BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya.

ACTIVITY BASED COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

langsung dan biaya overhead pabrik.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menganalisis masalah ini digunakan metode deskriptif analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

SISTEM HARGA POKOK STANDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosedur Penentuan Biaya Bahan Baku Standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial. keputusan. Salah satu informasi akuntansi diferensial sangat diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

SUATU TINJAUAN BIAYA STANDAR DALAM MENETAPKAN PRODUKSI

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi mengenai besarnya biaya. Sedangkan menurut Mulyadi (1992:6) pengertian akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Dari kedua pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian akuntansi biaya adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas produksi. 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Akuntansi biaya digunakan dalam semua organisasi baik perusahaan, pabrikasi, perdagangan, ataupun jasa. Proses akuntansi biaya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen. 10

11 Akuntansi biaya mempunyai empat tujuan pokok yaitu: sebagai dasar penetapan harga jual, penentuan harga pokok produksi, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Mulyadi (1992:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 1. Penentuan Harga Pokok Produksi Untuk memenuhi tujuan ini, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa yang lalu atau biaya historis. Umumnya akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, itu melayani kebutuhan pihak luar tersebut, akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk tunduk pada prinsipprinsip akuntansi yang lazim. Di samping itu, penentuan harga pokok produk juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen. Penentuan harga pokok produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilayani oleh akuntansi manajemen yang tidak selalu terikat dengan prinsip akuntansi yang lazim. 2. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya seharusnya dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut. Dari analisis penyimpangan dan penyebabnya tersebut manajemen akan dapat mempertimbangkan tindakan koreksi, jika hal ini perlu dilakukan. Dari analisis ini juga manajemen puncak akan dapat mengadakan penilaian prestasi para manajer di bawahnya. Akuntansi biaya untuk tujuan pengendalian biaya ini lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak dalam perusahaan. Aspek perilaku manusia dalam akuntansi biaya untuk tujuan pengendalian biaya adalah besar. Dengan demikian akuntansi biaya untuk tujuan pengendalian biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen. 3. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi masa yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang (future costs). Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan

12 akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Karena keputusan khusus merupakan sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen. Untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam pengambilan keputusa, akuntansi biaya mengembangkan berbagai konsep informasi biaya untuk pengambilan keputusan seperti: biaya kesempatan (opportunity cost), biaya hipotesis (hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost), biaya terhindarkan (avoidable cost), dan pendapatan yang hilang (forgone revenue). 2.2 Penggolongan Biaya Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep different costs for different purpose. Menurut Mulyadi (1992:7) biaya dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan: 1. Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama onyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar 2. Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkut, gaji karyawan yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample), dan biaya lainnya.

13 Biaya Administrasi dan Umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh: biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan humas, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy, dan biaya lainnya. 3. Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: Biaya langsung (direct cost) Yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada maka biaya langsung ini tidak akan ada. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung (indirect cost) Yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost) 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi: Biaya variabel Yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya semivariabel Yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semifixed Yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Biaya tetap Yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh: gaji direktur produksi. 5. Jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: Pengeluaran modal (capital expenditures) Yaitu biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplasi. Contoh: pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.

14 Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) Yaitu biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.contoh: biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. Sedangkan menurut Sunarto (2003:4) pengelompokkan biaya berdasarkan fungsinya sesuai tempat terjadinya adalah sebagai berikut: Nama Biaya Produksi Biaya Pemasaran Biaya Administrasi Biaya Umum Tempat Terjadinya Departemen Pengolahan Departemen Penjualan Departemen Administrasi Departemen Umum Berdasarkan pendapat tersebut, biaya produksi dipilah-pilahkan sesuai kebutuhan dalam kelompok sebagai berikut: 1. Menurut unsur atau komponen biaya a. Biaya Bahan Baku atau Bahan Langsung timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku mnerupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang. c. Biaya Overhead Pabrik timbul terutama karena pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat tempat kerja dan kemudahan lain. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label biaya

15 tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah semua biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2. Menurut perilakunya terhadap volume a. Biaya Tetap (Fixed Cost) yaitu biaya yang mempunyai tingkah laku tetap tidak berubah terhadap perubahan volume kegiatan. Biaya tetap tidak berubah meskipun kegiatan produksi berubah. b. Biaya Variabel (Variable Cost) yaitu biaya yang mempunyai tingkah laku berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi. 3. Menurut kedekatannya dengan produk a. Biaya Langsung yaitu apabila dapat ditelusuri pada barang jadi, mudah dilacak. b. Biaya Tidak Langsung yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri pada barang jadi. 4. Menurut kegiatan produksi mungkin berbeda untuk beberapa perusahaan karena situasi produksi. a. Biaya Desain b. Biaya Pengolahan c. Biaya Pengawasan Mutu d. Biaya Pengepakan Untuk kepentingan pengawasan biaya digolongkan menjadi: 1. Biaya yang Dapat Dikuasai (controllable) 2. Biaya yang Tidak Dapat Dikuasai (uncontrollable)

