Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

2 Dalam rangka pembangunan nasional khususnya pembangunan industri pengolahan dan pemurnian dalam negeri yang memerlukan investasi besar, perlu diberi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua.

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA. oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Mineral. Batubara. Kebutuhan. Berjualan. Harga. Patokan. Pemasokan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Press Release Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian: Paket Deregulasi VIII

Studi Tentang : TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

SUMBERDAYA ENERGI. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

Transkripsi:

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun.  Sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil, utamanya BBM. Pertambahan laju pertumbuhan penduduk dan  peningkatan GDP menyebabkan permintaan energi dunia semakin meningkat. Di sisi lain cadangan BBM dunia semakin berkurang. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran. Akibatnya harga minyak dunia berfluktuasi.â Duniapun mencari alternatif energi baru untuk mengatasi ketergantungan pada BBM. Dalam batas tertentu keadaan ini juga dialami Indonesia. Saat ini Indonesia masih mengandalkan BBM untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Sayangnya sebagian kebutuhan BBM harus diimpor. Padahal  Indonesia sesungguhnya diberkahi anugerah energi lain yang melimpah. Indonesia memiliki energi baru dan terbarukanâ dalam berbagai macam, antara lain batu bara, coal bed metane (CBM), shale gas, panas bumi, tenaga surya dan biofuel. Energi Baru Batubara diharapkanâ memberikan kontribusi terbesarâ dalam bauran energi nasionalâ di masa mendatang sebagaimana umumnya dilakukan berbagai negara di dunia. Pemerintah mengharapkan pada 2025 batubara memberikan kontribusi bauran energi nasional sebesar 30,7%, kemudian disusul EBT 25,9 % dan gas sebesar 19,7 %. Sedangkan kontribusi minyak bumi diharapkan berkurang menjadi 23,7 %. Oleh karena itu, batubara sebagai sumber energi baru perlu mendapat perhatian. Batubara merupakan sumber energi yang cukup melimpah. Indonesia adalah produsen batubara terbesar nomor lima dunia,

dengan produksi yang meningkat tinggi selama 10 tahun terakhir.â Produksi tahun 2010 sebesarâ 275 juta ton dan saat ini sekitar 350 juta ton.â Konsumsi dalam negeri sekitar 70 juta ton dimana 50% digunakan untuk pembangkit listrik. Sisanya sekitar 75-80 % diekspor sehingga Indonesia dikenal sebagai pengekspor batubara nomor dua di dunia, setelah Australia. Batubara dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas dan cair masing-masing melalui proses gasifikasi (Coal to Gasification, CTG) dan pencairan (Coal to  Liquefaction, CTL). Proses gasifikasi batubara adalah proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Dengan mengubah batubara menjadi gas, maka material yang tidak diinginkan yang terkandung dalam batubara seperti senyawa sulfur dan abu, dapat dihilangkan dari gas dengan menggunakan metode tertentu sehingga dapat dihasilkan gas bersih dan dapat dialirkan sebagai sumber energi. Gasifikasi batubaraâ menjadi salah satu cara yang menjanjikan untuk pemanfaatan batubara di masa depan guna menghasilkan listrik dan produk berharga lainnya.â Coal liquefaction adalah terminologi yang dipakai secara umum mencakup pemrosesan batubara menjadi BBM sintetik (synthetic fuel). Pendekatan yang dilakukan dalam proses ini meliputi pirolisis, pencairan batubara secara langsung (Direct Coal Liquefaction-DCL) atau melalui gasifikasi terlebih dahulu (Indirect Coal Liquefaction-ICL). Aspek penting dalam pengolahan batubara menjadi BBM sintetik meliputi efisiensi proses, nilai investasi dan hasil emisi buang. Undang-Undang No.2 tahun 2006 mengatur tentang proses pencairan batubara ini. Indonesia juga memiliki sumber gas non-konvensional yang cukup besar. Gas non-konvesional adalah gas yang berasal dari "reservoir" dengan permebilitas rendah dan pengusahaannya menggunakan teknologi tertentu seperti perekahan. Jenis gas non-konvensional antara lain  coal bed metane  (CBM) dan shale gas. CBM mempunyai multi guna antara lain dapat dijual langsung sebagai gas alam, dijadikan energi dan sebagai bahan baku industri. Eksploitasi CBM  tidak akan merubah kualitas matrik batubara dan menguntungkan para penambang batubara. Karena gas emisinya dapat dimanfaatkan sehingga lapisan batubara menjadi aman untuk di tambang. Selain itu, CBM termasuk salah satu sumber energi yang ramah lingkungan. Shale gas adalah gas alam yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Shale gas dapat menjadi salah satu sumber energi yang penting di masa mendatang karena shale gas memiliki keunggulan. Shale gas menghasilkan emisi karbon sekitar setengah dari emisi batubara. Shale gas juga dapat menurunkan biaya energi karena produksi shale gas menyebabkan penurunan harga gas alam secara signifikan. Produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan keamanan

energi, dan membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil asing yang mahal. Deposit CBM Indonesia diperkirakan mencapai 453 trilliun kaki kubik, sedangkan shale gas mencapai 574 trilliun kaki kubik. Sebagai perbandingan, deposit gas konvensional hanya mencapai 343 trilliun kaki kubik. Di Indonesia CBM sudah lebih dulu dimanfaatkan dibandingkan shale gas. Aturan pemanfaatan CBM sudah terbit sejak tahun 2006. Sekarang ini pemanfaatan CBM sudah memiliki 50 kontrak. Sedangkan aturan shale gas diterbitkan pemerintah Indonesia tahun 2012. Setidaknya ada 15 perusahaan asing yang tertarik untuk mengembangkan shale gas.  Energi Terbarukan Indonesia juga mempunyai potensiâ yang luar biasa dengan energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air,  tenaga surya, tenaga angin dan biofuel. Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia yaitu 29,038 GW. Namun demikian pemanfaatannya masih kecil  yaitu sebesar 1.189 MW. Pemanfaatan energi terbarukan lainnya yang berasal tenaga air, tenaga surya dan tenaga angin masih terbatas. Tenaga air dimanfaatkan hanya 7,54 % dari potensi sebesar 75,670 MW. Biomass digunakan hanya 3,25 % dari sumber daya 49,810 MW.  Sedangkan kapasitas terpasang dari tenaga surya sebesar 13.5 Mw dan tenaga angin hanya 1.87 MW. Untuk biodiesel hanya dimanfaatkan sekitar 10 % dari kapasitas produksi. Sedangkan bietanol produksinya masih relatif kecil.  Agenda Pengembangan Energi Indonesia Indonesia perlu mengelola sumber energi dengan efisien dan efektif dalam mencapai bauran energi.di masa mendatang Agar tujuan ini tercapai, ada

sejumlah agenda penting dalamâ pengembangan kekayaan energi di Indonesia. Pertama, perlunya kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan pemanfaatan energi di Indonesia. Kebijakan ini utamanya berkaitan dengan pemanfaatan energi for what and how dan aksi implementasi konkrit yang sistematis. Regulasi pendukung juga diperlukan seperti tumpang tindih lisensi, hutan lindung, kepastian investasi, DMO, pengawasan produksi dan ekspor. Kedua, dalam pengembangan energiâ dibutuhkan infrastruktur pendukung distribusi, terutama angkutan kereta api, jalan dan pelabuhan. Karena keterbatasan anggaran APBN, skema PPP bisa dijadikan pertimbangan. Peran pemerintah dibutuhkan dalam halâ perijinan dan kepastian investasi, pembebasan lahan, sertaâ penyiapan dokumen proyek dan penjaminan. Ketiga, pemerintah mendorong pemanfaatan teknologi lebih efisien dan bersih. Dalam pemanfaatan batu bara, misalnya,â teknologiâ yang diperlukan berkaitan, dengan pemanfaatan langsung (listrik dan industri), CWM (coal water mixture), konversi menjadi BBM, BBG atau kokas serta upgrading dari low rank menjadi high rank (Steam Tub dryer, dan Geo Coal). Jika kebutuhannya mendesak, dapat dipertimbangkan penggunaan teknologi proses Sasol yang sudah terbuktiâ berhasil di Afrika Selatan. Keempat, diperlukan insentif fiskal berorientasi perspektif jangka menengah dan panjang. Insentif fiskal diperlukan untuk pengembangan bangunan industri energi dan pengembangan sumber-sumber baru terutama di daerah remote dan terbatas infrastruktur. Kelima, perlunya adanya kelembagaan yang dimiliki oleh pemerintah pusat yang khusus menangani produksi energi tertentu. Agar tidak membebani keuangan negara disarankan ditugaskan BUMN yang ada untuk menangani khusus produksi, misalnya, batubara yang dicairkan.

Oleh: Prof. Dr. Jusuf Staf Khusus Presiden bidang Pangan dan Energi