ANALISIS KINERJA PELAT BESI BERKARAT OLEH RUST REMOVER X

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH UNSUR UNSUR KIMIA KOROSIF TERHADAP LAJU KOROSI TULANGAN BETON : I. DI DALAM AIR RAWA

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM TEMBAGA DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI NH4OH 1M

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Pengaruh Polutan Air Sungai Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Pada Baja AISI1045 dan Stainless steel 304 di Sungai Bokor Surabaya

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Melimpahnya aluminium

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

BUKU PRAKTIS KOROSI DAN LOGAM UNTUK MAHASISWA

ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON RENDAH YANG DILAPISI SENG DENGAN METODE HOT DIP GALVANIZING

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi

Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C

PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL. Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT?

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

PENGARUH ARUS PADA PROSES ANODISASI ALUMINUM TERHADAP KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN LAJU KOROSI

UJI KINERJA LARUTAN HCL PADA PROSES LEACHING LOGAM KOBALT DARI LIMBAH BATERAI LITHIUM-ION. Yuliusman dan Muhammad Resya Hidayatullah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Pengaruh Temperatur pada Korosi Baja (Steel) dalam Larutan Elektrolit Mengandung Karbon Dioksida (CO 2 )

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA PELAT BESI BERKARAT OLEH RUST REMOVER X Ferry Budhi Susetyo, Munzir Qadri, Fadwah Maghfurah, Sulis Yulianto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Email: fbudhi@unj.ac.id, flash_mq@yahoo.com, fmaghfurah@yahoo.com, sulis.yulianto@yahoo.com ABSTRAK Rust remover akan menghilangkan seluruh karat dari permukaan logam. Terdapat tiga metode dari rust remover yaitu: rust remover berbahan dasar asam (acid base), shoot blasting dan rust remover X. Rust remover X adalah sebuah produk yang berbahan dasar air (water based) sehingga relatif aman, efektif serta tidak berbahaya bagi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kapan waktu rust remover X bekerja maksimal serta fasa-fasa apa yang ada sebelum dan setelah perendaman di rust remover X. Metodologi penelitian karakterisasi spesimen dengan menggunakan SEM, XRF dan XRD. Untuk karakterisasi XRD dilakukan sebelum dan sesudah perendaman. Kesimpulan penelitian ini adalah fasa-fasa pelat besi, sebelum di rendam adalah Fe 28,2 %, Fe 3 O 4 25,96 %, SiO 2 39,43%, dan FeO 2 6,4 %, fasa pelat besi, setelah di rendam adalah Fe 100 %, waktu rust remover X bekerja maksimal antara 60 menit sampai 90 menit. Kata Kunci : Korosi, besi, X Rust Remover ABSTRACT Rust remover will lost all of the rust from the surface of metal. There are three type of the rust remover product: acid base rust remover, shoot blasting (sand blasting) and X rust remover. X rust remover is water based product, effective also save for environtment. Aim of the research are to know when rust remover X work best, and phases before and after immerse to X rust remover. Methodology this research are characterization specimen with SEM, XRF and XRD. For XRD characterization is do before and after immerse. Conclusions the research are iron phases before immerse are Fe 28,2 %, Fe 3 O 4 25,96 %, SiO 2 39,43%, dan FeO 2 6,4 %, iron phases after immerse is Fe 100 %, rust remover X work best between 60 minutes until 90 minutes. Key Word : Corrosion, Iron, X Rust Remover I. PENDAHULUAN Korosi merupakan fenomena kerusakan suatu material akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungan yang tidak mendukung. Korosi dapat berlangsung apabila semua komponen sel elektrokimia tersedia yaitu anoda, katoda sirkuit eksternal (penghubung antara anoda dan katoda), sirkuit internal (elektrolit). (Ashadi, 2002) Rust remover akan menghilangkan seluruh karat dari permukaan logam. Terdapat tiga metode dari rust remover yaitu: rust remover berbahan dasar asam (acid base), shoot blasting dan rust remover X. Metode pertama adalah menghilangan karat dengan menggunakan rust remover acid base, metode ini memiliki kekurangan yaitu memerlukan tambahan biaya dalam penggunaanya seperti memerlukan alat pelindung diri. Kemudian metode yang kedua adalah metode sand blasting, metode ini dapat melemahkan properties dari material karena aplikasinya dengan benturan mekanis melalui media pasir silika. Kedua metode penghilangan karat yaitu metode rust remover acid base dan metode sand blasting berbahaya bagi kesehatan serta membutuhkan prosedur yang khusus dalam pengolahan limbahnya. (GDP Rust Remover X Sales Kit, 2006) Rust remover X adalah sebuah produk yang berbahan dasar air (water based) sehingga relatif aman, efektif serta tidak berbahaya bagi lingkungan (Rust Remover X Technical Data Sheet). Untuk itu maka akan dilakukan penelitian secara akademisi guna mengetahui kapan

