BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

PEMANFAATAN TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI BAHAN KERIPIK SIMULASI KAYA SERAT DAN ANTIOKSIDAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan,

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. asupan zat gizi makro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi vitamin A

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

METODE. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih 2-3 jam diantara waktu makan utama, yaitu pada pukul 0 pagi dan pukul 4 sore. Menururt jenisnya snack yang banyak beredar di pasaran saat ini adalah snack yang mengandung monosodium glutamate (MSG), kalori, lemak, dan zat-zat lain yang berbahaya (Unpad, 202). Konsumsi camilan dengan tinggi kandungan MSG, disertai dengan aktivitas ngemil setiap hari dapat memberikan kontribusi besar pada seseorang menjadi gemuk. Hal ini karena sebagian besar masyarakat kita tidak mengetahui jenis camilan yang baik untuk kesehatan, sehingga untuk menjawab kebutuhan masyarakat supaya lebih memperhatikan kesehatan, saat ini banyak diproduksi jenis camilan yang memproklamirkan diri sebagai camilan sehat. Camilan sehat mulai banyak menjadi pembicaraan, karena masyarakat mulai menyadari akan pentingnya kualitas makanan yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Konsumsi camilan sehat dapat menyediakan energi ekstra untuk beraktivitas dan membantu mencukupi kebutuhan energi sampai tiba waktu makan utama. Kriteria camilan sehat adalah mengandung vitamin, protein, dan serat pangan (Kompas, 2009), sedangkan menurut Astawan (203) dalam Kompas (2009), salah satu indikasi pangan sehat adalah memiliki kandungan indeks glikemik (IG) rendah. Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan tidak bisa berhenti ngemil. Kebiasaan tersebut menjadi peluang bisnis bagi industri camilan untuk memproduksi berbagai jenis camilan. Produk camilan makin membanjiri pasar dengan pilihan yang semakin

2 beragam, dari berbasis tepung terigu, tepung kedelai, cokelat, buah, dan kacangkacangan. Keripik merupakan salah satu jenis camilan yang sangat disukai oleh masyarakat kita, saat ini jenis keripik yang terdapat dipasaran sangat beragam, diantaranya terdapat keripik pisang, singkong, kentang, dan yang lainnya. Keripik umumnya diolah dalam bentuk utuh sesuai bahan bakunya sehingga tidak bisa dilakukan pencampuran dengan bahan lain untuk meningkatkan nilai gizinya. Salah satu jenis pengolahan keripik yang dapat dilakukan penambahan bahan lain dalam proses pengolahannya dikenal dengan istilah keripik simulasi. Keripik simulasi adalah camilan yang diolah dengan cara membentuk adonan, membuat lembaran-lembaran tipis, dicetak, dikeringkan, dan digoreng (Matz, 984). Pengolahan keripik dalam bentuk adonan memungkinkan menggunakan bahan baku yang memiliki nilai gizi tinggi, mengandung serat pangan, dan antioksidan untuk menghasilkan produk camilan sehat. Pemilihan bahan baku yang tepat dapat meningkatkan kandungan gizi dan komponen bioaktif produk. Pemilihan bahan baku didasarkan pada ketersedian dan kandungan zat gizinya. Bakatul dan labu kuning merupakan bahan pangan lokal yang ketersediaannya berlimpah dan memiliki kandungan gizi lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin, sumber serat pangan dan antioksidan. Bekatul hasil penyosohan gabah berasal dari berbagai jenis varietas padi. Varietas padi yang banyak dikembangkan di Indonesia diantaranya varietas padi IR 64, Ciherang, Cigeulis, Inpari, Cibogo, Cisadane, Ciliwung, Memberano, Fatmawati dan masih banyak yang lainnya. Bekatul dari varirtas padi berbeda menghasilkan bekatul yang memiliki komposisi penyusun yang berbeda. 2

