BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan kinerja keuangan, diantaranya sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, PR, Dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sensitifitas terhadap pasar, efisiensi, dan profitabilitas terhadap capital adequacy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditulis oleh Amalina Alyani Yusrina (2013) yang berjudul "Pengaruh LDR, IPR,

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul penelitiannya adalah Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, BOPO, PDN, IRR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang ditulis oleh Rizki Nindya Tantri Saputri (2012) yang berjudul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank yang terdapat dalam PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitianyang dilakukan oleh Lutfiatun Nukhus pada tahun 2010, Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian


BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Definisi ini mencerminkan dua peran utama bank sebagai financial intermediate maupun institute of development, atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal tersebut merupakan komitmen baik setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia. sebagai : Sementara itu, menurut PSAK No.31 (2004;31.1), bank didefinisikan Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai perantara keuangan (financial intermediary), bank menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan kemudian menyalurkan kredit kepada masyarakat yang kekurangan dana. Menurut Siamat (2005:6) proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang diterbitkan oleh unit defisit dan dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung atau unit surplus. Sekuritas primer misalnya saham, obligasi, commercial paper, perjanjian kredit, dan sebagainya, sedangkan sekuritas sekunder antara lain giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana, dan sebagainya. 2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya Untuk melihat suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebgai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar (CAMELS). Sementara untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian hanya dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen. Menurut Siamat (2005:208) Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 pasal 3, Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut 1. Permodalan (capital) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. 2. Kualitas Aset (asset quality) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Manajemen (management) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4. Rentabilitas (earning) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional. 5. Likuiditas (liquidity) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities Management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. 6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar Menurut Kasmir (2004:260), disamping dengan penilaian analisis CAMELS yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank adalah penilaian terhadap : 1. Pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Pelaksanaan pemberian kredit ekspor sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan.

3. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). 4. Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto (PDN) Menurut Rizky (2008:126), hasil penilaian faktor CAMELS tersebut ditetapkan dalam lima peringkat komposit (PK) yaitu: Sangat Baik (PK-1), Baik (PK-2), Cukup baik (PK-3), Kurang Baik (PK-4), dan Tidak Baik (PK-5). Menurut Siamat (2005:217), peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis. Kriteria penetapan peringkat komposit bank umum diartikan sebagai berikut: a. PK-1 : Mencerminkan bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi perekonomian dan industri keuangan b. PK-2 : Mencerminkan bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin c. PK-3 : Mencerminkan bank tergolong cukup baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. d. PK-4 : Mencerminkan bank tergolong kurang baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak

dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. e. PK-5 : Mencerminkan bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya 3. Analisis Laporan Keuangan Menurut Halsey,dkk (2005:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, salah satu informasi penting yang perlu disediakan oleh perusahaan adalah informasi laporan keuangan. Mengapa informasi laporan keuangan ini penting? Laporan keuangan ini penting karena melalui informasi laporan keuangan, kita bisa melihat sejauhmana perkembangan yang telah terjadi dalam suatu perusahaan dan juga berdasar informasi tersebut kita nantinya bisa menyusun langkah langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Hal ini bisa juga dianalogikan dengan laporan kesehatan seseorang yang biasa dipakai oleh tenaga medis untuk melihat perkembangan seseorang atau untuk mengambil suatu tindakan medis untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Informasi laporan keuangan ini sangat berguna, tidak saja bagi manajer seperti untuk mengetahui sejauhmana perkembangan finansial perusahaan selama suatu periode, tetapi juga bisa berguna bagi para investor saham untuk melihat

prospek perusahaan di masa yang akan datang. Para kreditor (misalnya bank) perlu mengetahui informasi laporan keuangan ini untuk melihat risiko perusahaan Selain itu, pihak pemerintah juga memanfaatkan informasi ini untuk keperluan pajak. Menurut Kasmir (2004:240) secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan Menurut Abdullah (2005:123) berdasarkan jenisnya, analisis laporan keuangan dapat dibedakan menjadi : a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Analisis ini merupakan teknik analisis dengan membandingkan laporan keuangan 2 periode atau lebih dengan menggunakan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif) b. Analisa trend (Tendensi Posisi) Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun dan periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisa trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding. c. Analisa Persentase per Komponen (Common Size)