waktu rust remover X bekerja maksimal serta fasa-fasa apa yang ada sebelum dan setelah perendaman di rust remover X. Korosi merupakan proses alamiah. Seperti air mengalir ke permukaan yang lebih rendah, seluruh proses alamiah akan bergerak ke arah energi yang lebih rendah. Jadi besi dan baja memiliki kecenderungan untuk bergabung dengan elemen kimia lainnya untuk bergerak ke energi yang lebih rendah. Besi dan baja akan sering berikatan dengan oksigen, membentuk iron oxide atau karat memiliki susunan kimia yang sama dengan iron ore. Gambar 1. menunjukkan ilustrasi dari siklus dari pemurnian korosi dari besi dan baja. (Jenkins, 2005) Gambar 1. Siklus Korosi. (Jenkins, 2005) Logam dan paduan lain ketika dalam kondisi energi yang tinggi mereka dalam bentuk logam resistan terhadap korosi yang terbentuk lapisan pasif (biasanya oksida) pada permukaan. Lapisan tersebut terbentuk melalui proses alami yang menyerupai korosi dan biasanya tidak terlihat dengan menggunakan mata telanjang. Stainless steel, paduan alumunium dan titanium adalah logam yang memiliki kondisi energi tinggi pada saat berbentuk logam. Namun relatif resistan pada korosi disebabkan oleh bentuk lapisan pasif pada permukaannya. Bagaimanapun khususnya pada kasus stainless steel dan paduan alumunium lapisan ini tidak kebal pada seluruh lingkungan natural dan dapat rusak pada satu atau lebih lingkungan khusus. Kerusakan lapisan pasif sering berlangsung sangat cepat, korosi yang terlokalisir disebabkan oleh aktifitas elektrokimia bagian dari permukaan yang tetap pasif. (Jenkins, 2005) Rust remover X bekerja melalui selektif chelating agent pada ph 6,0 sampai 7,1 (netral). Proses ini dimana molekul sintesis dalam jumlah besar membentuk ikatan dengan logam dan menahan mereka dalam larutan. Kebanyakan chelating agent mengikat berbagai macam metal. Unsur aktif dalam rust remover X mengikat besi secara eksklusif. Unsur aktif tersebut dapat melepas besi dari iron oxide tetapi terlalu lemah untuk melepas besi dari baja, dimana baja memiliki ikatan yang lebih kuat. Sekali chelating agent melepas besi kemudian molekul organik sulfur menarik besi jauh dari chelator dan membentuk ferritic sulfate kompleks. Chelating agent yang bebas dapat kembali melepas besi dari karat. II. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelat besi berkarat yang belum diketahui jenisnya. Pelat besi yang berkarat dengan ketebalan 1,2 mm kemudian dipotong dengan dimensi seperti pada Gambar 2. 128

29 mm 31 mm Gambar 2. Dimensi Spesimen Pelat Berkarat Mula-mula spesimen pelat besi berkarat dilakukan karakterisasi menggunakan XRF guna mengetahui komposisi unsur dari spesimen. Setelah diketahui kemudian dilakukan karakterisasi dengan menggunakan XRD guna mengetahui fasa yang terjadi. Spesimen yang telah dikarakterisasi dengan menggunakan XRF dan XRD kemudian direndam dalam 240 ml cairan rust remover X. Kemudian dilakukan pengukuran pengurangan massa spesimen dengan interval waktu 30 menit selama empat jam menggunakan timbangan Bosc SAE 200. Setelah selesai dilakukan pengukuran pengurangan massa kemudian dikarakterisasi kembali dengan menggunakan XRD. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data XRD sebelum pelat besi berkarat direndam selama empat jam dapat dilihat bahwa fraksi berat fasa Fe adalah 28,2 %, Fe 3 O 4 adalah 25,96 %, SiO 2 adalah 39,43%, dan FeO 2 adalah 6,4 %. Dapat dilihat lengkap pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Intensitas Terhadap 2θ Setelah dan Sebelum Pelat Besi Berkarat Direndam 129

