Upstream dan Downstream Ter-Integrasi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. baku menjadi produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pertumbuhan industri

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BABI PENDAHULUAN '1. I, p-xylene m-xylene o-xylene ethylbenzene Gambar Ll Bentuk molekul dari isomer xylene

Pengolahan Minyak Bumi

Public Expose PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Jakarta, 8 Juni 2015

BAB I. A. Latar Belakang

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dalam bidang industri yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Asam Tereftalat dari Paraxylene dan Udara Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya kebutuhan manusia, perkembangan industri-industri di Indonesia juga meningkat.

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

KAJIAN DAMPAK PENGGUNAAN PLASTIK PVC TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALTERNATIFNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN .1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)

MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA

BAB II CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU)

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Ir. Imam Syafril, MT NIP

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

PROFIL INDUSTRI PETROKIMIA HULU

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.

DAFTAR ISI 1. PROSPEK INDUSTRI DAN PEMASARAN BAHAN KIMIA PULP & KERTAS DI INDONESIA 1. - i- DAFTAR ISI PROFIL INDUSTRI KIMIA DI INDONESIA, 2017

REVIEW JURNAL EFFECT OF ZEOLITE CATALYST ON PYROLYSIS LIQUID OIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Industri bahan intermediate (setengah jadi) di Indonesia sedang

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC)

Pengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride monomer Dengan Proses Pirolisis Ethylene Dichloride Kapasitas 150.

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI PRODUK PETROLEUM DAN CHEMICAL DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Prancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzen Kapasitas ton/tahun A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Polyethylene terephthalate dibuat melalui dua tahapan proses, yaitu proses esterifikasi

Achmad Huda Fauzi Adzima ( ) Fajar Nur Hidayati ( ) Farha Kamilah ( ) Maryam Mardiyyah ( ) Saefuddin ( )

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Cyclohexane Proses Hidrogenasi Benzene Kapasitas Ton / Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II DESKRIPSI PROSES

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

PABRIK ACETALDEHYDE DARI ACETYLENE DENGAN PROSES HIDRASI PRA RENCANA PABRIK

TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Jenis pengujian atau. Spesifikasi, metode pengujian, yang diuji. sifat-sifat yang diukur

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-xylene Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM PERTAMINA. Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN PERTAMINA Januari 2015

PAPARAN PUBLIK PT POLYCHEM INDONESIA

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID DENGAN PROSES VAPOR PHASE PRA RENCANA PABRIK. Oleh : MOHAMAD HAMDAN SULTONIK

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

DIREKTORAT PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN BERACUN BERBAHAYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

II. DESKRIPSI PROSES

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Lokasi Area Kilang Minyak

1). Bahan bakar cair (BBM)

Prarancangan Pabrik Allyl Chloride dari Propylene dan Gas Chlor dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

DIREKTORAT PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN BERACUN BERBAHAYA

BAB X VISBREAKING PROCESS

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pirolisis Campuran Sampah Plastik Polistirena Dengan Sampah Plastik Berlapisan Aluminium Foil (Multilayer)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

Prarancangan Pabrik Tetrafluoroethylene dari Chlorodifluoromethane dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

The only one & The largest Integrated Olefin Petrochemical Company in Indonesia In Cilegon Banten Province - Indonesia

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

Optimasi Injeksi Demulsifier Sebagai Respon Terhadap Proses Acidizing

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi

Transkripsi:

Upstream dan Downstream Ter-Integrasi Tujuan: Untuk menciptakan kemandirian energy, industry dan meningkatkan ketahanan energy dan industry nasional melalui pembangunan Upstream dan Downstream yang terintegrasi. Latar Belakang: Produksi minyak dan gas bumi masih dijadikan komoditi dan bahan bakar. Perlu merubah paradigma bahwa minyak bumi dan gas alam yang dahulu hanya diperuntukkan memproduksi komoditi dan bahan bakar semata, tetapi sekarang minyak bumi dan gas alam seharusnya digunakan untuk kepentingan ketahanan dan kemandirian industry dan energy nasional. Untuk itu perlu dibangun suatu kawasan industry yang menyeluruh dari industry hulu minyak dan gas bumi sampai dengan industry hilir petrochemical. Dengan dibangunnya satu kawasan terintegrasi antara Upstream dan Downstream maka akan mendapatkan beberapa keuntungan antara lain: 1. Meningkatkan ketahanan energy nasional. 2. Meningkatkan ketahanan industry nasional. 3. Meningkatkan efisiensi plant dan industri. 4. Meningkatkan profit perusahaan dan devisa negara. 5. Mengurangi losses hydrocarbon karena dibakar di flare dan losses karena transportasi. 6. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja 7. Meningkatkan pelabuhan dan pelayaran dengan adanya berbagai produk industry hilir. 8. Meningkatkan industry penunjang di area kawasan terintegrasi seperti kontraktor service workshop, warehouse, dan lainnya. 9. Meningkatkan infrastruktur daerah. 10. Meningkatkan fasilitas listrik, air dan telekomunikasi untuk kebutuhan industry dan masyarakat. Benefit Berikut adalah perbandingan keuntungan jika Refinery hanya memproduksi Bahan Bakar dibandingkan dengan di integrasikan dengan petrochemical downstream industry. 1 P age

Tabulasi hasil berikut hanya sebagai gambaran dan keakuratan hasil perhitungan sangat tergantung dengan hal hal berikut ini: 1. Komposisi Crude Oil kemungkinan bisa berbeda antara actual dan perkiraan. 2. Harga komoditi bisa berubah setiap waktu. Table 1. Crude Oil memproduksi Bahan Bakar Daily Rate Bahan Baku Flowrate USD Product Flowrate USD Crude Oil 300,000.00 BPD 13,200,000.00 LPG 120 MT/D 57,600.00 Light Naphtha 75,000.00 BPD 3,300,000.00 Gasoline 90,000.00 BPD 6,955,200.00 Diesel 19,500.00 BPD 1,240,100.68 Kerosene 16,500.00 BPD 1,247,400.00 Heavy Fuel 9,000.00 BPD 551,880.00 13,352,180.68 Gross Profit 152,180.68 Table 2. Crude Oil terintegrasi dengan Petrochemical Downstream Industri. Daily Rate Bahan Baku Flowrate USD Product Flowrate USD Crude Oil 300,000.00 BPD 13,200,000.00 LPG 120 MT/D 57,600.00 Diesel 19,500.00 BPD 1,240,100.68 Heavy Fuel 9,000.00 BPD 551,880.00 Polyethylene 958.90 MT/D 1,342,465.75 Polipropylene 958.90 MT/D 1,298,356.16 Polystyrene 821.92 MT/D 764,383.56 LAB 1786.5753 MT/D 2,158,183.01 PVC 575.34247 MT/D 460273.9726 Toluene 273.9726 MT/D 183287.6712 O Xylene 328.76712 MT/D 238356.1644 Gasoline 59,442.27 BPD 4,593,698.63 Polyester 958.90 MT/D 1,112,328.77 PET 657.53 MT/D 1,315,068.49 Gross Profit 2,115,982.87 15,315,982.87 2 P age

Minyak Bumi dan Gas Alam. Bahan baku dari bahan bakar, refinery dan petrochemical adalah minyak bumi dan gas alam. Dari sumur produksi akan dihasilkan crude oil dan gas. Dari beberapa sumur produksi, crude oil dan gas akan digabungkan di dalam production manifold yang selanjutnya di kirim ke separator. Di separator, antara water, oil dan gas akan dipisahkan. Oil akan dikirim ke dalam tanki penyimpanan Crude Oil. Sedangkan gas akan dikirim ke Gas Treatment dan Gas Plant untuk menghilangkan impurities dan memisahkan condensate. Gas setelah dihilangkan impurities H2S, CO2, dan Hg, selanjutnya dimasukkan ke dalam Gas plant untuk dipisahkan antara C1, C2, C3, C4 dan C5+ (Condensate). C3 dan C4 selanjutnya diproses di LPG plant untuk menghasilkan LPG, sedangkan C2 yang merupakan bahan baku ethylene cracker, selanjutnya dikirim ke Olefin Cracker plant. C1 akan dijadikan fuel gas, atau dijual sebagai gas alam atau dicairkan di LNG plant untuk dijual sebagai produk LNG. Condensate hasil produksi dari Gas Plant selanjutnya di campur dengan crude oil dari separator dan dimasukkan ke dalam tanki Crude Oil Tanki Crude Oil adalah bahan baku untuk proses selanjutnya di Refinery. Refinery Refinery dimulai dengan distillation atau fraksinasi untuk memisahkan crude oil menjadi beberapa golongan hydrocarbon sesuai dengan titik didihnya. Produk dari distilasi berupa LPG, Light Naphtha, Heavy Naphtha, Kerosene, Diesel, fuel oil dan Resid, selanjutnya diproses untuk mendapatkan produk yang lebih bernilai dengan merubah ukuran dan struktur molekul melalui cracking, reforming dan proses konversi lainnya. Proses conversion tersebut diikuti juga dengan bermacam pengolahan seperti ekstraksi, hydrotreating, distilasi dan pemurnian untuk mendapatkan produk dengan spesifikasi yang diinginkan dan juga menghilangkan impurities yang tidak diinginkan. Refinery yang terintegrasi meliput fraksinasi, reactor konversi, pemurnian dan juga proses pencampuran dan juga diikuti oleh proses di petrochemical dan polimerisasi. Di dalam Refinery terdapat beberap unit operasi seperti: Crude Distillation Unit: untuk memisahkan hydrocarbon berdasarkan titik didihnya. Di dalam Atmospheric Crude Distillation Unit, Crude Oil dipisahkan menjadi: LPG, Light Naphtha, Heavy Naphtha, Kerosene, Diesel dan Residue. 3 P age

