PROSIDING ISBN :

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

beberapa kali, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan pada pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

BAB III METODE PENELITIAN

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PTK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII b SMP NEGERI 1 TIRAWUTA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4 ISSN X

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 10 Karamat Melalui Media Gambar Pada Pembelajaran IPA Materi Tentang Alat-Alat Indera

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Telaga pada Semester Ganjil Tahun Ajaran Objek dalam

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM

PROSIDING ISBN :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat Benda Bagi Siswa Kelas IV di SD Alkhairat Bale

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm

BAB III METODE PENELITIAN

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab metode penelitian ini akan diuraikan mengenai pendekatan dan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI METODE COLEGA MEDIASI. Titin Hartini 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Wetan Kabupaten Karawang. SDN Cilamaya I merupakan sekolah tempat penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah di Kelas V SDN Randegan Wetan II yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 4 RSBI SMPN 1 Bandar

PROSIDING ISBN :

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lampung Selatan ini menggunakan konsep model Kemmis dan McTaggart

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SDNegeri Cimanggu yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Hasil penelitian yang untuk mendapatkan gambaran secara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

Transkripsi:

P - 66 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SISWA KELAS IXF SMP NEGERI 2 IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA Rosalia Hera Rahayuningrum SMP Negeri 2 Imogiri Bantul Yogyakarta Rosalia_HR@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika melalui metode penemuan terbimbing dan mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IXf di SMP Negeri 2 Imogiri Bantul. Tindakan ini dilaksanakan dua siklus. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi, wawancara siswa, catatan lapangan, angket siswa dan tes tertulis. Langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing yaitu : (1) guru memberikan apersepsi, motivasi, tujuan permasalahan dan LKS serta alat peraga yang dibutuhkan, (2) siswa berkelompok menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis LKS tersebut untuk menyelesaikan masalah (3) Guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4)Siswa mempresentasikan hasil kegiatan (5) Siswa menyimpulkan hasil yang telah ditemukan dengan bimbingan guru (6) Guru memberikan soal latihan. Adapun peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas pada pre-tes sebesar 48.15, nilai tes siklus 1 sebesar 65.81, nilai tes siklus 2 sebesar 73.3, dan meningkat lagi pada nilai post-tes sebesar 76.56. Setiap aspek kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan perincian persentase rata-rata skor setiap aspek kemampuan pemecahan masalah dari siklus 1 ke siklus 2 adalah (a) mendefinisikan masalah dari 95.56 menjadi 97.4, (b) merencanakan pemecahan masalah dari 76. menjadi 82.98, (c) menyelesaikan masalah dari 54.81 meningkat menjadi 63.26, (d) mengevaluasi kembali pemecahan masalah dari 36.89 menjadi 49.93. Berdasarkan hasil angket persepsi siswa, siswa memberikan persepsi yang positif terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Kata Kunci : Kemampuan pemecahan masalah, metode penemuan terbimbing A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika menuntut siswa untuk menguasai konsep matematika yang digunakan sebagai dasar untuk memecahkan permasalahan. Memecahkan masalah matematika merupakan kegiatan rutin pembelajaran matematika, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang definisi, pemahaman tentang algoritma dan pemahaman tentang teorema yang harus dikuasai. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 213 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Menurut Nasution (23:17) memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah yang baru. Martinis Yamin (27:3) juga mengungkapkan pemecahan masalah adalah keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. Salah satu materi pembelajaran di kelas IX semester ganjil adalah bangun ruang sisi lengkung yaitu tabung, kerucut, bola. Menurut pengamatan guru pada tahun ajaran sebelumnya, siswa mengalami kesulitan terutama dalam memahami konsep benda ruang yaitu menemukan konsep luas permukaan dan volume dari benda ruang tabung kerucut dan bola. Siswa juga belum mampu dalam menyelesaikan masalah bangun ruang sisi lengkung yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi kepada siswa kelas IX diperoleh keterangan bahwa kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika masih rendah. Ketika dihadapkan soal penyelesaian masalah, siswa masih kelihatan bingung dan memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (a)siswa kesulitan dalam memahami konsep,(b)siswa belum mampu menyusun model matematika dan mencari penyelesaiannya,(c)siswa kurang termotivasi belajar matematika, (d) kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran matematika,(e) kurangnya pemanfaatan instrumen dan metode pembelajaran matematika Suherman, dkk (23:6-7) menyatakan bahwa metode pembelajaran matematika cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat memahami materi yang dipelajari. Salah satu metode pembelajaran matematika adalah metode penemuan terbimbing. Menurut Ruseffendi (Markaban, 26:8) metode penemuan terbimbing adalah metode yang melibatkan siswa secara optimum dalam menemukn rumus atau teorema, sedangkan guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Kelebihan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut : (1)Siswa dapat berpartisipsi aktif dalam pembelajaran yang disajikan; (2)Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan); (3)Mendukung kemampuan problem solving siswa; (4) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam prses menemukannya. Melihat pemasalahan masih rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, peneliti tertarik untuk menerapkan metode penemuan terbimbing sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampaun memecahkan masalah matematika siswa kelas IX f SMP N 2 Imogiri Bantul. Dipilih metode penemuan terbimbing karena metode tersebut merupakan salah satu metode yang dapat mendayagunakan kemampaun baik siswa maupun guru dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika melalui metode penemuan terbimbing melibatkan siswa secara aktif dengan menemukan sendiri baik teorema, rumus, maupun dalil, sedangkan guru sebagai mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan instrumen, memenuhi kebutuhan siswa, dan membimbing siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menuntut keaktifan, ketekunan, kreativitas, dan ketrampilan proses dalam pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran melibatkan partisipasi siswa secara optimal. Jika siswa terlibat secara aktif di dalam menemukan suatu prinsip dasar, maka siswa akan memahami konsep lebih baik, mengingat materi lebih tahan lama dan mampu menggunakannya ke dalam konteks yang lain. Selain itu metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan minat siswa untuk mempelajari matematika. (Herman Hudojo, 23:113). Dengan metode penemuan terbimbing diharapkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika meningkat dan siswa dapat dengan terampil menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk memecahkan suatu masalah matematika. Yogyakarta, 9 November 213 MP - 51