16 Untuk kepentingan pengambilan keputusan biaya digolongkan menjadi: 1. Biaya Relevan yaitu biaya yang patut dipertimbangkan untuk suatu pengambilan keputusan. Biaya relevan yaitu biaya yang jumlahnya berbeda pada dua atau lebih pilihan. 2. Biaya Tidak Relevan yaitu biaya yang tidak patut dipertimbangkan untuk suatu pengambilan keputusan. Dikatakan tidak relevan bila biaya tersebut jumlahnya sama pada pilihan yang berbeda. 3. Biaya Diferensial yaitu biaya yang ditetapkan berbeda-beda pada setiap pilihan. 4. Biaya Opportunity yaitu pendapatan yang hilang karena pemilihan alternatif yang lain. 5. Biaya Penutupan Usaha yaitu Biaya yang dikeluarkan meskipun suatu usaha berhenti. 2.3 Biaya Produksi 2.3.1 Pengertian Menurut Mulyadi (1992:14) pengertian biaya produksi adalah biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.

17 2.3.2 Unsur-unsur Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Biaya bahan baku yaitu biaya yang menyangkut bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi 2. Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang menyangkut biaya yang secara langsung berperan dalam proses produksi. 3. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) yaitu biaya yang secara tidak langsung berperan dalam proses produksi. 2.4 Harga Pokok Produksi 2.4.1 Sistem Harga Pokok Pesanan Sistem akuntansi harga pokok pesanan sesuai untuk perusahaan yang membuat barang berdasarkan permintaan dari pelanggan. Setiap barang berbeda spesifikasinya baik bahan maupun pengerjaannya. Ketiga elemen biaya produksi yaitu biaya bahan baku, upah langsung, dan overhead dikumpulkan sesuai dengan nomor pesanan yang dikerjakan. Harga pokok bagian atau unit dihitung dengan membagi biaya total biaya pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dibuat. Nilai barang jadi adalah seluruh harga pokok dari pesanan yang telah diolah. Nilai barang dalam proses adalah harga pokok pesanan-pesanan yang belum selesai. Setiap perusahaan dibuatkan satu catatan sendiri yang digunakan untuk mencatat semua pengeluaran atau pembebanan biaya pesanan tersebut. Catatan

18 yang demikian merupakan kartu harga pokok yang tidak lain adalah buku pembantu pesanan. Kekhasan dari sistem ini adalah bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan atau yang dibebankan harus dapat diidentifikasi pada pesanan yang dibuat. Permintaan bahan baku ke gudang harus menyebutkan nomor pesanan yang akan menggunakan bahan tersebut sehingga harga pokok bahan yang dibebankan pada pesanan tersebut jelas jumlahnya. Setiap karyawan yang berhubungan langsung dengan pembuatan barang harus dicatat jam dan tarif upah masing-masing pada setiap pesanan yang digarapnya, sehingga biaya kerja langsung yang dibebankan pada pesanan semuanya harus dicatat pada satu catatan khusus yang menampung perhitungan harga pokok setiap pesanan pada kartu harga pokok pesanan. Menurut Abdul Halim (1995:125) karakteristik sistem harga pokok pesanan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan, sehingga: a. Bentuk barang atau produk tergantung pemesan b. Produksi terputus-putus tergantung ada tidaknya pesanan yang diterima 2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungannya: a. Total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai b. Biaya per unit diperoleh dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan. 3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu biaya produksi (job order cost sheet) yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya yang memuat: a. Informasi umum seperti nama pemesan, jumlah yang dipesan, tanggal pesan, dan lain sebagainya. b. Informasi biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 4. Setelah pesanan selesai dikerjakan biasanya produk selesai langsung diserahkan.

