiliki terhadap goal tersebut. 2. Proses motivasional Self efficacy berperan penting dalam motivasi seseorang. Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Adapun macam-macam motivasi kognitif antara lain Self-efficacy mempengaruhi atribusi penyebab, dimana individu yang memiliki self-efficacy akademik yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan self-efficacy yang rendah menilai kegagalannya disebabkan oleh kurangnya kemampuan.

30 Teori outcome expectancies, motivasi diatur oleh harapan dimana rangkaian perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu disertai makna dari hasil tersebut. Menurut goal theory, goal yang penuh tantangan akan meningkatkan dan mempertahankan motivasi. Self efficacy berperan dalam meningkatkan motivasi melalui beberapa cara. Self efficacy dapat menentukan goal yang telah ditentukan oleh individu untuk diri mereka sendiri. Berapa banyak usaha yang telah mereka lakukan, berapa lama mereka dengan gigih bertahan menghadapi kesulitan dan ketabahan dalam mengatasi kegagalan dan hambatan. 3. Proses afektif Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang yang memiliki self efficacy tinggi berarti mampu mengendalikan stressor sehingga dirinya tidak perlu mengalami emosional negatif yang berat. Sedangkan seseorang yang memiliki self efficacy rendah, sulit untuk mengendalikan stressor sehingga dapat dengan mudah mengamali emosional yang negative.