2. Rumusan Masalah Bagaimana meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan metode penemuan terbimbing dan mengetahui persepsi siswa kelas IXf terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan? 3. Tujuan Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan metode penemuan terbimbing dan mengetahui persepsi siswa kelas IXf terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4. Manfaat a. Siswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika terutama materi bangun ruang sisi lengkung. b. Guru termotivasi untuk melaksanakan metode pembelajaran yang tepat selama proses pembelajaran matematika. c. SMP Negeri 2 Imogiri diharapkan dapat meningkatkan sumberdaya guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu bentuk kegiatan profesionalisme guru. B. METODE PENELITIAN 1. Subyek Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Imogiri pada semester ganjil mulai bulan Agustus sampai September 211. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXf yang terdiri dari 27 orang siswa yaitu 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Obyek penelitian ini adalah keseluruhan proses pada pelaksanaan metode penemuan terbimbing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat pertemuan, dan di setiap akhir siklus diadakan tes. Teknik pengumpulan data bersumber dari hasil observasi, tes, angket, catatan lapangan, dan foto dokumentasi. 2. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan Model Spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Rochiati Wiriaatmadja,25:66) yang menggunakan empat tahap penelitian tindakan yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Tahap penelitin tindakan yang dikembangkan Kemmis dan Taggart dapat digambarkan sebagai berikut : Observe Observ Refleks Act Refleks Act Plan Plan Gambar 1: Desain PTK Model Kemmis dan Taggart Secara lebih rinci prosedur penelitian dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut : Tahapan Penelitian Siklus I a. Perencanaan : peneliti mengembangkan dan mempersiapkan silabus,rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi pelaksanaan metode penemuan terbimbing, lembar kerja siswa, lembar, pedoman wawancara dan soal pretes b. Tindakan : pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini dilakukan dalam empat pertemuan. Materi yang akan dipelajari adalah luas permukaan bangun ruang sisi lengkung. Adapun tahapan tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan Guru menyampaikan petunjuk pelaksanaan metode penemuan terbimbing dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi luas permukaan bangun ruang sisi lengkung. Yogyakarta, 9 November 213 MP - 511