Residue kemudian dimasukkan ke dalam Vacuum Distillation Unit untuk mengambil gas oil dari Crude Oil dan sisa nya akan dimasukkan ke dalam Lube Oil plant untuk memproduksi Lubrication Oil. Platforming Fungsi proses ini yang pada awalnya adalah untuk meng upgrade straight run naphtha dengan angka oktan rendah menjadi komponen motor fuel ber oktan tinggi dengan mempromote terjadinya sejumlah reaksi kimia tertentu. Penerapan proses reforming kemudian berkembang untuk produksi hidrokarbon aromatic spesifik. Continuous Catalytic Regeneration CCR Platforming dianggap merupakan suatu terobosan karena memungkinkan reactor untuk beroperasi pada severity yang ekstra tinggi tanpa sebelumnya perlu dilakukan shutdown untuk mengembalikan catalyst activity. Aromatic Plant Dengan mengkombinasikan proses reforming dengan ekstraksi aromatic dan fraksinasi, dapat dihasilkan benzene, toluene, dan mixed xylene dengan kemurnian tinggi. Hasil dari Aromatic Plant antara lain: 1. C5 dikirim ke Olefin Cracker untuk bahan baku cracker. 2. Benzene (BZ) digunakan untuk bahan baku proses selanjutnya seperti Alkyl Benzene Plant, Styrene Monomer 3. Toluene (TOL) digunakan sebagai solvent. 4. Xylene (XL) : Ortho Xylene dan Para Xylene digunakan sebagai bahan baku solvent, bahan baku process selanjutnya untuk pembuatan sintetis fiber atau textile, seperti polyester dan PET. Olefin Cracker Olefin Cracker digunakan untuk menghasilkan Ethylene dan Propylene. Bahan baku gas C2, C3 dan C4 dan juga bahan baku cair Light Naphtha dimasukkan ke dalam furnace untuk dilakukan cracking process untuk menghasilkan Ethylene dan Propylene. 4 P age

Poly Ethylene Ethylene dari Olefin Cracker dikirim ke dalam Polyethylene untuk menghasilkan bijih plastic polyethylene. Polyethylene plant menggunakan 2 process yaitu High Pressure untuk menghasilkan Low Density Polyethylene dan Low Pressure untuk menghasilkan High Density Polyethylene. Polyethylene digunakan untuk bahan baku bijih plastic baik jenis HDPE maupun LDPE. Poly Propylene Monomer Propylene dari Olefin Cracker dicampur dengan commoner yang lainnya dimasukkan ke dalam reactor untuk mendapatkan polymer yang diinginkan. Hydrogen dimasukkan ke dalam reactor untuk mengontrol berat molekul yang diinginkan. Kondisi operasi polymerization seperti suhu, tekanan dan komposisi bahan baku diatur untuk mendapatkan grade yang diinginkan. Polypropylene digunakan untuk bahan baku bijih plastic. Vinyl Chloride Monomer Bahan baku dari PVC adalah VCM monomer. Untuk menghasilkan VCM monomer, Ethylene dari Olefin Cracker dimasukkan ke dalam Chlorination yang dicampur dengan Cl2 untuk menghasilkan Ethylenedichloride. Ethylenedichloride selanjutnya diprocess di thermal cracking untuk menghasilkan VCM monomer. Sebagian product samping HCL akan dicampur dengan Ethylene dan dilakukan proses Oxychlorination dengan mencampur O2 untuk menghasilkan Ethylenedichloride. Ethylenedichloride selanjutnya dilakukan thermal cracking untuk menghasilkan VCM monomer. Polyvinyl Chloride VCM monomer direaksikan di polymerisasi menghasilkan PVC. PVC adalah resin plastic yang banyak digunakan karena beberapa kelebihan yaitu: mudah dibentuk, tahan lama, kuat, tahan korosi, tahan chemical, fire retardant, dan mempunyai sifat low thermal conductivity. Ethylbenzene/ Styrene Monomer Di Ethylbenzene plant, Benzene dari Aromatic Plant dilakukan proses Alkylasi dengan penambahan Ethylene dari Olefin Cracker sehingga terbentuk Ethylbenzene. Ethylbenzene selanjutnya dilakukan dehydrogenasi dengan melepaskan Hydrogen untuk menghasilkan 5 P age