Setelah pelat besi berkarat direndam selama empat jam maka tidak terlihat lagi fasa SiO 2. Hal ini disebabkan karena fasa SiO 2 berada pada permukaan fasa Fe 3 O 4 dan FeO 2, sehingga ketika atom Fe pada Fe 3 O 4 dan FeO 2 dilepas oleh chelating agent, fasa SiO 2 ikut terlepas dari permukaan Fe 3 O 4 dan FeO 2. Chelating agent hanya mengikat Fe yang kemudian akan bersenyawa dengan S sehingga akan timbul ikatan FeS. Pada analisis ini FeS tidak terdeteksi, karena senyawa FeS berada pada endapan cairan rust remover X. Pengukuran pengurangan massa ini dilakukan guna mengetahui berapa besar pengurangan massa dengan interval waktu 30 menit. Metodenya yaitu, spesimen tersebut direndam selama empat jam, kemudian setiap 30 menit dilakukan pengukuran massa. Luas permukaan sampel (1) dan sampel (2) masing-masing adalah 1942 mm 2. Hasil dari pengukuran massa dapat dilihat pada grafik sebagai berikut. Gambar 4. Grafik Massa vs Waktu Perendaman Pelat Besi Berkarat Gambar 5. Grafik m vs Waktu Perendaman Pelat Besi Berkarat 130

Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat dinyatakan bahwa waktu rust remover X bekerja maksimal antara 60 menit sampai 90 menit. Sedangkan untuk selanjutnya rust remover X akan menurun kinerjanya, namun pada 210 menit hingga 240 terjadi kenaikan kinerja kembali namun tidak signifikan jika dibandingkan dengan rentang waktu 60 menit sampai 90 menit. IV. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian serta analisis hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Fraksi berat awal fasa Fe 28,2 %, Fe 3 O 4 25,96 %, SiO 2 39,43%, dan FeO 2 6,4 %. Setelah direndam selama empat jam fasa SiO 2 sudah tidak terlihat karena fasa SiO 2 berada pada permukaan fasa Fe 3 O 4 dan FeO 2 sehingga ketika atom Fe pada Fe 3 O 4 dan FeO 2 dilepas oleh chelating agent, fasa SiO 2 ikut terlepas dari permukaan Fe 3 O 4 dan FeO 2. Chelating agent hanya mengikat Fe yang kemudian akan bersenyawa dengan S sehingga akan timbul ikatan FeS. Pada analisis ini FeS tidak terdeteksi, karena senyawa FeS berada pada endapan cairan rust remover X. 2. Waktu rust remover X bekerja maksimal antara 60 menit sampai 90 menit. Sedangkan untuk selanjutnya rust remover X akan menurun kinerjanya, namun pada 210 menit hingga 240 terjadi kenaikan kinerja kembali namun tidak signifikan jika dibandingkan dengan rentang waktu 60 menit sampai 90 menit. V. DAFTAR REFERENSI [1] Anonim. Rust Remover X Technical Data Sheet Harris International Laboratories, Inc [2] Anonim. (2006) GDP Rust Remover X Sales Kit Harris International Laboratories, Inc [3] Ashadi, Henki W., W, Sulistyoweni, Gusniani, Irma (2002). Pengaruh Unsur- Unsur Kimia Korosif Terhadap Laju Korosi Tulangan Beton II. Di Dalam Lumpur Rawa. [4] ASTM A380 (2000) Standard Practice for Cleaning, Descaling, and Passivation of Stainless Steel Parts, Equipment, and Systems [5] Chelation http://en.wikipedia.org/wiki/chelating [6] Fontana, M.G. (1986) Corrosion Engineering, McGraw Hill, New York. [7] G.,Wyckoff R. W. (1963), "Second edition. Interscience Publishers, New York, New York Sample at T = 298 K Body centered cubic, bcc, structure", Crystal Structures 1, 7-83 [8] H. E., King, C. T., Prewitt, (1982) "High-pressure and high-temperature polymorphism of iron sulfides (FeS) Sample: T = 294 K, P = 0.0001 GPa", Acta Crystallographica, Section B 38, 1877-1887 [9] H., Fjellvag, F., Gronvold, S., Stolen, C., Hauback B. (1996) "On the crystallographic and magnetic structures of nearly stoichiometric iron monoxide Locality: synthetic Sample: T = 298 K", Journal of Solid State Chemistry 124, 52-57 [10] Jenkins, James F., Drisko, Richard W. (2005) Bridge Construction Manual K., Kihara, (1990)"An X-ray study of the temperature dependence of the quartz structure Sample: at T = 298 K", European Journal of Mineralogy 2, 63-77 [11] T., Nagai, H., Kagi, T., Yamanaka, (2003) "Variation of hydrogen bonded O...O distances in goethite at high pressure Sample at P = 0 GPa", American Mineralogist 88, 1423-1427 [12] W., Sulistyoweni, Ashadi, Henki W.,Wicaksono, Andri Krisnadi (2002). Pengaruh Unsur-Unsur Kimia Korosif Terhadap Laju Korosi Tulangan Beton I. Di Dalam Air Rawa. 131