3 Bekatul merupakan hasil samping dari proses pengilingan padi, yang terdiri dari sekam : 5-20%, bekatul/dedak : 8-2%, dan menir : 5% (Widowati, 200). Produksi bekatul berbanding lurus dengan produksi padi. Data BPS menyebutkan produksi padi pada tahun 204 sebesar 70,83 juta ton, akan menghasilkan 9,2 juta ton bekatul, sehingga ketersediaan bekatul sebagai hasil proses penggilingan gabah sangat berlimpah. Namun demikian data statistik yang lebih lengkap tentang produksi dan pemanfaatan bekatul masih sangat kurang dan sampai saat ini pemanfaatan bekatul sebagai bahan pangan sangat sedikit. Kandungan gizi bekatul terdiri dari 0,-2,4% lemak, terutama oleat (45-50%) dan linoleat (20-42%), 2,0-5,6% protein,,8-4,0 µg/g vitamin B, dan 49-54 µg/g vitamin E (Luh, 99). Bekatul merupakan makanan sehat alami yang mengandung serat pangan dan mineral, terutama kalsium (500-700 mg/00 g) dan magnesium (600-700 mg/00 g) (Astawan, 2009). Pemanfaatan bekatul sebagai bahan makanan dapat dilakukan dengan mengolah bekatul menjadi tepung, sehingga mempermudah dalam proses pengolahan produk dan tekstur bekatul yang dihasilkan lebih halus. Komponen penting lain yang terdapat pada bekatul adalah antioksidan dan serat pangan (dietary fiber). Khasiat bekatul sebagai sumber antioksidan telah diteliti oleh Damayanthi et al (200), dengan hasil aktivitas antioksidan total pada bekatul lebih tinggi dari pada jus tomat, di mana rata-rata dalam 00 g jus tomat mampu mereduksi radikal bebas DPPH setara dengan vitamin C sebanyak.87 kali, sedangkan bekatul mampu mereduksi radikal bebas DPPH yang setara dengan kemampuan vitamin C sebesar 28.74 kali. Labu kuning termasuk jenis sayuran yang berwarna kuning. Warna kuning menunjukkan bahwa labu kuning mengandung β-karoten (Usha et al., 200), 3

4 disamping itu labu kuning mengandung zat gizi protein, karbohidrat, mineral seperti kalsium, fosfor, besi, serta vitamin B, Vitamin C (Hendrasty, 2003), dan mengandung antioksidan (Muchtadi, 202). Kandungan gizi labu kuning dapat ditingkatkan dengan mengolah labu kuning menjadi tepung. Pengolahan labu kuning menjadi tepung dapat mempermudah substitusi dengan bahan lain. Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan labu kuning adalah substitusi 5% tepung labu kuning (TLK) pada produk mi ubi kayu mengandung β-karoten,47 RE/g dan berdasarkan uji sensori dapat diterima panelis (Anggrahini et al., 2006). Hasil penelitian yang sudah dilakukan pada produk keripik simulasi adalah subsitusi tepung bekatul (TB) dan tepung terigu menggunakan TB rendah lemak. Formula terbaik keripik simulasi dengan penambahan 0% TB rendah lemak menghasilkan rendemen 93,54%, kekerasan,88 kg/mm, kadar air 2,40%, kadar abu 2,35%, kadar lemak 8,54%, protein 6,95%, karbohidrat 72,6%, serat pangan larut (SDF) 2,04%, serat pangan tidak larut (IDF) 7,85%, dan serat pangan total (TDF) sebesar 9,89%. Namun berdasarkan hasil uji sensori penambahan 0% TB rendah lemak masih menyisakan sedikit rasa pahit (Damayanthi dan Listyorini, 2006). Untuk memperbaiki rasa dan meningkatkan kandungan antioksidan dan serat pangan keripik simulasi dapat dilakukan substitusi dengan TLK yang memiliki rasa dan aroma lebih harum dibandingkan dengan TB. Hal penting yang harus diperhatikan dalam metode pengolahan tepung dan keripik simulasi yaitu dimulai dari pengolahan tepung sampai produk keripik simulasi, karena dapat mempengaruhi kandungan gizi, antioksidan, dan serat pangan. Penggunaan suhu rendah dengan waktu singkat pada proses pengeringan dan penggorengan merupakan salah satu alternatif untuk menjaga kualitas bahan yang dihasilkan. 4

5 Pengeringan keripik simulasi bertujuan untuk menghasilkan keripik dalam bentuk kering sehingga mudah disimpan. Salah satu jenis pengeringan yang umum digunakan adalah pengeringan oven, namun penggunaan suhu tinggi dengan waktu lama dapat merusak kandungan zat gizi bahan. Salah satu alternatif metode pengeringan untuk mencegah kehilangan zat gizi pada bahan pangan kering adalah metode pengeringan oven microwave (OM), dimana metode ini bekerja dengan melewatkan radiasi gelombang mikro pada molekul air, lemak, dan gula yang terdapat pada bahan pangan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan pangan menjadi lebih singkat (George et al., 993). Penggorengan keripik simulasi bertujuan untuk menghasilkan produk keripik simulasi yang memiliki cita rasa gurih dan garing. Metode penggorengan yang umum digunakan adalah metode penggorengan menggunakan minyak panas (deep fat frying/dff) pada suhu tinggi, sekitar 63-96 o C. Penggunaan suhu tinggi pada metode ini dapat menyebabkan kehilangan sebagian kandungan gizi keripik simulasi. Akan tetapi penggorengan keripik simulasi menggunakan suhu rendah dibawah tekanan vakum (vacuum frying/vf) dapat digunakan untuk meminimalisasi kehilangan zat gizi, antioksidan, dan serat pangan sehingga menghasilkan keripik yang lebih garing. Komponen penting yang terdapat pada TB dan TLK adalah serat pangan dan antioksidan. Serat pangan berperan dalam menyehatkan pencernaan, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif dan penyakit lain yang berhubungan dengan obesitas (Damayanthi dan Listyorini, 2006). Antioksidan yang terdapat pada TB dan TLK dapat berperan dalam menekan radikal bebas yang terbentuk didalam tubuh karena pengaruh stres. Untuk membuktikan aktivitas antioksidan yang terdapat pada keripik simulasi dilakukan dengan pengujian secara in vivo. 5

