BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

dokumen-dokumen yang mirip
ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

dengan penuh hormat. rumah. mata.

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

tempat umum gambar 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

Menumbuhkan Kemandirian Anak

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

Setiap anak perlu untuk berkembang secara optimal dalam kehidupannya. Perkembangan optimal tersebut adalah dambaan semua orang tua, karena anak pada

ANGKET UJI COBA PENELITIAN. 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :...

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

kegiatan sehari hari pelajaran 2

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian anak dalam melakukan aktivitas merupakan bagian yang teramat penting dalam upaya mendidik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui pendidikan. Banyak sekarang kita lihat bahwa anak-anak

INDONESIAN EXAM SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-HIKMAH BENCE. Apek penilaian mendengar dan berbicara. Apek penilaian membaca dan menulis

Psikologi Terapan UI ini.

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa mengalami perkembangan dalam masa hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Hasil penelitian tentang kondisi aktual dan pengaruh bimbingan orangtua

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

lingkungan gambar 3.1 dani bermain di sekolah

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

Bina Diri Anak Tunagrahita

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA SEKOLAH ( 4-6 ) TAHUN DI TK RHODHATUL BANAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan

BABI PENDAHULUAN. Kehidupan perkawinan akan terasa lebih lengkap dengan hadirnya anakanak

BAB I PENDAHULUAN. mengerti. Semua itu merupakan proses perkembangan pada manusia. Widjaja

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

Transkripsi:

BABI PENDAillJLUAN 1.1. Latar Belakang Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak memerlukan perhatian dan pengawasan dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini penting karena pada masa ini perilaku dan sikap anak akan cenderung menetap dan menj adi dasar bagi kehidupannya di mas a yang akan datang (Hurlock, 1978: 27). Hurlock (1978: 28) juga mengatakan bahwajika anak dibiarkan melakukan sendiri apa yang diingininya tanpa ada bimbingan dari orangtua maka anak tidak akan mengetahui harapan masyarakat terhadap diri mereka. Harapan-harapan so sial dari masyarakat tersebut dapat dikenal juga sebagai tugas-tugas perkembangan (Hurlock, 1978: 40). Havighurst ( dalam Hurlock, 1980: 10) menyebutkan "Tugas-tugas perkembangan masa bayi dan awal kanakkanak adalah belajar memakan makanan padat, belajar berjalan, belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, mempelajari perbedaan seks dan tata caranya, mempersiapkan diri untuk membaca, belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani". Adapun tugas-tugas perkembangan di atas terkait dengan kematangan sosial. Kematangan sosial adalah kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1978: 250). Kematangan sosial ini merupakan hal yang penting bagi perkembangan seseorang karena dapat menjadi tolok ukur apakah 1

2 perkembangan seseorang sudah sesuai dengan standar kemampuan sebayanya atau tidak. Hurlock (1978: 41), menyatakan bahwa bila seseorang tidak berperilaku sesuai dengan tuntutan sosialnya, maka berarti orang tersebut mengalami kegagalan dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan usianya. Hal ini dapat menyebabkan antara lain timbulnya rendah diri yang juga menimbulkan perasaan tidak bahagia, ketidaksetujuan sosial yang sering diikuti dengan penolakan sosial misal anak dianggap tidak matang atau kekanakkanakan, serta menyulitkan penguasaan tugas perkembangan yang barn. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan sosial, diantaranya: kematangan intrinsik atau kondisi fisik, lingkungan tempat tinggal anak, tingkat inteligensi, pola asuh orangtua, serta urutan kelahiran anak. Di antara faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan tempat tinggal anak merupakan faktor penting yang dapat mendukung atau menghambat kematangan sosial anak, karena lingkungan berpengaruh dalam memberikan rangsangan bagi perkembangan fisik dan mental anak (Hurlock, 1978: 27). Artikasari (2006: 88) juga membahas tentang pentingnya peran lingkungan terkait dengan kematangan sosial anak. Artikasari (2006: 88) menyatakan bahwa lingkungan yang memberikan kesempatan lebih luas bagi anak untuk berinteraksi sosial dan belajar berbagai hal yang diharapkan oleh kelompok masyarakat, termasuk melatih aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, akan membuat anak lebih mandiri, berkompeten dan dewasa secara sosial dalam arti lebih percaya diri, dapat mengekspresikan diri secara verbal, serta mampu