2. Kegiatan Inti a). Siswa belajar dalam kelompok dengan berdiskusi mengerjakan LKS dan media yang diberikan guru. b). Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS dan memberi arahan pada kelompok yang kesulitan. c). Sisiwa menyelesaikan masalah yang terdapat dalam LKS, kemudian mengecek kembali jawaban yang diperoleh d). Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain memberi komentar terhadap hasil presentasi e). Guru memberi penjelasan terhadap materi yang belum jelas f). Siswa mengerjakan tes secara individu. 3. Penutup a). Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b). Guru menyampaikan informasi tentang meteri yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. c). Siswa diberi tugas c. Observasi: pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan lembar catatan lapangan.. d. Refleksi : untuk perbaikan proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Tahapan Penelitian Siklus II Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Tahapan tindakan siklus II mengikuti tahapan tindakan siklus I. 3. Instrumen Penelitian Sumber data utama adalah siswa, guru dan proses pembelajaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh berupa hasil observasi, wawancara, tes, angket, catatan lapangan dan dokumentasi. Observasi difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran pada materi bangun ruang sisi lengkung. Sedangkan wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses pembelajaran yang dilaksanakan. Tes dilakukan untuk dapat mengukur kemampuan memecahkan masalah matematika siswa setelah mempelajari materi bangun ruang sisi lengkung dengan melaksanakan metode penemuan terbimbing. Angket dilakukan dengan cara dibagi pada siswa dan diisi untuk mengetahui respon siswa selama proses pembelajaran dengan melaksanakan metode penemuan terbimbing, sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan dokumentasi diperoleh dari laporan hasil tes siswa, perangkat pembelajaran, dan foto-foto kegiatan pembelajaran. Seluruh data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa deskripsi dari proses pembelajaran. 4. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Pelaksanaan Pembelajaran Analisis data untuk menggambarkan proses pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing yang terdapat pada lembar observasi pelaksanaan metode penemuan terbimbing, catatan lapangan, angket, dan hasil wawancara Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami, dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. 2. Analisis Hasil Belajar Tes hasil belajar siswa diberikan empat kali yaitu pre-test, tes siklus I, tes siklus II, dan post-test. Pemberian skor berdasarkan indikator : a) Siswa mampu mengidentifikasi masalah yaitu dapat menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah yang sedang dihadapi. b) Siswa mampu merencanakan penyelesaian masalah yaitu dapat menetapkan model dan menuliskan rumus yang digunakan untuk memecahkan masalah. Yogyakarta, 9 November 213 MP - 512

c) Siswa mampu menyelesaikan masalah sesuai rencana yaitu dapat melakukan operasi hitung dengan benar. d) Siswa memeriksa kembali penyelesaian yang diperolehnya yaitu menjawab apa yang ditanyakan dan menarik kesimpulan serta mengecek kembali perhitungan yang diperoleh. Tabel 1. Kriteria Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika No Nilai (x) Kriteria 1 83 x 1 Sangat Tinggi (ST) 2 73 x > 83 Tinggi (T) 3 63 x > 73 Lebih dari Cukup (LC) 4 53 x > 63 Cukup (C) 5 43 x > 53 Hampir Cukup (HC) 6 33 x > 43 Kurang (K) 7 x > 33 Sangat Kurang (SK) 3. Analisis angket persepsi siswa Analisis angket persepsi siswa diberikan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Pembelajaran Siklus I a. Sebelum pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, siswa mengerjakan soal pre-tes dan siswa mengisi angket persepsi siswa, untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan siswa mengenai materi bangun ruang sisi lengkung, b. Pembelajaran pada siklus I, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing. c. Diskusi kelompok belum berjalan dengan baik, terdapat siswa yang belum terlibat dalam menggunakan alat peraga dan mengerjakan LKS menemukan rumus luas permukaan tabung, kerucut dan bola. Gambar 3. Aktivitas siswa menggunakan alat peraga d. Pelaksanaan presentasi siswa yang belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan presentasi masih harus ditunjuk oleh guru, siswa hanya menuliskan jawaban di papan tulis dan belum menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Gambar 4. Aktivitas siswa dalam diskusi dan presentasi e. Pelaksanaan tes siklus I belum berjalan baik, masih ada siswa yang melihat pekerjaan teman, dan bertanya pada teman sebelahnya atau belakangnya. f. Hasil perolehan nilai pre-tes terdapat 2 siswa yang tuntas (7,8%), dengan nilai rata-rata 48,15 dengan kriteria hampir cukup. Sedangkan hasil tes siklus I, terdapat 13 siswa tuntas belajar (48%), dengan nilai rata-rata 65,81 dengan kriteria lebih dari cukup. Yogyakarta, 9 November 213 MP - 513

