Upstream dan Downstream Ter-Integrasi Tujuan: Untuk menciptakan kemandirian energy, industry dan meningkatkan ketahanan energy dan industry nasional melalui pembangunan Upstream dan Downstream yang terintegrasi. Latar Belakang: Produksi minyak dan gas bumi masih dijadikan komoditi dan bahan bakar. Perlu merubah paradigma bahwa minyak bumi dan gas alam yang dahulu hanya diperuntukkan memproduksi komoditi dan bahan bakar semata, tetapi sekarang minyak bumi dan gas alam seharusnya digunakan untuk kepentingan ketahanan dan kemandirian industry dan energy nasional. Untuk itu perlu dibangun suatu kawasan industry yang menyeluruh dari industry hulu minyak dan gas bumi sampai dengan industry hilir petrochemical. Dengan dibangunnya satu kawasan terintegrasi antara Upstream dan Downstream maka akan mendapatkan beberapa keuntungan antara lain: 1. Meningkatkan ketahanan energy nasional. 2. Meningkatkan ketahanan industry nasional. 3. Meningkatkan efisiensi plant dan industri. 4. Meningkatkan profit perusahaan dan devisa negara. 5. Mengurangi losses hydrocarbon karena dibakar di flare dan losses karena transportasi. 6. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja 7. Meningkatkan pelabuhan dan pelayaran dengan adanya berbagai produk industry hilir. 8. Meningkatkan industry penunjang di area kawasan terintegrasi seperti kontraktor service workshop, warehouse, dan lainnya. 9. Meningkatkan infrastruktur daerah. 10. Meningkatkan fasilitas listrik, air dan telekomunikasi untuk kebutuhan industry dan masyarakat. Benefit Berikut adalah perbandingan keuntungan jika Refinery hanya memproduksi Bahan Bakar dibandingkan dengan di integrasikan dengan petrochemical downstream industry. 1 P age
Tabulasi hasil berikut hanya sebagai gambaran dan keakuratan hasil perhitungan sangat tergantung dengan hal hal berikut ini: 1. Komposisi Crude Oil kemungkinan bisa berbeda antara actual dan perkiraan. 2. Harga komoditi bisa berubah setiap waktu. Table 1. Crude Oil memproduksi Bahan Bakar Daily Rate Bahan Baku Flowrate USD Product Flowrate USD Crude Oil 300,000.00 BPD 13,200,000.00 LPG 120 MT/D 57,600.00 Light Naphtha 75,000.00 BPD 3,300,000.00 Gasoline 90,000.00 BPD 6,955,200.00 Diesel 19,500.00 BPD 1,240,100.68 Kerosene 16,500.00 BPD 1,247,400.00 Heavy Fuel 9,000.00 BPD 551,880.00 13,352,180.68 Gross Profit 152,180.68 Table 2. Crude Oil terintegrasi dengan Petrochemical Downstream Industri. Daily Rate Bahan Baku Flowrate USD Product Flowrate USD Crude Oil 300,000.00 BPD 13,200,000.00 LPG 120 MT/D 57,600.00 Diesel 19,500.00 BPD 1,240,100.68 Heavy Fuel 9,000.00 BPD 551,880.00 Polyethylene 958.90 MT/D 1,342,465.75 Polipropylene 958.90 MT/D 1,298,356.16 Polystyrene 821.92 MT/D 764,383.56 LAB 1786.5753 MT/D 2,158,183.01 PVC 575.34247 MT/D 460273.9726 Toluene 273.9726 MT/D 183287.6712 O Xylene 328.76712 MT/D 238356.1644 Gasoline 59,442.27 BPD 4,593,698.63 Polyester 958.90 MT/D 1,112,328.77 PET 657.53 MT/D 1,315,068.49 Gross Profit 2,115,982.87 15,315,982.87 2 P age
Minyak Bumi dan Gas Alam. Bahan baku dari bahan bakar, refinery dan petrochemical adalah minyak bumi dan gas alam. Dari sumur produksi akan dihasilkan crude oil dan gas. Dari beberapa sumur produksi, crude oil dan gas akan digabungkan di dalam production manifold yang selanjutnya di kirim ke separator. Di separator, antara water, oil dan gas akan dipisahkan. Oil akan dikirim ke dalam tanki penyimpanan Crude Oil. Sedangkan gas akan dikirim ke Gas Treatment dan Gas Plant untuk menghilangkan impurities dan memisahkan condensate. Gas setelah dihilangkan impurities H2S, CO2, dan Hg, selanjutnya dimasukkan ke dalam Gas plant untuk dipisahkan antara C1, C2, C3, C4 dan C5+ (Condensate). C3 dan C4 selanjutnya diproses di LPG plant untuk menghasilkan LPG, sedangkan C2 yang merupakan bahan baku ethylene cracker, selanjutnya dikirim ke Olefin Cracker plant. C1 akan dijadikan fuel