6 Pemanfaatan TB dan TLK dengan bahan pendukung lainnya menghasilkan camilan sehat yang mengandung kandungan gizi, serat pangan, dan antioksidan. Kandungan serat pangan dalam keripik simulasi merupakan ciri dari camilan sehat, karena menghasilkan IG rendah (IG<55). Pangan yang memiliki IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi glukosa secara bertahap dan perlahan-lahan, sehingga puncak kadar gula darah juga rendah. Produksi bekatul dan labu kuning sangat berlimpah dengan kandungan gizi cukup tinggi, sebagai sumber antioksidan dan serat pangan, sedangkan disatu sisi produk camilan yang terdapat di pasaran tergolong kurang sehat karena banyak mengandung garam dan MSG, sehingga peneliti tertarik untuk memanfaatkan bekatul dan labu kuning sebagai bahan pembuatan camilan dalam bentuk keripik simulasi..2. Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang menjadi perhatian pada penelitian ini adalah. Apakah perbedaan varietas padi berpengaruh terhadap kapasitas antioksidan dan serat pangan TB 2. Apakah metode pengeringan OM dapat meminimalisasi kehilangan antioksidan dan serat pangan pada TB dan TLK 3. Apakah proporsi TB dan TLK berpengaruh terhadap sifak fisik (rendemen, kekerasan, dan warna), kimia (proksimat, amilosa, vitamin E, β-karoten, serat pangan, dan kapasitas antioksidan), dan mutu sensori keripik simulasi 4. Apakah metode pengeringan OM dan penggorengan VF dapat meminimalisasi kehilangan antioksidan dan serat pangan pada keripik simulasi 5. Apakah keripik simulasi dapat menekan radikal bebas secara in vivo 6. Apakah keripik simulasi tergolong produk pangan yang memiliki IG rendah 6

7.3. Tujuan Penelitian. Menganalisis kapasitas antioksidan dan serat pangan TB pada varietas padi yang berbeda 2. Menganalisis pengaruh perbedaan metode pengeringan oven dan OM terhadap kapasitas antioksidan dan serat pangan TB dan TLK 3. Menganalisis pengaruh proporsi penambahan TB dan TLK terhadap sifak fisik (rendemen, kekerasan, dan warna), kimia (proksimat, amilosa, vitamin E, β-karoten, serat pangan, dan kapasitas antioksidan), dan mutu sensori keripik simulasi 4. Menganalisis pengaruh metode pengeringan OM dan penggorengan VF terhadap kapasitas antioksidan dan serat pangan keripik simulasi 5. Menganalisis keripik simulasi dalam menekan radikal bebas secara in vivo 6. Menganalisis IG keripik simulasi.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademik (untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi) maupun secara praktis (dapat memecahkan masalah pemanfaatan limbah penggilingan padi dan pemanfaatan bahan pangan lokal dalam pengolahan produk pangan keripik simulasi..4.. Manfaat akademik Hasil penelitian ini secara akademik bermanfaat untuk :. Memberikan informasi kandungan serat pangan dan kapasitas antioksidan pada bekatul yang berasal dari tiga varietas padi 2. Memberikan informasi kandungan serat pangan dan kapasitas antioksidan pada TB dan TLK menggunakan metode pengeringan oven dan OM 7

8 3. Memberikan informasi kandungan gizi, serat pangan, kapasitas antioksidan, dan IG keripik simulasi sebagai camilan sehat 4. Memberikan informasi aktivitas antioksidan dalam menekan radikal bebas pada keripik simulasi secara in vivo.4.2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat, yaitu. Meningkatkan nilai ekonomis bekatul dan labu kuning sebagai bahan baku pada berbagai produk makanan 2. Pemanfaatan bekatul dan buah labu kuning pada berbagai produk pangan sebagai sumber antioksidan dan serat pangan 8