Nilai 1 PRE-TES TES pre-tes SIKLUS I 1 4 7 11316 192225 g. 1 4 7 11316192225 Gambar 5. Distribusi Hasil Pre test dan Tes Siklus I 2. Deskripsi Hasil Pembelajaran Siklus II a. Pada siklus II ini siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing. b. Diskusi kelompok sudah berjalan dengan baik. Dalam mengerjakan LKS sudah menunjukkan peningkatan. Masing-masing siswa bekerjasama dengan kelompoknya dalam menggunakan alat peraga untuk menemukan rumus volume tabung, kerucut dan bola.semua kelompok sudah paham mengenai penemuan rumus volume dan hasil penyelesaian soalnya c. Presentasi siswa sudah berjalan dengan baik, mereka sudah berani maju tanpa ditunjuk oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan siswa aktif dan antusias mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas, dan berani mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada kelompok lain. Kelompok lain juga aktif bertanya jika terdapat perbedaan dalam penyelesaian soal pemecahan masalah. d. Pelaksanaan tes sudah berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan keseriusan siswa dalam mengerjakan tes siklus II. e. Hasil perolehan nilai tes siklus II terdapat 2 siswa yang tuntas belajar (74%), dengan nilai rata-rata 73,3 dengan kriteria tinggi. Sedngkan nilai post-tes terdapat 24 siswa yang tuntas (85%), dengan nilai rata-rata 76,56 dengan kriteria sangat tinggi. Rata-rata nilai siswa yang diperoleh dari tes siklus II dan post-tes mengalami peningkatan. Hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa secara akademik dan peningkatan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. NILAI 1 TES SIKLUS II 1 15 TES SIKL US II NILAI Gambar 6. Distribusi Hasil Tes Siklus II dan Post-tes 3. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar matematika. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing meningkat. Gambaran hasil belajar siswa selama berlangsungnya pembelajaran dapat ditinjau dari hasil tes pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Rekap tes hasil belajar siswa dengan metode penemuan terbimbing No Nama Tes Nilai Rata-rata Jumlah siswa Ketuntasan Kriteria tuntas belajar (%) 1 Pre-Tes 48,15 2 7,4 % Hampir cukup 2 Tes Siklus I 65,81 13 48 % Lebih dari cukup 3 Tes Siklus II 73,3 2 74 % Tinggi 4 Post-Tes 76,56 24 85 % Tinggi Sedangkan tes hasil belajar siswa dapat ditunjukkan oleh diagarm garis di bawah ini. NILAI 1 1 1 7 131925 TES SIKLUS I POST-TES POST- TES Yogyakarta, 9 November 213 MP - 514