gas, atau dijual sebagai gas alam atau dicairkan di LNG plant untuk dijual sebagai produk LNG. Condensate hasil produksi dari Gas Plant selanjutnya di campur dengan crude oil dari separator dan dimasukkan ke dalam tanki Crude Oil Tanki Crude Oil adalah bahan baku untuk proses selanjutnya di Refinery. Refinery Refinery dimulai dengan distillation atau fraksinasi untuk memisahkan crude oil menjadi beberapa golongan hydrocarbon sesuai dengan titik didihnya. Produk dari distilasi berupa LPG, Light Naphtha, Heavy Naphtha, Kerosene, Diesel, fuel oil dan Resid, selanjutnya diproses untuk mendapatkan produk yang lebih bernilai dengan merubah ukuran dan struktur molekul melalui cracking, reforming dan proses konversi lainnya. Proses conversion tersebut diikuti juga dengan bermacam pengolahan seperti ekstraksi, hydrotreating, distilasi dan pemurnian untuk mendapatkan produk dengan spesifikasi yang diinginkan dan juga menghilangkan impurities yang tidak diinginkan. Refinery yang terintegrasi meliput fraksinasi, reactor konversi, pemurnian dan juga proses pencampuran dan juga diikuti oleh proses di petrochemical dan polimerisasi. Di dalam Refinery terdapat beberap unit operasi seperti: Crude Distillation Unit: untuk memisahkan hydrocarbon berdasarkan titik didihnya. Di dalam Atmospheric Crude Distillation Unit, Crude Oil dipisahkan menjadi: LPG, Light Naphtha, Heavy Naphtha, Kerosene, Diesel dan Residue. 3 P age
Residue kemudian dimasukkan ke dalam Vacuum Distillation Unit untuk mengambil gas oil dari Crude Oil dan sisa nya akan dimasukkan ke dalam Lube Oil plant untuk memproduksi Lubrication Oil. Platforming Fungsi proses ini yang pada awalnya adalah untuk meng upgrade straight run naphtha dengan angka oktan rendah menjadi komponen motor fuel ber oktan tinggi dengan mempromote terjadinya sejumlah reaksi kimia tertentu. Penerapan proses reforming kemudian berkembang untuk produksi hidrokarbon aromatic spesifik. Continuous Catalytic Regeneration CCR Platforming dianggap merupakan suatu terobosan karena memungkinkan reactor untuk beroperasi pada severity yang ekstra tinggi tanpa sebelumnya perlu dilakukan shutdown untuk mengembalikan catalyst activity. Aromatic Plant Dengan mengkombinasikan proses reforming dengan ekstraksi aromatic dan fraksinasi, dapat dihasilkan benzene, toluene, dan mixed xylene dengan kemurnian tinggi. Hasil dari Aromatic Plant antara lain: 1. C5 dikirim ke Olefin Cracker untuk bahan baku cracker. 2. Benzene (BZ) digunakan untuk bahan baku proses selanjutnya seperti Alkyl Benzene Plant, Styrene Monomer 3. Toluene (TOL) digunakan sebagai solvent. 4. Xylene (XL) : Ortho Xylene dan Para Xylene digunakan sebagai bahan baku solvent, bahan baku process selanjutnya untuk pembuatan sintetis fiber atau textile, seperti polyester dan PET. Olefin Cracker Olefin Cracker digunakan untuk menghasilkan Ethylene dan Propylene. Bahan baku gas C2, C3 dan C4 dan juga bahan baku cair Light Naphtha dimasukkan ke dalam furnace untuk dilakukan cracking process untuk menghasilkan Ethylene dan Propylene. 4 P age
Poly Ethylene Ethylene dari Olefin Cracker dikirim ke dalam Polyethylene untuk menghasilkan bijih plastic polyethylene. Polyethylene plant menggunakan 2 process yaitu High Pressure untuk menghasilkan Low Density Polyethylene dan Low Pressure untuk menghasilkan High Density Polyethylene. Polyethylene digunakan untuk bahan baku bijih plastic baik jenis HDPE maupun LDPE. Poly Propylene Monomer Propylene dari Olefin Cracker dicampur dengan commoner yang lainnya dimasukkan ke dalam reactor untuk mendapatkan polymer yang diinginkan. Hydrogen dimasukkan ke dalam reactor untuk mengontrol berat molekul yang diinginkan. Kondisi operasi polymerization seperti suhu, tekanan dan komposisi bahan baku diatur untuk mendapatkan grade yang diinginkan. Polypropylene digunakan untuk bahan baku bijih plastic. Vinyl Chloride Monomer Bahan