Styrene Monomer. Selanjutnya Styrene Monomer dikirimkan ke Polystyrene sebagai bahan baku, untuk proses polimerisasi. Polystyrene Styrene Monomer di masukkan ke dalam reactor polimerisasi untuk dijadikan Polystyrene. Polystyrene resin banyak digunakan di injection moulding, extrusion, juga digunakan dalam kemasan elektronik, cover CD/ DVD, di konstruksi polystyrene juga digunakan untuk bahan foam insulator, atap, dan juga mainan anak anak. Molex dan Paraffin Convert to Olefin (PACOL plant) Kerosene yang merupakan produk dari kolom distillasi di Refinery, dikirim ke unit Molex untuk diambil n parrafin C10 C13 linear. N parrafin C10 C13 linear kemudian dimasukkan ke dalam PACOL plant untuk dikonversi menjadi C10 C13 linear alkena. C10 C13 linear alkena merupakan bahan baku untuk LAB plant. Linear Alkyl Benzene Bahan baku detergent Alkyl Benzene Sulfonate adalah Linear Alkyl Benzene. C10 C13 linear alkena dari LAB plant dikirim ke LAB plant dengan menambahkan Benzene. Benzene merupakan produk dari Aromatic plant. C10 C13 linear alkena direaksikan dengan Benzene akan menjadi Linear Alkyl Benzene. Selanjutnya Linear Alkyl Benzene dijadikan Alkyl Benzene Sulfonate di LAS plant. Alkyl Benzene Sulfonate merupakan bahan baku detergent yang digunakan untuk keperluan mencuci. Purified Terephthalic Acid Purified Terephthalic Acid (PTA) adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat polyester bahan textile, plastic PET, film dan resin. PTA dibuat dari Paraxylene (PX) yang merupakan produk dari Aromatik plant. PTA adalah bahan baku utama dari proses polimerisasi selanjutnya untuk membuat: 1. Industri textile Poliester untuk memproduksi fibers dan benang, yang selanjutnya untuk kebutuhan industry textile. 2. PET (Polyethylene Terephthalate) industry untuk memproduksi botol plastic, microwave, x ray dan potograpic film, tempat penyimpanan, beberapa produk yang digunakan untuk industry otomotive seperti bagian mobil dan lapisan atap dan industry kesehatan seperti popok 6 P age

Production Wells Gas Treatment and Gas Plant LNG Plant LNG Product Ethylene Cl2 O2 VCM VCM PVC PolyVinylChloride C2 Ethylene PolyEthylene PolyEthylene Separation C3 and C4 LPG Plant LPG Condensate Light Naphtha Olefin Cracker Propylene PolyPropylene Polypropylene C5 Import Crude Oil Crude Oil Tank Atm Distillation unit Heavy Naphtha Platforming Aromatic Plant OrthoXylene Toluene Benzene Benzene Ethylene EthylBenzene/ Styrene Monomer Styrene PolyStyrene PolyStyrene Kerosene ParaXylene Benzene Diesel Molex and Pacol Plant C10-C13 LAB Plant Linear Alkyl Benzene LAS Plant Detergent Vacuum Distillation Unit Fuel Oil P-X Purified Terephthalite Acid PTA PET Plastic (polyethylene terephthalate) Lube Oil Plant Lubrication Oil Glycol Polyester Textile Polyester