3 menyesuaikan diri dengan tuntutan sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kematangan sosial anak. Ada dua macam lingkungan tempat tinggal anak yang memiliki perbedaan karakteristik, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan panti asuhan. Keluarga merupakan bagian yang penting bagi anak karena keluarga adalah lingkungan pertama anak selama pembentukan awal (Hurlock, 1978: 201). Panti asuhan merupakan lembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak termasuk dari lingkungan yang tidak aman atau tidak kondusif (Pedoman perlindungan anak: 1999). Selama ini banyak pandangan negatif tentang panti asuhan, seperti anak-anak yang ada di panti asuhan adalah anak yang dibuang oleh keluarganya sehingga anak butuh untuk lebih dikasihi dan diperhatikan (Hartini, 2000: 81). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dimiarni, dimana hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebagian besar anak-anak yang tinggal di panti asuhan memiliki empati yang tinggi dan hal ini juga menyebabkan tingginya perilaku prososial (suka menolong orang lain) pada anak (Dimiarni, 2007: 80-81). Karakteristik yang berbeda dari lingkungan keluarga dan panti asuhan adalah jumlah pengasuh dan jumlah anak dalam keluarga lebih memadai bila dibandingkan dengan jumlah pengasuh di panti dengan jumlah anak yang tinggal di panti asuhan (pengasuh di panti terbatas jumlahnya bila dibandingkan dengan jumlah anak yang tinggal di panti asuhan). Perbedaan karakteristik antara keluarga serta panti asuhan tersebut dapat menyebabkan munculnya perbedaan dalam kematangan sosial anak, dimana

4 kematangan sosial tersebut meliputi beberapa aspek, antara lain: keterampilan bantu diri, keterampilan bantu sosial, keterampilan bermain, dan keterampilan berbicara (Hurlock, 1978: 163). Hal ini didukung oleh hasil observasi awal di Taman Kanak-kanak Don Bosco dan panti asuhan Don Bosco Surabaya pada tanggal 1 hingga 4 Desember 2007. Berikut ini hasil observasi di TK. Don Bosco, yaitu antara lain: ada siswa yang masih mengompol di celana saat di dalam kelas, kemudian guru membantu siswa tersebut ke WC dan mengganti pakaiannya. Hal ini menunjukkan kurangnya kematangan sosial yaitu dalam hal keterampilan bantu diri, dimana anak yang terampil dalam bantu diri dapat menolong dirinya untuk pergi ke toilet sendiri dan berganti baju sendiri. Peneliti juga mengamati bahwa ada beberapa siswa yang tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. Hal ini tampak pada saat pelaj aran mewarnai, dimana guru memberikan instruksi agar anak-anak membuka buku mewarnai halaman yang ada angka 11 di bagian tengah bawah, yang terdapat gambar beberapa pohon, sekolah, taman, dan dua anak yang sedang pergi ke sekolah, sambil memberikan contoh di depan kelas, namun beberapa anak membuka halaman yang lain. Kemudian guru memberi instruksi lagi untuk mewarnai semua gambar tersebut, namun ada beberapa anak yang hanya mewarnai beberapa bagian saja (ada yang hanya mewarnai beberapa pohon dan dua anak, ada yang hanya mewarnai sekolah, satu-dua pohon, dan dua anak, ada yang hanya mewarnai dua anak, taman dan beberapa pohon). Hal ini menunjukkan kurangnya kematangan sosial dalam hal keterampilan berbicara khususnya dalam mengerti pembicaraan orang lain, yaitu anak tidak memahami maksud yang disampaikan oleh guru untuk

5 membuka halaman seperti yang dicontohkan dan diinstruksikan, serta untuk mewarnai semua gambar dan bukan sebagian gambar saja. Ada juga siswa yang masih disuapi oleh gurunya saat makan dengan alat bantu sendok ketika makan bersama di dalam kelas. Beberapa siswa juga terlihat tidak bisa membuka bungkus snack (makanan ringan) atau kotak makan sendiri dan minta bantuan guru untuk membukanya. Hal ini menunjukkan kurangnya kematangan sosial dalam hal keterampilan menolong diri sendiri. Perilakuperilaku di atas menunjukkan adanya indikasi bahwa mereka belum sepenuhnya matang secara sosial, dan sebagian besar di antara mereka adalah anak yang tinggal bersama keluarga. Sedangkan siswa TK yang tinggal di panti asuhan saat di sekolah, tidak menunjukkan kesulitan dalam berperilaku yang terkait dengan kematangan sosial. Hal ini tampak ketika makan bersama, siswa makan sendiri dengan sendok, siswa pergi ke toilet sendiri tanpa dibantu atau diawasi, selain itu siswa juga melakukan instruksi yang diberikan guru dengan tepat. Selain observasi di TK, peneliti juga melakukan wawancara pada pengasuh atau orangtua siswa TK yang tinggal bersama keluarganya mengenai kegiatan yang terkait dengan kematangan sosial anak ketika berada di rumah. Kegiatan yang dilakukan siswa X yang tinggal bersama orangtua dan seorang adiknya adalah bangun pagi sekitar pukul lima, kemudian bermain dengan adiknya atau bermain sendiri, setelah itu menonton TV, dan makan (terkadang masih disuapi). Lalu mandi (masih dimandikan), dan berangkat ke sekolah dengan ditemani ibu dan adiknya. Setelah pulang, makan (terkadang masih disuapi), dan setelah itu