19 Kata-kata yang tersurat dalam pendapat di atas dapat diterangkan bahwa karakteristik sistem harga pokok pesanan adalah: dilakukan atas dasar pesanan, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan, pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu biaya produksi, dan setelah pesanan selesai dikerjakan biasanya produk langsung diserahkan. 2.4.2 Sistem Harga Pokok Proses Sistem akuntansi harga pokok proses digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang standar untuk memenuhi pasar. Barang standar adalah barang yang dibuat dengan format sama, cara produksi dan metode yang sama, fasilitas juga sama. Untuk menghitung harga pokok barang, perusahaan dapat menggunakan media departemen, bagian atau seksi. Setiap biaya dikumpulkan pada satuan unit kerja tersebut, kemudian dihitung harga pokok per unit dan dihitung harga pokok barang selesai dan barang yang masih dalam proses. Harga-harga tersebut menunjukkan elemen biaya yang diserap didalamnya. Harga pokok barang jadi atau barang dalam proses harus mengandung bahan tenaga kerja dan overhead pabrik yang diserap. Berkaitan dengan alokasi biaya produksi pada suatu departemen terhadap satuan barang yang diproses di departemen tersebut. Menurut Sunarto (2003:61) Sistem akuntansi harga pokok proses mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Biaya dikumpulkan pada setiap departemen atau biaya 2. Setiap departemen mempunyai rekening persediaan barang dalam proses untuk mendebit barang yang diterima dan mengkredit harga pokok barang

20 3. Produksi diukur pada setiap akhir periode dengan ukuran barang meskipun barang tersebut masih dalam proses pengerjaan 4. Harga pokok per satuan dihitung pada setiap departemen atau pusat biaya 5. Barang yang selesai diproses ditransfer ke departemen selanjutnya atau ke gudang barang jadi 6. Setiap perhitungan harga pokok dicantumkan pada laporan harga produk Harga pokok per unit adalah harga pokok pembuatan barang yang dihitung untuk setiap unit barang. Harga pokok per unit dihitung pada setiap departemen dengan cara membagi biaya yang dipakai dengan produk yang dihasilkan. Dengan persamaan akan didapatkan rumus sebagai berikut: Harga pokok per unit = Biaya Produksi Ciri-ciri harga pokok proses diantaranya adalah bahwa produk harus dinyatakan dalam ukuran barang selesai sehingga istilah produk dalam sistem ini berubah menjadi produk ekuivalen yang artinya produk yang diukur ekuivalen dengan barang jadi. Cara perhitungan produk ekuivalen adalah sebagai berikut: jumlah barang selesai marupakan bagian dari jumlah produk ekuivalen secara utuh. Jumlah barang dalam proses harus dinyatakan kesetaraannya dengan barang jadi. Harga pokok per unit umumnya dinyatakan untuk setiap unsur biaya, yang berarti bahwa setiap harga pokok per unit barang dihitung pula kandungan harga pokok untuk bahan baku, upah langsung, dan overhead pabrik. Cara perhitungan harga pokok per unit masing-masing unsur juga sama, yaitu: Harga pokok biaya bahan baku per unit = Biaya Bahan Baku Produksi Ekuivalen

21 Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga pokok biaya tenaga kerja langsung per unit = Produksi Ekuivalen Harga pokok biaya overhead pabrik per unit = Biaya Overhead Pabrik Produksi Ekuivalen Menurut Abdul Halim (1995:125) karakteristik sistem harga pokok proses adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik produksi dilakukan dengan tujuan mengisi persediaan atau disebut juga berproduksi massa, sehingga: a. Bentuk barang atau produk tidak tergantung pada pembeli dan umumnya bersifat homogen b.sifat produksi adalah kontinyu (tidak terputus-putus) 2. Biaya produksi dikumpulkan secara periodik atau departemen produksi atau pusat biaya (cost center) sehingga: a. Perhitungan total biaya produksi dilakukan tiap akhir periode b.biaya per unit adalah dengan membagi total biaya produksi per periode dengan jumlah unit yang dihasilkan pada periode tersebut. 3. Dikenal adanya istilah unit ekuivalen yaitu unit yang disamakan dengan satuan produk jadi atau selesai. Unit yang masih dapal proses (belum selesai diproduksi) yang dinyatakan pula dalam satuan produk jadi. 4. Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produk yang dibuat atau cost center. Laporan tersebut berisi: a. Skedul kuantitas, yang isi pokoknya tentang: - Jumlah unit yang diproses (masuk proses) - Jumlah unit yang selesai diproduksi (unit selesai) - Jumlah unit yang masih dalam proses b.pembebanan biaya yang isi pokoknya tentang: - Total biaya produksi untuk satu periode - Biaya per unit untuk masing-masing jenis biaya (bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik) c. Perhitungan biaya yang menyangkut pertanggung jawaban biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan serta distribusi pada produk barang jadi dan persediaan barang dalam proses. d.keterangan yang berisi informasi: - Perhitungan ekuivalen - Perhitungan biaya per unit yang terdiri atas: Biaya Bahan Baku Bahan baku = Produksi Ekuivalen

22 Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung = Produksi Ekuivalen Biaya Overhead Pabrik Overhead pabrik = Produksi Ekuivalen - Perhitungan lain-lain seperti penyesuaian terhadap produk atau barang yang hilang 5. Pada umumnya barang jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai barang selesai. 2.5 Biaya Standar 2.5.1 Pengertian Menurut Tim Proyek Pengembangan Pendidikan Akuntansi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990/1991:288) definisi biaya standar sebagai berikut: Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Pendapat itu senada dengan pendapat Mulyadi (1992:415) yang mendefinisi biaya standar sebagai berikut: Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Sedangkan menurut Carter, Usry (2005:111) pengertian biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu satuan unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu.