NILAI 1 5 TES HASIL BELAJAR 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 PRE-TES TES SIKLUS I TES SIKLUS II Gambar 7. Distribusi Tes Hasil Belajar Siswa Tes pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan mulai dari pre-tes, tes siklus I, tes siklus II, dan post-test. Ini berarti ketuntasan belajar siswa meningkat dan siswa semakin memahami pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Tabel 3. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah No Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Tes SiklusI(%) Tes SiklusII (%) 1 Mengidentifikasi masalah 95.56 97.4 97.78 2 Merencanakan pemecahan masalah 76. 82.98 85.93 3 Menyelesaikan masalah 54.81 63.26 68.89 4 Mengevaluasi kembali pemecahan masalah 36.89 49.93 53.63 Rata-rata 65.81 73.3 76.56 Post-test (%) Kriteria Lebih dari Tinggi Tinggi cukup Dari Tabel 3 di atas diperoleh bahwa adanya peningkatan pada setiap aspek kemampuan pemecahan masalah, meliputi mengidentifikasi masalah meningkat dari 95.56 pada tes siklus I menjadi 97.4 pada tes siklus II, dan meningkat lagi pada post-test. Aspek merencanakan pemecahan mengalami peningkatan dari 76. pada siklus I menjadi 82,98 pada siklus II, dan meningkat lagi pada post-tes 85.93. Pada aspek menyelesaikan masalah juga mengalami peningkatan dari 54.81 pada siklus I menjadi 63.26 pada siklus II, dan menjadi 68.89 pada post-tes. Pada aspek mengevaluasi kembali pemecahan masalah juga mengalami peningkatan dari 36.89 pada siklus I menjadi 49.93 pada siklus II dan menjadi 53.63 pada post-tes. Peningkatan ditunjukan oleh kriteria pada setiap tes. Pada pre-tes nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah 65.81 dengan kriteria lebih dari cukup. Pada tes siklus II nilai rata-rata sebesar 73.3 dengan kriteria tinggi, dan semakin meningkat pada post-tes dengan nilai rata-rata 76.56 dengan kriteria tinggi. Dari hasil angket persepsi siswa sebelum pelaksanaan dengan sesudah pelaksanaan metode penemuan terbimbing, ternyata mengalami peningkatan pada setiap aspek yaitu kesenangan, kenyamanan, ketertarikan, termotivasi, dan pemahaman. Tabel 4. Hasil Angket Persepsi Siswa No Aspek Sebelum Kriteria Sesudah Kriteria Pelaksanaan Pelaksanaan 1 Kesenangan 62.4 Baik 66.67 Baik 2 Kenyamanan 54.64 Cukup 6.49 Baik 3 Ketertarikan 57.87 Cukup 61.11 Baik 4 Termotivasi 56.11 Cukup 66.48 Baik 5 Pemahaman 56.2 Cukup 66.67 Baik Dari tabel 4 di atas menunjukkan bahwa terhadap peningkatan dari setiap aspek menunjukkan kriteria dari cukup menjadi baik. Dengan demikian angket persepsi siswa Yogyakarta, 9 November 213 MP - 515

menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing yang menunjukkan kriteria baik. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung siswa kelas IXf SMPN 2 Imogiri meningkat setelah diterapkan metode penemuan terbimbing. b. Kualitas proses pembelajaran matematika di kelas IXf SMPN 2 Imogiri meningkat setelah diterapkan metode penemuan terbimbing. Saran a. Bagi Siswa : setiap siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran matematika di kelas dan menjalin interaksi antar siswa maupun interaksi dengan guru sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. b. Bagi Guru : melalui kolaboratif dalam penelitian tindakan kelas guru dapat mengetahui gambaran pembelajaran matematika yang efektif berdasarkan masalah yang muncul di kelas, sehingga dapat dipakai sebagai upaya peningkatan intensitas belajar siswa. c. Bagi Kepala Sekolah : (a) kepala sekolah dapat melakukan pemantauan tentang proses pembelajaran di kelas sehingga dapat mengetahui situasi pembelajaran di kelas dan masalah-masalah yang muncul dari masing-masing kelas. (b) kepala sekolah dapat melakukan pembinaan kepada guru-guru tentang metode atau model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan masalah yang terjadi di kelas. E. DAFTAR PUSTAKA Erman Suherman, dkk. (23). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI. Herman Hudojo. (23). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA UNM. Markaban. (26). Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekaran Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen pendidikan nasioanal pusat pengembangan dan penataran guru matematika. (http://members.lycos.co.uk/linkmatematika/materidiklat/ppp_penemuan_terbimbing.pdf) Martinis Yamin. (27). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Nasution. (23). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. (25). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rachmadi Widdharto. (24). Model-model Pendekatan Matematika SMP. Yogyakarta: Departeman Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah Pusat engembangan dan Penataran Guru Matematika (PPPG) Matematika. (http://mat.um.ac.id/alatperaga/pbm/modelpembelajaran1.pdf) Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departeen Pendidikan dan Kebudayaan. Lia Ariani. (28). Peningkatan Minat Belajar Matematika melalui Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika di SMPN I Pleret Kelas VIII a. Abstrak-Skripsi. Yogyakarta: UNY. Yogyakarta, 9 November 213 MP - 516