6 tidur siang, mandi ( dimandikan), menonton TV, makan malam (terkadang disuapi), lalu bermain atau mengerjakan PR, dan tidur. Selain siswa X, peneliti juga wawancara dengan pengasuh siswa Y yang tinggal bersama orangtua dan seorang kakak (pengasuh pulang sore), adapun kegiatan yang dilakukan siswa Y adalah bangun pagi sekitar jam delapan, menonton TV, makan (disuapi), mandi ( dimandikan), lalu berangkat ke sekolah dengan diantar oleh pengasuh dan terkadang diantar orangtua. Setelah pulang sekolah, makan (disuapi), tidur siang, mandi (dimandikan), makan malam (disuapi), menonton TV atau bermain, tidur. Berdasar wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa TK yang tinggal bersama keluarga ada yang belum mandiri tetapi ada juga yang terkadang bisa mandiri. Di sisi lain hasil observasi awal di panti asuhan Don Bosco menunjukkan bahwa anak-anak di panti asuhan memiliki kemampuan bantu diri yang tampak dalam hal kebiasaan rutin mereka yang antara lain: bangun pagi pukul setengah lima, kemudian menggosok gigi dan mandi secara mandiri, walaupun terkadang mereka masih dimandikan oleh pengasuh agar cepat selesai dan tidak bermain air (namun anak-anak melepas dan memakai bajunya sendiri). Pada waktu makan bersama, anak-anak makan sendiri dengan alat bantu sendok tanpa dibantu oleh pengasuh, hanya anak yang masih belum sekolah yang masih disuapi. Hal ini menunjukkan adanya kematangan sosial dalam keterampilan bantu diri. Disamping itu, peneliti juga mengamati ada beberapa anak yang mengambilkan piring atau gelas di atas meja untuk teman-temannya,

7 khususnya ternan yang lebih muda. Hal ini menunjukkan adanya kematangan sosial dalam keterampilan bantu sosial. Pada waktu bermain di ruang bermain, anak-anak tampak aktif dalam kegiatan bermain baik bermain sendiri maupun bersama-sama, baik menggunakan alat-alat bermain atau tanpa alat bermain. Hal ini menunjukkan adanya kematangan sosial dalam keterampilan bermain. Mereka juga mematuhi instruksi yang diberikan oleh pengasuh, misal saat jam makan mereka disuruh berbaris memasuki ruang makan dan duduk, mereka melakukan seperti instruksi tersebut. Pada waktu mandi, ketika mereka diminta melepas pakaian sendiri dan meletakkan ke temp at yang disediakan dan mandi secara bergantian, mereka juga melakukan sesuai instruksi terse but. Selain itu mereka juga memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh pengasuh. Hal ini menunjukkan adanya kematangan sosial dalam keterampilan berbicara. Berdasarkan hasil observasi awal di TK dan panti asuhan Don Bosco tersebut, serta menyadari pentingnya kematangan sosial bagi anak TK, maka peneliti ingin membuktikan secara lebih lanjut apakah ada perbedaan kematangan sosial antara anak TK yang tinggal bersama keluarga dan anak TK yang tinggal di panti asuhan. 1.2. Batasan Masalah Dalam upaya mempetjelas ruang lingkup, maka peneliti memberikan batasan-batasan sebagai berikut: a. Subjek penelitian adalah siswa TK kelas A.

8 b. Data penelitian yang akan diambil adalah ketika siswa berada di rumah atau di panti asuhan bukan saat di sekolah. Untuk siswa TK yang tinggal bersama keluarga maka yang akan mengisi skala adalah orangtua siswa, sedangkan untuk siswa TK yang tinggal di panti asuhan maka yang akan mengisi skala adalah pengasuh siswa ( ada 7 orang). 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: "Apakah ada perbedaan kematangan sosial antara siswa TK yang tinggal bersama keluarga dan siswa TK yang tinggal di Panti Asuhan?" 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kematangan sosial antara siswa TK yang tinggal bersama dengan keluarga dan siswa TK yang tinggal di Panti Asuhan. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi disiplin ilmu psikologi perkembangan khususnya dalam hal kematangan sosial anak.

9 b. Manfaat praktis 1. Bagi orangtua Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat sehingga orangtua memperoleh informasi tentang perbedaan kematangan sosial anak yang tinggal bersama keluarga dan anak yang tinggal di panti asuhan sehingga dapat melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan kematangan sosial anak di rumah. 2. Bagi sekolah Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak sekolah yakni sebagai informasi mengenai kematangan sosial anak, sehingga pihak sekolah dapat menyusun program bermain atau belajar-mengajar yang dapat merangsang kematangan sosial anak. 3. Bagi Panti Asuhan Don Bosco Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kematangan sosial anak, sehingga pihak panti asuhan dapat menj aga budaya atau kebiasaan di lingkungan panti asuhan yang terkait dengan pengembangan kematangan sosial anak.