23 Pendapat lain dari Supriyono (1996:96) adalah sebagai berikut: Sistem harga pokok standar adalah salah satu sistem harga pokok yang ditentukan di muka untuk mengolah produk atau jasa tertentu dengan cara menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik untuk mengolah satu satuan produk atau jasa tertentu. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. 2.5.2 Manfaat Biaya Standar Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting di dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan. Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain. Menurut Supriyono (1996:96) manfaat harga pokok standar adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Penetapan harga pokok standar didasarkan atas investigasi, studi, dan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga pokok standar. Standar tersebut dapat dipakai sebagai dasar yang kuat untuk menyusun rencana kegiatan perusahaan dengan efisien, ekonomis, dan teliti. 2. Koordinasi Fungsi untuk membuat semua bagian di dalam perusahaan berdaya upaya mencapai tujuan perusahaan secara terkoordinasi. 3. Pengambilan Keputusan Pemakaian harga pokok standar menentukan harga pokok yang seharusnya terjadi sebelum produk atau jasa mulai diolah atau dikerjakan. Informasi harga pokok standar tersebut sangat bermanfaat bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. 4. Pengendalian Biaya Harga pokok standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi yang ditentukan untuk setiap elemen biaya dan pada setiap departemen di mana produk diolah. Harga pokok standar tersebut akan dapat dipakai sebagai alat pengendalian biaya dan menilai prestasi pelaksanaan dengan baik. 5. Memungkinkan Diterapkan Prinsip Pengecualian (Principle of Exception) Pada pabrik besar memiliki karyawan yang relatif banyak dan kegiatan berbagai macam, hal ini mengakibatkan eksekutif atau pengawas tidak dapat menilai efisiensi dan produktivitas setiap individu. Untuk mengatasi masalah tersebut manajemen harus menggunakan prinsip pengecualian, yaitu menitikberatkan perhatiannya kepada hal-hal yang menyimpang dibanding dengan standar yang sudah ditetapkan. Perhitungan dan analisa selisih dalam harga pokok standar akan dapat menunjukkan elemen biaya apa, pada departemen mana, apa penyebabnya, dan siapa yang bertanggung jawab terhadap selisih biaya tersebut. 6. Penentuan Insentif kepada Personal Standar yang baik adalah yang masuk akal dan memungkinkan untuk dapat dicapai oleh pelaksana. Apabila standar dikaitkan dengan pemberian insentif kepada karyawan yang dapat berprestasi lebih baik dibandingkan standar, maka karyawan akan memperoleh motivasi untuk berprestasi. 7. Menekan atau mengurangi Biaya Administrasi Pemakaian harga pokok standar dapat menekan atau mengurangi waktu, tenaga, dan biaya administrasi misalnya persediaan dinyatakan berdasarkan harga pokok standar, kartu persediaan cukup diselenggarakan dalam kuantitas saja. Dalam menentukan jumlah harga poko persediaan dapat lebih cepat dihitung, yaitu sebesar kuantitas persediaan dikalikan harga pokok standar. 24

25 2.5.3 Kelemahan Biaya Standar Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan atau kelonggaran yang relatif sama. Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan standar menimbulkan masalah persediaan. Sebagai contoh, suatu perubahan dalam harga bahan baku memerlukan penyesuaian terhadap persediaan, tidak saja persediaan bahan baku tetapi juga persediaan produk dalam proses dan produk jadi yang berisi bahan baku tersebut. Jika standar sering diperbaiki, hal ini menyebabkan kurang efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksanaan. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukur pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis. 2.5.4 Penetapan Biaya Standar Berikut ini akan dibahas prosedur penentuan biaya standar yang dibagi ke dalam tiga bagian: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja standar, dan biaya overhead pabrik standar.