Teknik analisa ini bermanfaat untuk mengetahui berapa besar poporsi setiap pos aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun hutang. Atau dengan kata lain, berguna untuk mengungkapkan perubahan proporsional pos dalam kelompok aktiva, kewajiban, beban, dan kategori lainnya. d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain untuk mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahu sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu. e.analisa Sumber dan Penggunaan Kas Analisis ini merupakan teknik untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f. Analisa Rasio Keuangan Analisis ini merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. g. Analisa Perubahan Laba Kotor Teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisa ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan. h. Analisa Break Even Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan. Sebagai tambahan, menurut Tangkilisan (2003:162) alternatif lain untuk menganalisis kinerja keuangan adalah dengan : menggunakan pendekatan berdasarkan metode MVA (market value added) dan EVA (economic value added). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar (market value) ekuitas dengan modal ekuitas yang disetor oleh investor. Ukuran ini bisa dipakai untuk melihat sejauh manakah perkembangan nilai perusahaan selama suatu periode tertentu. Sedangkan EVA adalah nilai tambah kepada pemegang saham selama periode akuntansi tertentu. Ukuran ini bisa dipakai untuk melihat sejauh manakah efektivitas manajerial perusahaan selama periode tertentu.

4. Pengertian Rasio Keuangan. Menurut Riyadi (2004:137), rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut. Rasio perbankan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (OR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return On Equity (ROE) a. Capital Adequacy Ratio Menurut Dendawijaya (2004:12) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : CAR = Modal x 100% ATMR Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak

dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004: 47). Menurut Peraturan Bank Indonesia No.3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Hal ini didukung oleh Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan risiko pasar (market risk) dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan modal minimum dan wajib memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dengan memperhitungkan risiko pasar Menurut Riyadi (2003:150) minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva. Sementara itu, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum

bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Resiko (ATMR) Menurut Kasmir (2004:257), dalam praktiknya modal terdiri dari dua macam yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas. Sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Rincian masing-masing komponen masing-masing modal bank di atas adalah sebagai berikut : 1. Modal inti terdiri dari : a. Modal disetor Merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Agio saham Merupakan kelebihan harga saham atas nilai nominal saham yang bersangkutan. c. Modal sumbangan Merupakan modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk modal dari donasi dari luar bank d. Cadangan umum Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak. e. Cadangan tujuan Merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu. f. Laba ditahan Merupakan saldo laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah diputuskan RUPS untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu Merupakan seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak. h. Rugi tahun lalu Merupakan kerugian yang telah diderita pada tahun lalu. i. Laba tahun berjalan

Merupakan laba yang telah diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. j. Rugi tahun berjalan Merupakan rugi yang telah diderita dalam tahun buku yang sedang berjalan. 2. Modal pelengkap terdiri dari : a. Cadangan revaluasi aktiva tetap Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang dimiliki bank. b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif (maksimum 1,25% dari ATMR) c. Modal pinjaman Merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat-warkat yang memiliki sifar seperti modal (maksimum 50% dari jumlah modal inti). d. Pinjaman subordinasi Merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya. Menurut Siamat (2005:253), Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) terdiri atas: (1) aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar resiko kredit yang melekat pada setiap pos aktiva, (2) beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontijensi (off balance sheet account) yang diberikan bobot dan sesuai dengan kadar resiko kredit yang melekat pada setiap pos, setelah terlebih dahulu diperhitungkan dengan bobot faktor konversi. b. Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. (Dendawijaya,2005:121). Menurut Tangkilisan (2003:155)