baku dari PVC adalah VCM monomer. Untuk menghasilkan VCM monomer, Ethylene dari Olefin Cracker dimasukkan ke dalam Chlorination yang dicampur dengan Cl2 untuk menghasilkan Ethylenedichloride. Ethylenedichloride selanjutnya diprocess di thermal cracking untuk menghasilkan VCM monomer. Sebagian product samping HCL akan dicampur dengan Ethylene dan dilakukan proses Oxychlorination dengan mencampur O2 untuk menghasilkan Ethylenedichloride. Ethylenedichloride selanjutnya dilakukan thermal cracking untuk menghasilkan VCM monomer. Polyvinyl Chloride VCM monomer direaksikan di polymerisasi menghasilkan PVC. PVC adalah resin plastic yang banyak digunakan karena beberapa kelebihan yaitu: mudah dibentuk, tahan lama, kuat, tahan korosi, tahan chemical, fire retardant, dan mempunyai sifat low thermal conductivity. Ethylbenzene/ Styrene Monomer Di Ethylbenzene plant, Benzene dari Aromatic Plant dilakukan proses Alkylasi dengan penambahan Ethylene dari Olefin Cracker sehingga terbentuk Ethylbenzene. Ethylbenzene selanjutnya dilakukan dehydrogenasi dengan melepaskan Hydrogen untuk menghasilkan 5 P age
Styrene Monomer. Selanjutnya Styrene Monomer dikirimkan ke Polystyrene sebagai bahan baku, untuk proses polimerisasi. Polystyrene Styrene Monomer di masukkan ke dalam reactor polimerisasi untuk dijadikan Polystyrene. Polystyrene resin banyak digunakan di injection moulding, extrusion, juga digunakan dalam kemasan elektronik, cover CD/ DVD, di konstruksi polystyrene juga digunakan untuk bahan foam insulator, atap, dan juga mainan anak anak. Molex dan Paraffin Convert to Olefin (PACOL plant) Kerosene yang merupakan produk dari kolom distillasi di Refinery, dikirim ke unit Molex untuk diambil n parrafin C10 C13 linear. N parrafin C10 C13 linear kemudian dimasukkan ke dalam PACOL plant untuk dikonversi menjadi C10 C13 linear alkena. C10 C13 linear alkena merupakan bahan baku untuk LAB plant. Linear Alkyl Benzene Bahan baku detergent Alkyl Benzene Sulfonate adalah Linear Alkyl Benzene. C10 C13 linear alkena dari LAB plant dikirim ke LAB plant dengan menambahkan Benzene. Benzene merupakan produk dari Aromatic plant. C10 C13 linear alkena direaksikan dengan Benzene akan menjadi Linear Alkyl Benzene. Selanjutnya Linear Alkyl Benzene dijadikan Alkyl Benzene Sulfonate di LAS plant. Alkyl Benzene Sulfonate merupakan bahan baku detergent yang digunakan untuk keperluan mencuci. Purified Terephthalic Acid Purified Terephthalic Acid (PTA) adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat polyester bahan textile, plastic PET, film dan resin. PTA dibuat dari Paraxylene (PX) yang merupakan produk dari Aromatik plant. PTA adalah bahan baku utama dari proses polimerisasi selanjutnya untuk membuat: 1. Industri textile Poliester untuk memproduksi fibers dan benang, yang selanjutnya untuk kebutuhan industry textile. 2. PET (Polyethylene Terephthalate) industry untuk memproduksi botol plastic, microwave, x ray dan potograpic film, tempat penyimpanan, beberapa produk yang digunakan untuk industry otomotive seperti bagian mobil dan lapisan atap dan industry kesehatan seperti popok 6 P age
Production Wells Gas Treatment and Gas Plant LNG Plant LNG Product Ethylene Cl2 O2 VCM VCM PVC PolyVinylChloride C2 Ethylene PolyEthylene PolyEthylene Separation C3 and C4 LPG Plant LPG Condensate Light Naphtha Olefin Cracker Propylene PolyPropylene Polypropylene C5 Import Crude Oil Crude Oil Tank Atm Distillation unit Heavy Naphtha Platforming Aromatic Plant OrthoXylene Toluene Benzene Benzene Ethylene EthylBenzene/ Styrene Monomer Styrene PolyStyrene PolyStyrene Kerosene ParaXylene Benzene Diesel Molex and Pacol Plant C10-C13 LAB Plant Linear Alkyl Benzene LAS Plant Detergent Vacuum Distillation Unit Fuel Oil P-X Purified Terephthalite Acid PTA PET Plastic (polyethylene terephthalate) Lube Oil Plant Lubrication Oil Glycol Polyester Textile Polyester