26 Biaya Bahan Baku Standar Dalam menetapkan biaya bahan baku standar terdiri dari dua: kuantitas standar dan harga standar. Langkah-langkah penetapan biaya bahan baku standar: a. Melakukan percobaan-percobaan di tempat proses produksi b. Menganalisis hasil percobaan berdasarkan pada pengalaman masa lalu c. Berdasarkan kepada ukuran acuan nasional S, M, L, dan XL d. Menghitung data penaksiran bahan baku untuk produk dan pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu e. Memperhitungkan faktor-faktor allowance yaitu terjadinya scrub dan defective unit. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Mulyadi (1992:419) yang menyatakan bahwa biaya bahan baku standar terdiri dari: 1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar. 2. Harga per satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar. Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap-tiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk selesai. Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan: 1. Penyelidikan teknis 2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk: a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu c. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik

27 Dalam kartu bahan baku ini dapat pula meliputi kelonggaran standar untuk pemborosan atau kerugian yang normal terjadi, tetapi bisa juga pemborosan bahan baku diperlihatkan sebagai selisih (variance) dari standar atau sebagai unsur biaya overhead pabrik (sehingga kuantitas standar bahan baku tidak termasuk di dalamnya unsur pemborosan bahan baku). Untuk mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku standar, maka perlu ditentukan harga standar bahan baku. Harga standar ini pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok, katalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut di masa depan. Jika biaya angkut dan biaya pengurusan bahan baku yang lain dibebankan kepada bahan baku, maka harga standar tersebut harus juga memperhitungkan biaya-biaya tersebut. Begitu juga potongan pembelian yang diperkirakan akan diperoleh dari pemasok harus dikurangkan dari harga beli bruto dalam penetapan harga standar. Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa: a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun. b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar. c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang. Harga yang akan dipilih sebagian tergantung dari jenis fluktuasi harga yang diperlukan dan tujuan penggunaan biaya standar tersebut. Jika fluktuasi harga cenderung untuk berulang kali terjadi dan tidak dapat dipastikan

28 mempunyai kecenderungan turun atau naik, maka harga normal yang tepat untuk situasi ini. Di lain pihak, jika arah perubahan harga di masa yang akan datang dapat diperkirakan dengan baik, maka harga yang tepat untuk situasi ini adalah harga rata-rata dalam periode di mana biaya standar tersebut akan dipakai. Harga standar bahan baku digunakan untuk: a. Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian. b. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba perusahaan. Pada umumnya harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan pada umumnya digunakan selama tahun berikutnya. Tetapi harga standar ini dapat diubah bila terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar biasa. Penentuan biaya bahan baku standar dapat dihitung dengan rumus: Biaya Bahan Baku Standar = Harga standar X Kuantitas bahan baku Biaya Tenaga Kerja Standar Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari dua komponen yaitu jam kerja standar dan tarif upah standar. Langkah-langkah penetapan biaya tenaga kerja langsung: a. Melakukan taksiran yang wajar yang dilihat dari proses produksi, keahlian, dan analisis secara cermat. Dari proses penelaahan tersebut maka ditetapkan jam kerja standar adalah 10 jam kerja langsung. Dari jam kerja standar ini dapat dihitung selisih efisiensi tenaga kerja dengan rumus = (Js Jst) X TUst

29 b. Berdasarkan analisis data, catatan upah di masa lalu, membandingkan dengan pengalaman perusahaan sejenis, dan perjanjian dengan SBSI (Serikat Buruh Seluruh Indonesia) maka ditetapkan tarif upah standar sebesar Rp. 3.500 per jam kerja langsung. Dari standar tersebut maka dapat dihitung biaya tenaga kerja langsung per lusin untuk semua ukuran sweater dengan rumus sebagai berikut: Diperkuat oleh pendapat dari Mulyadi (1992:420), biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur: jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar. Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah: a. Tata letak pabrik (plant layout) yang efisien dengan peralatan yang modern sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum. b. Pengembangan staff perencanaan produksi, routing, scheduling dan dispatching, agar aliran proses produksi lancar, tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran. c. Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi. d. Standardisasi kerja karyawan dan metode-metode kerja dengan instruksiinstruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di bawah kondisi yang paling baik. Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara: a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.

30 b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan. c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan. d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk. Jam tenaga kerja standar ditentukan dengan memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tidak bisa dihindari (menunggu bahan baku, reparasi, dan pemeliharaan mesin) dan faktor-faktor kelelahan kerja. Tidaklah mungkin seorang pekerja memiliki tingkat kecepatan yang sama dalam setiap menit selama 7 jam kerja. Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata tarif upah per jam yang diperkirakan akan dibayar. Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar: a. Perjanjian dengan organisasi karyawan. b. Data upah masa lalu. Yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar adalah: rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu. c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal. Penentuan biaya tenaga kerja langsung standar dapat dihitung dengan rumus: Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar = Jam kerja X Tarif upah

31 Biaya Overhead Pabrik Prosedur penentuan tarif biaya overhead pabrik standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Manfaat utama tarif overhead standar ini, yang meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan tetap, adalah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan. Agar tarif overhead standar ini dapat bermanfaat untuk pengendalian biaya, maka tarif ini harus dipisahkan ke dalam tetap dan variabel. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Ada perbedaan pokok antara tarif biaya overhead standar untuk penentuan harga pokok produk dengan tarif biaya overhead standar untuk pembuatan anggaran fleksibel. Tarif biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif biaya overhead pabrik ini semua biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. Rumus: Biaya Overhead Pabrik Standar = Jam kerja X Tarif BOP 2.5.5 Jenis Standar Menurut Mulyadi (1992:423) Standar dapat digolongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai berikut: 1. Standar Teoritis Disebut pula dengan standar ideal, yaitu standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai.

32 2. Rata-rata Biaya Waktu yang Lalu Jika biaya standar ditentukan dengan menghitung rata-rata biaya periode yang telah lampau, standar ini cenderung merupakan standar yang longgar sifatnya. Rata-rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung biaya-biaya yang tidak efisien, yang seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standar. Tetapi jenis standar ini kadang-kadang berguna pada saat permulaan perusahaan menerapkan sistem biaya standar, dan terhadap jenis biaya standar ini secara berangsur-angsur kemudian diganti dengan biaya yang benar-benar menunjukkan efisiensi. 3. Standar Normal Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang di bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal. Kenyataannya standar normal didasarkan pada rata-rata biaya di masa yang lalu, yang disesuaikan dengan taksiran keadaan biaya di masa yang akan datang. 4. Pelaksanaan Terbaik yang Dapat Dicapai (Attainable High Performance) Standar jenis ini banyak digunakan dan merupakan kriteria yang paling baik untuk menilai pelaksanaan. Standar ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya. Sedangkan menurut Supriyono (1996:99) jenis-jenis standar dapat dipertimbangkan penggunaannya oleh perusahaan harus didasarkan kepada faktorfaktor anggapan sebagai berikut: 1. Faktor Tingkat Harga Beberapa konsep tingkat harga yang dapat dipakai untuk menentukan harga pokok standar adalah: a. Standar Ideal (ideal standard) yaitu tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang paling rendah. b. Standar Normal (normal standard) yaitu tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga rata-rata yang diharapkan terjadi dalam siklus perusahaan. c. Standar Karen (current standard) yaitu tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga yang diharapkan akan terjadi di dalam periode akuntansi pemakaian standar. d. Standar Dasar (basic standard) yaitu tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga yang diharapkan terjadi pada tahun pertama (permulaan) penggunaan standar.

33 2. Faktor Tingkat Prestasi a. Standar Prestasi Teoritis (theoritical performance standard) yaitu didasarkan pada anggapan bahwa semua pelaksana akan dapat bekerja dengan tingkat yang paling efisien. b. Standar Prestasi Terbaik yang Dicapai (attainable good performance standard) yaitu didasarkan kepada standar prestasi teoritis dengan memperhitungkan hambatan-hambatan prestasi yang tidak dapat dihindari terjadinya. c. Standar Prestasi Rata-rata Masa Lalu (average past performance standard) yaitu mendasarkan kepada rata-rata prestasi masa lalu untuk menentukan standar prestasi yang akan datang. d. Standar Normal (normal performance standard) yaitu didasarkan atas prestasi dan efisiensi yang normal dapat dicapai oleh para pelaksana di waktu yang akan datang. 3. Faktor Tingkat Produksi a. Standar Kapasitas Teoritis (theoritical capacity standard) yaitu mendasarkan kepada kemampuan produksi suatu departemen atau pabrik pada kecepatan penuh tanpa berhenti. b. Standar Kapasitas Praktis (practical capacity standard) yaitu didasarkan kepada tingkatan produksi teoritis dikurangi dengan hambatan-hambatan kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari karena faktor internal perusahaan. c. Standar Kapasitas Normal (normal capacity standard) dihitung dari standar kegiatan teoritis dikurangi dengan hambatan-hambatan kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari baik yang datangnya dari faktor internal perusahaan maupun internal perusahaan. d. Standar Kapasitas yang Diharapkan (expected capacity standard) yaitu didasarkan atas prestasi dan efisiensi yang normal dapat dicapai oleh para pelaksana di waktu yang akan datang. 2.5.6 Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya dari Biaya Standar Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berbeda dengan analisis selisih biaya overhead pabrik. Dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas:

34 kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar; sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar, dan kapasitas normal (digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik). Oleh karena itu, pembahasan analisis selisih ini dibedakan menjadi dua: analisis selisih biaya produksi langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) dan biaya overhead pabrik. 2.5.6.1 Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung Menurut Mulyadi (1992:424) ada tiga model analisis selisih biaya produksi langsung: 1. Model Satu Selisih (The One-Way Model) 2. Model Dua Selisih (The Two-Way Model) 3. Model Tiga Selisih (The Three-Way Model) Model Satu Selisih (The One-Way Model) Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah ke dalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas. St = (HSt x KSt) (HS x KS) Dimana: St = Total selisih HSt = Harga standar KSt = Kuantitas standar HS = Harga sesungguhnya KS = Kuantitas sesungguhnya

35 Model Dua Selisih (The Two-Way Model) Dalam model analisis selisih ini, selisih antara bbiaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.rumus perhitungan selish dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini: SH = (HSt HS) x KS SK = (KSt KS) x HSt rumus perhitungan selisih harga rumus perhitungan selisih kuantitas Dimana: SH = Selisih harga SK = Selisih kuantitas/efisiensi HSt = Harga standar KSt = Kuantitas standar HS = Harga sesungguhnya KS = Kuantitas sesungguhnya Model Tiga Selisih (The Three-Way Model) Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam selisih: selisih harga, selisih kuantitas, dan selisih harga/kuantitas. Model dua selisih menjadi tidak teliti untuk memisahkan selisih harga dan selisih kuantitas jika harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya atau jika kuantitas sesungguhnya lebih tinggi dari kuantitas standar, namun sebaliknya harga sesungguhnya lebih rendah dari harga standar. Hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan tiga kemungkinan berikut ini: 1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan kuantitas sesungguhnya.

36 Rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya: SH = (HSt HS) x KSt untuk menghitung selisih harga SK = (KSt KS) x HSt untuk menghitung selisih kuantitas SHK = (HSt HS) x (KSt KS) untuk menghitung selisih gabungan Rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya: SH = (HSt HS) x KS untuk menghitung selisih harga SK = (KSt KS) x HS untuk menghitung selisih kuantitas SHK = (HSt HS) x (KSt KS) untuk menghitung selisih gabungan 2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. Perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi ini dilakukan dengan rumus berikut ini: SH = (HSt HS) x KS untuk menghitung selisih harga SK = (KSt KS) x HSt untuk menghitung selisih kuantitas Selisih harga/kuantitas sama dengan nol 3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya. Perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi ini dilakukan dengan rumus berikut ini:

37 SH = (HSt HS) x KSt untuk menghitung selisih harga SK = (KSt KS) x HS untuk menghitung selisih kuantitas Selisih harga/kuantitas sama dengan nol Perhitungan selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dengan berbagai model tersebut di atas disajikan berikut ini: a. Model Satu Selisih (1) Selisih Biaya Bahan Baku (KSt x HSt) (KS x HS) (2) Selisih Biaya Tenaga Kerja (JKSt x TUSt) (JKS x TUS) dimana: TUSt TUS JKSt JKS = tarif upah standar = tarif upah sesungguhnya = jam kerja standar = jam kerja sesungguhnya b. Model Dua Selisih (1) Selisih Biaya Bahan Baku (a) Selisih harga bahan baku (HSt HS) x KS (b) Selisih kuantitas bahan baku (KSt KS) x HSt (2) Selisih Biaya Tenaga Kerja (a) Selisih tarif upah (TUSt TUS) x JKS (b) Selisih efisiensi upah

38 (JKSt JKS) x TUSt c. Model Tiga Selisih (1) Selisih Biaya Bahan Baku (a) Selisih harga bahan baku (HSt HS) x KSt (b) Selisih kuantitas bahan baku (KSt KS) x HS (c) Selisih harga/kuantitas bahan baku tidak terdapat selisih (2) Selisih Biaya Tenaga Kerja (a) Selisih tarif upah (TUSt TUS) x JKSt (b) Selisih efisiensi upah (JKSt JKS) x TUSt (c) Selisih tarif/efisiensi upah (JKSt JKS) (TUSt TUS) 2.5.6.2 Selisih Biaya Overhead Pabrik Penentuan selisih biaya Overhead Pabrik dapat dilakukan dengan empat metode analisis yaitu: 1. Analisis satu selisih Dapat dihitung dengan rumus: BOPs - BOPst 2. Analisis dua selisih a. Selisih Terkendali BOPs AFKst Dimana:

39 BOPs AFKst = Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya = Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Standar b. Selisih Volume (JKst tetap JKst variabel) X tarif BOP tetap Dimana: JKst tetap = Jam Kerja Standar biaya tetap AFKst = Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Standar 3. Analisis tiga selisih a. Selisih Anggaran BOPs AFKs Dimana: BOPs = Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya AFKs = Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Sesungguhnya b. Selisih Kapasitas (JKs tetap JKs variabel) X tarif BOP tetap Dimana: JKs tetap = Jam Kerja Standar biaya tetap JKs variabel = Jam Kerja Standar biaya variabel Tarif BOP tetap = Tarif Biaya Overhead Pabrik tetap c. Selisih Efisiensi (JKs variabel JKst variabel) X tarif BOP Dimana: JKs variabel = Jam Kerja Sesungguhnya biaya variabel JKst variabel = Jam Kerja Standar biaya variabel Tarif BOP = Tarif Biaya Overhead Pabrik 4. Analisis empat selisih a. Selisih Anggaran BOPs AFKs b. Selisih Kapasitas (JKs tetap JKs variabel) X tarif BOP tetap c. Selisih Efisiensi Variabel (JKs variabel JKst variabel) X tarif BOP variabel d. Selisih Efisiensi Tetap (JKs tetap JKst tetap) X tarif BOP tetap Sedangkan menurut Mulyadi (1992:441) ada empat model analisis selisih biaya overhead pabrik sebagai berikut:

40 1. Model Satu Selisih (The One-Way Model) Dalam model ini, selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya. 2. Model Dua Selisih (The Two-Way Model) Selisih biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecah menjadi dua macam selisih: selisih terkendalikan, dan selisih volume. Selisih terkendalikan adalah perbedaan biaya overhead sesungguhnya dengan biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas standar, sedangkan selisih volume adalah perbedaan antara biaya overhead yang dianggarkan pada jam standar dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk (kapasitas standar dengan tarif standar) 3. Model Tiga Selisih (The Three-Way Model) Selisih biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecah menjadi tiga macam selisih: selisih pengeluaran, selisih kapasitas, dan selisih efisiensi. Selisih pengeluaran adalah perbedaan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. Selisih kapasitas adalah perbedaan antara biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk pada kapasitas sesungguhnya (kapasitas sesungguhnya dengan tarif standar). Selisih efisiensi adalah tarif biaya overhead pabrik dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya. 4. Model Empat Selisih (The Four-Way Model) Model empat selisih ini merupakan perluasan model tiga selisih. Dalam model ini, selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecah lebih lanjut menjadi dua selisih berikut ini: selisih efisiensi variabel dan selisih efisiensi tetap. 2.6 Pengendalian Biaya Produksi Biaya produksi merupakan faktor yang paling utama dalam pembentukan harga suatu produk. Tinggi rendahnya harga tergantung dari besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk mengendalikan biaya tersebut.

41 Usaha dalam pengendalian biaya produksi ini dapat dilakukan dengan penerapan biaya standar dalam mengurangi resiko adanya pemborosanpemborosan biaya untuk pengeluaran yang tidak perlu. Pengendalian biaya bisa dilihat dari besarnya harga pokok produk. Penetapan harga pokok ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metodemetode harga pokok proses (process cost method) dan metode harga pokok pesanan (job order cost method). Kedua metode tersebut merupakan upaya untuk mengendalikan biaya produksi. Semua pengeluaran menjadi teratur karena sudah melalui perencanaan sebelumnya. Dengan adanya pengendalian biaya produksi diharapkan tidak ada pengeluaran terhadap biaya-biaya yang sebenarnya tidak perlu sehingga pada akhirnya harga produk dapat ditekan. Dari penetapan biaya standar dan realisasi biaya yang terjadi akan muncul selisih biaya. Selisih inilah yang akan menggambarkan selisis yang merugikan atau menguntungkan sehingga dapat terlihat pengendalian biaya produksi sudah diterapkan dengan baik atau tidak. 2.7 Peran Perhitungan Biaya Standar dalam Pengendalian Biaya Produksi Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk artinya bahwa harus ada penentuan perhitungan biaya standar. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, maka dilakukan pemantauan apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Kemudian dilakukan

42 analisis terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya seharusnya (standar) dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut. Dari analisis penyimpangan dan penyebabnya tersebut manajemen akan dapat mempertimbangkan tindakan koreksi, jika hal ini perlu dilakukan. Dari analisis ini juga manajemen puncak akan dapat mengadakan penilaian prestasi para manajer di bawahnya. Dari selisih tersebut maka dapat diketahui bahwa selisih yang terjadi bersifat merugikan atau tidak, selain itu juga penerapan biaya standar ini berguna untuk menghindari adanya pemborosan biaya terhadap kebutuhan yang tidak perlu. Oleh karena itu penerapan biaya standar ini sangat berguna dalam upaya pengendalian biaya produksi. 2.8 Efisiensi Biaya Dengan pengendalian biaya produksi yang baik maka akan terjadi suatu efisiensi biaya dalam proses produksi. Efisiensi biaya yaitu bertindak dengan cara yang dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan biaya dalam melaksanakan atau menghasilkan sesuatu. Suatu perusahaan yang dapat melakukan proses produksi dengan biaya yang efisien maka akan memperoleh laba yang diharapkan. Dengan kata lain tujuan perusahaan yang berorientasi pada profit oriented akan tercapai.