BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITAN. Opini audit sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II, bahwa auditor harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

KORELASI OPINI AUDIT BPK ATAS LKKL DENGAN HASIL EVALUASI LAKIP K/L

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

RANCANGAN AKUNTANSI BLUD

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ajaran dan aturan. Terori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah diperlukan informasi-informasi yang menunjang bagi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan negara diawali dengan paket perundang-undangan

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kewajiban dalam menyusun laporan keuangan oleh setiap instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah mengenai tata kelola keuangan negara. Pemerintah dituntut untuk menciptakan tata kelola keuangan yang baik dan bersih, sehingga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan tercapainya tujuan pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai stakeholder dari negara. Jika kita lihat kondisi saat ini, tata kelola keuangan pemerintah masih belum terlalu baik karena masih tingginya kebocoran pada keuangan negara sebagaimana yang diberitakan di berbagai media (Handayani, 2012). Kondisi tersebut seolah diperjelas dengan penerimaan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sepanjang 5 tahun terakhir. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 (UU 17 Tahun 2003) dan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Nomor 01 Tahun 2007 (BPK RI, 2007) menjelaskan bahwa yang dimaksud keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan. Pemerintah sebagai pengelola keuangan negara juga harus mempertanggungjawabkan uang rakyat yang dikelolanya dalam bentuk laporan keuangan pemerintah. Pertanggungjawaban haruslah 1

2 diungkapkan secara transparan sehingga benar-benar mencerminkan akuntabilitas. Untuk menilai akuntabilitas pertanggungjawaban pemerintah, maka laporan keuangan pemerintah juga harus diaudit. Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh BPK sebagai auditor eksternal. (Handayani, 2012). Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang revelan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan yang disusun pemerintah terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Adapun karakteristik yang merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki adalah; (a) Relevan, (b) Andal, (c) Dapat dibandingkan, dan (d) Dapat dipahami. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 / PP 71 Tahun 2010). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagaimana dijelaskan dalam PP 71 Tahun 2010 adalah laporan keuangan yang terdiri dari: a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL); c) Neraca;

3 d) Laporan Operasional (LO); e) Laporan Arus Kas (LAK); f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); g) Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK); serta h) Laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). LKPP sendiri merupakan laporan konsolidasi laporan keuangan dari seluruh Kementrian Negara (Lembaga) dan BUN (Bendahara Umum Negara) dan unit terkait yang mengelola dan atau menguasai aset pemerintah, sedangkan yang dimaksud pemerintah pusat itu sendiri adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah pusat terdiri dari perangkat Negara yaitu Presiden yang dibantu wakil presiden, para menteri dan lembaga-lembaga pemerintah pusat atau pemerintahan secara nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia, yang dibagi menjadi tiga kekuasaan yaitu ; eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sedang yang menyusun LKPP adalah menteri keuangan sebagai konsolidator. Laporan keuangan tersebut selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh BPK selaku lembaga yang diamanahkan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 / UU 15 Tahun 2004). LKPP yang dilakukan pemeriksaan meliputi Laporan Keuangan Kementrian dan Lembaga (LKKL), Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran BUN (LKBABUN). (Pusdiklat BPK RI, 2015).

4 Gambar 1. LKKL, LKBUN dan LKPP LKKL a LKPP LKBUN Sumber: Pemeriksaan Keuangan Negara, Pusdiklat BPK RI 2015 BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 / UU 15 Tahun 2006) yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Dalam melakukan pemeriksaan Keuangan Negara serta pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, BPK dapat melaksanakan pemeriksaan berupa pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan (UU 15 Tahun 2004). BPK dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standart Pemeriksaan Keuangan Negara

5 (SPKN), dan disampaikan BPK dalam bentuk pernyataan profesional (opini audit) sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (UU 15 Tahun 2004). Dalam menentukan opini tersebut sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 16 UU 15 Tahun 2004, BPK menyandarkan pada kriteria sebagai berikut: 1) Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP); 2) Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures); 3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan 4) Efektivitas sistem pengendalian intern. Adapun jenis opini yang diberikan BPK adalah merujuk pada Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (Pernyataan Standar Audit (PSA) 29 Standar Audit (SA) Seksi 508) terdapat 5 (lima) jenis pendapat auditor (pemeriksa) yaitu; 1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), 2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP DPP), 3) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (WDP), 4) Pendapat Tidak Wajar (Adverse), dan 5) Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat / Opini (Disclimer). Berdasarkan informasi data yang ada, bahwa opini BPK yang pertama kali diberikan atas LKPP adalah pada tahun 2004, dan selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, LKPP berdasarkan hasil pemeriksaan BPK mendapat predikat opini disclimer (tidak memberikan pendapat). Baru pada tahun 2009 mendapat predikat opini WDP, dan predikat ini bertahan hingga sekarang.

6 Opini tidak memberikan pendapat (disclimer) diterbitkan ketika pemeriksa (auditor) tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Opini ini terbit dikarenakan auditor menganggap adanya pembatasan ruang lingkup audit oleh klien (auditee) atau adanya hubungan tidak independen diantara pemeriksa dengan klien (Arens et al, 2012). Tabel 1.1 Daftar opini BPK terhadap LKPP tahun 2004-2013 TAHUN OPINI TAHUN OPINI 2004 Tidak Memberikan Pendapat 2009 Wajar Dengan Pengecualian 2005 Tidak Memberikan Pendapat 2010 Wajar Dengan Pengecualian 2006 Tidak Memberikan Pendapat 2011 Wajar Dengan Pengecualian 2007 Tidak Memberikan Pendapat 2012 Wajar Dengan Pengecualian 2008 Tidak Memberikan Pendapat 2013 Wajar Dengan Pengecualian Sumber : BPK RI, disarikan dari Laporan Hasil Pemeriksaan LKPP Tahun 2004 2013 Sedangkan menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29) opini WDP adalah pendapat yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. WDP diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila: 1) Adanya pembatasan terhadap lingkup audit; berupa, a. Pembatasan lain atas lingkup audit b. Ketidakpastian dan pembatasan terhadap lingkup audit

7 c. Perikatan dengan pelaporan terbatas 2) Laporan keuangan berisi penyimpangan dari Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia; berupa, a. Laporan keuangan secara material terpengaruh oleh suatu penyimpangan dari Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. b. Pengungkapan yang tidak cukup. c. Penyimpangan dari Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang menyangkut risiko atau ketidakpastian, dan pertimbangan materialitas. d. Perubahan Prinsip atau Metode Akuntansi Berdasarkan pada tabel 1.1 sebelumnya, opini auditor pada LKPP sampai dengan tahun 2013 opini tertinggi adalah WDP, padahal pemerintah pusat sebagai contoh atau tolok ukur (benchmark) bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintahan dalam lingkup yang lebih kecil sehingga menjadi kontras dimana banyak Kementrian dan Lembaga mendapat opini WTP yang merupakan predikat opini tertinggi dari hasil pemeriksaan BPK RI sebagaimana tergambar pada bagian akhir penelitian ini ( lampiran). Penelitian ini mengacu pada fenomena yang ada atas penerimaan opini WDP yang diterima oleh Pemerintah Pusat dari hasil pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh BPK RI. Dimana peneliti bermaksud untuk melakukan analisa secara deskriptif untuk menggali faktor-faktor atas penerimaan opini WDP sepanjang Tahun 2009 Tahun 2013 seperti sistem pengendalian intern (akuntansi dan pelaporan, pelaksanaan anggaran), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ruang lingkup audit yang mempengaruhi dan menyebabkan opini WDP tersebut bertahan

8 dan tidak berubah untuk jenjang opni yang lebih baik (WTP). Alasan lain yang mendorong dalam penelitian ini adalah bahwa opini terkini dari LKPP adalah WDP sedang kondisi LKPP tahun 2004-2008 atas rekomendasi BPK, Pemerintah telah melakukan tindak lanjut berupa perbaikan di tahun berikutnya sehingga mulai tahun 2009 mendapat opini yang lebih baik. Berdasarkan uraian, fenomena dan sumber data yang ada peneliti tertarik untuk mengambil judul dalam penelitian ini Penerimaan Opini Audit Wajar Dengan Pengecualian (Studi Kasus Pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat). B. Rumusan Masalah Penelitian Pada penelitian ini perumusan masalah yang akan diteliti dan dianalisa adalah sebagai berikut: 1) Memastikan bahwa faktor-faktor yang telah diidentifikan SAP, SPKN dan UU 15 Tahun 2004 berikut merupakan faktor utama menyebab penerimaan Opini WDP pada hasil pemeriksaan LKPP; a. Apakah terdapat ketidaksesusaian LKPP dengan Standar Akuntansi Pemerintahan? b. Apakah terdapat ketidakcukupan pengungkapan pada LKPP? c. Apakah terjadi ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan? d. Apakah terjadi ketidakefektivan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan LKPP? e. Apakah terdapat pembatasan lingkup audit dalam proses pemeriksaan LKPP?

9 2) Apakah ada pertimbangan (professional judgement) dari BPK RI atas pemberian opini WDP tersebut selain faktor-faktor penentu sebagaimana telah diungkapkan dalam SAP ataupun SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara) berupa: a. Tidak adanya tindaklanjut dan perbaikan dari hasil pemeriksaan LKPP sebelumnya? b. Adakah temuan (findings) yang melebihi batas materialitas yang telah ditetapkan oleh pemeriksa? C. Tujuan Penelitian Sebagaimana uraian di atas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan seorang auditor dalam memberikan opini audit WDP, serta menganalisa secara deskriptif penyebab LKPP belum pernah mendapat opini WTP sampai dengan tahun 2013. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini sangat diharapkan mempunyai manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan seorang auditor untuk menjadi pertimbangan dalam memberikan opini. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1) Sebagai bahan informasi bagi manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan mengenai apa saja yang menyebabkan seorang auditor memberikan opini.

10 2) Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang auditing, serta menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. 3) Memberi motivasi bagi auditor pemerintah maupun akuntan publik swasta supaya menjadi lebih baik dan memberikan kontribusi dalam membantu upaya pemerintah dan sektor swasta terutama dalam kontribusi memberikan informasi keuangan yang handal kepada para pemegang saham dan pihak yang berkepentingan. E. Ruang lingkup penelitian Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada fenomena penerimaan opini WDP yang diterima oleh Pemerintah Pusat selama lima tahun terakhir hingga tahun 2013, berdasarkan laporan hasil permeriksaan (laporan audit) atas laporan keuangan pemerintah pusat.