Perhitungan yang menggunakan hutang jangka pendek maupun jangka panjang disebut juga dengan istilah struktur keuangan (financial structure). Menurut Masyhud (2004:307), Mengenai kemampuan permodalan yang dapat disediakan calon debitur sesuai dengan struktur permodalan atau DER yang disepakati, bank harus mendapatkan keyakinan bahwa dana sendiri tersebut benarbenar berasal setoran modal pemegang saham dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak ketiga Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : DER = Total Kewajiban x 100% Total Ekuitas Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar Debt Equity Rasio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun c. Non Performing Loan Menurut Siamat (2005:358), Non Performing Loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang

memiliki kualitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Menurut Almilia (2002:7), Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Menurut Rizky dan Majidi (2008:228), Rasio NPL dapat dihitung dengan membandingkan total NPL dengan total kredit (dinyatakan dalam persen). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : NPL = Kredit bermasalah x 100% Total kredit Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 maksimal kredit bermasalah (non-performing loan) yang diperkenankan secara neto adalah maksimal 5% dari total kredit

d. Operating Ratio Operating Ratio atau rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Operating Ratio = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Menurut Riyadi (2004:141) Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52 %, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir (2004:110) biaya operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya lain-lain. Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga) dari

jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit dan komisi, laba selisih kurs bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah, dan pendapatan operasional lain-lain. e. Loan to Deposit Ratio Menurut Juli Irmayanto,dkk (2004:90) LDR adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : LDR = Jumlah Kredit yang diberikan x 100% Dana pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti Dimana KLBI = Kredit Likuiditas Bank Indonesia Menurut Riyadi (2004:147) LDR dapat dijadikan tolok ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit of funds). Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. 2. Untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Menurut Dendawijaya (2005:117), sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%. f. Return On Equity Menurut Sutrisno (2002:267) ROE atau sering disebut Rate of Return on Net Worth, adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal yang dimiliki sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank (Almilia,2002:8) Menurut Riyadi (2004:137), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : ROE = Laba Setelah Pajak x 100% Modal Inti (Rata-rata)

Menurut Siamat (2005:290), Pemilik bank lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu PENELITI JUDUL VARIABEL & SAMPEL Imam Gozali Wahyu Prasetyo Kamalia Saragih Pengaruh CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap profitabilitas bank syariah Mandiri Pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan pada bank Pengaruh Kecukupan Modal dan Likuiditas Variabel Independen : CAR, FDR, BOPO, NPL Variabel Dependen : ROE. (Sampel Penelitian : Bank Syariah Mandiri Periode Januari:2004 Juli: 2006) Variabel Independen : CAR, NPL, LDR, GWM, BO/PO, dan NIM Variabel Dependen : Kinerja keuangan bank. (Sampel Penelitian : 20 bank go public di BEJ periode 2001-2005) Variabel Independen: CAR, LDR, QR, LAR Variabel Dependen: ROA. HASIL PENELITIAN Variabel FDR dan BOPO berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan. Secara parsial hanya variabel CAR, NPL, BO/PO,dan NIM yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank. Sedangkan secara bersama semua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak

Ira Windi Raya Luciana Spica Almilia dan Winny Herdinigtyas terhadap profitabilitas pada bank umum di Indonesia Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Analisis Rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 2000-2002 (Sampel Penelitian : 32 bank yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2004-2006 ) Variabel Independen : Debt to Asset Ratio dan Equity to Asset Ratio Variabel Dependen : Return On Equity (Sampel Penelitian : 22 bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2006) CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR (sampel penelitian:terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan) Sumber : Diolah dari berbagai sumber, 2009 mempengaruhi ROA. Hasil lainnya menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA. Sementara itu LAR dikeluarkan dari penelitian ini untuk mengatasi masalah multikolonieritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial debt to asset ratio dan equity to asset ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on equity Sementara itu, secara bersamasama debt to asset ratio dan equity to asset ratio tidak berpengaruh terhadap return on equity. rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000 2002 adalahcar, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Dimana CAR mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan,apb,roa,dan NIM mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, NPL dan PPAPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO berpengaruh signifikan dan positif. C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian A. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Mulyani,2007:28). Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Adapun yang menjadi kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) Capital Adequacy Ratio (X 1 ) H 1 Debt to Equity Ratio (X 2 ) Non Performing Loan (X 3 ) H 2 H 3 Return On Equity (ROE) (Y) Operating Ratio (X 4 ) H 4 Loan to Deposit Ratio (X 5 ) H 5 H 6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual B. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina dan Mulyani, 2007 : 41). Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H 1 H H H H 2 3 4 5 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) : Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) : Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) : Operating Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) : Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) H6 : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio secara bersama sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE).