PENGARUH RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM (Sensus Pada Perusahaan Sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014 ) Disusun Oleh: ZALNA AZIZAH 123403110 (azizah.zalna@yahoo.com) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRACT This research aims to determine (1) Return on assets, (2) Earning Per Share and (3) Stock Price. The method used in this research is descriptive analysis method with a census approach. And analysis of the data is multiple linear regression using software SPSS 16.0 for Windows. The results showed that: (1) Return On Asset is partial positive influence on stock price but the interpretation is low, (2) Earning Per Share is partial positive influence on stock price but the interpretation is very low, (3) Return On Asset and Earning per Share are simultaneous (together) positive influence on the stock price but with a low interpretation. Keywords: Return on Assets, Earnings Per Share, Stock Price ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Return On Asset, (2) Earning Per Share dan (3) Harga Saham. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan bantuan software spss 16.0 for windows untuk mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Return On Asset secara parsial berpengaruh positif terhadap Harga Saham dengan menunjukkan interpretasi rendah, (2) Earning Per Share secara parsial berpengaruh positif terhadap Harga Saham dengan menunjukkan interpretasi sangat rendah, (3) Return On Asset dan Earning Per Share secara simultan berpengaruh positif terhadap Harga Saham dengan menunjukkan interpretasi rendah. Kata kunci: Return On Asset, Earning Per Share, Harga Saham
1.1 PENDAHULUAN Pasar modal adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan merupakan pasar yang kongkret. Pasar modal mempunyai peranan sangat penting, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan ekonomi. Dari fungsi ekonomi pasar modal berfungsi sebagai menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil, sedangkan pihak issuer dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Dari sudut pandang keuangan, pasar modal berfungsi sebagai memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Perusahaan Otomotif dan Komponen merupakan perusahaan go public yang menarik untuk dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini karena mengalami pergerakan penjualan, total asset dan nilai kapitalisasi pasar yang berkembang luar biasa. Dunia Otomotif semakin lama semakin marak dan mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan munculnya inovasi-inovasi baru. Seiring dengan perkembangan teknologi industri otomotif saat ini kian tumbuh dengan pesat sehingga persaingan diantara produsen otomotif dunia terjadi sedemikian ketat dalam menciptakan produk yang dapat memenuhi selera pasar serta mampu mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian. Produsen-produsen besar otomotif dunia yang terus mengembangkan produksinya mulai dari truk, mobil penumpang dan lainnya. Investasi dibidang perindustrian masuk ke industri otomotif yang terus mengalir dan realisasi bertahap. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan komponen otomotif meningkat, menyusul tingginya pertumbuhan penjualan motor dan mobil di Indonesia. Penjualan otomotif di Indonesia terus meningkat hal ini dibuktikan dari meningkatnya penjulaan otomotif dari tahun ketahun. Pada tahun 2010 tercatat sekitar 764.000 unit, 2011 tercatat 837.948 unit, 2012 tercatat 1.065.557 unit,
2013 tercatat 1.102.000 unit, sedangkan pada tahun 2014 tercatat 1.208.000 unit. Hal ini diperkirakan Indonesia akan menjadi pasar terbesar otomotif di kawasan ASEAN dan sekaligus berpeluang menjadi pemain utama yang sekarang dipegang oleh Thailand. Oleh sebab itu otomotif pun telah dimasukkan kesalah satu industri dalam prioritas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Salah satu cara yang dilakukan untuk memperkuat posisi daya saing dan sekaligus meningkatkan peran strategi dalam perekonomian nasional salah satunya yaitu meningkatkan komponen lokal agar mampu memberikan nilai tambah pada perekonomian nasional. Oleh karena itu industri komponen lokal harus menjadi kekuatan industri otomotif nasional. Produksi mobil di Indonesia, selain untuk dijual di pasar domestik, para produsen otomotif juga mengekspor mobil dan motor dengan jumlah yang besar. Angka produksi dan penjualan kendaraan bermotor dunia tentunya menjadi cerminan potensi pasar ekspor suku cadang, aksesoris dan perlengkapan mobil dan motor. Perusahaan sektor otomotif di Indonesia menjadi salah satu pilihan investasi yang menggiurkan bagi para investor. Para investor akan menanamkan modal tentunya dengan harapan akan mendapatkan imbalan hasil yang besar. Dalam analisa fundamental terdapat Rasio Return On Asset. Menurut Dendawijaya (2005:118) Rasio Return On Asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Dengan mempunyai Return On Asset yang tinggi, akan menarik investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan, karena dianggap berhasil dalam menghasilkan laba yang tinggi. Menurut Tandelilin Eduardus (2010:365) Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki Earning Per Share tinggi dibandingkan saham yang memiliki Earning Per Share rendah. Semakin banyak investor yang meminati saham ini, akan membuat harga saham naik. Earning Per Share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dan menunjuk pada penelitian sebelumnya penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham pada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 2. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) secara parsial terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 3. Bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) secara parsial terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 4. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan indentikasi masalah diatas, penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham pada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) secara parsial terhadap Harga Sahampada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) secara parsial terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 4. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap Harga Saham pada perusahaan
sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Return On Asset Menurut Dendawijaya (2005:118) Rasio Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Dengan mempunyai Return On Asset (ROA) yang tinggi, akan menarik investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan, karena dianggap berhasil dalam menghasilkan laba yang tinggi. Menurut Bambang Riyanto (2001:331) Rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar memperoleh laba. Menurut Tandelilin Eduardus (2010:372) Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Untuk itu biasanya digunakan dua rasio profitabilitas utama yaitu : 1. Return On Equity (ROE) yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan mengahasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. 2. Return On Asset (ROA) menggambarkan sejauh mana kemampuan assetasset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Rumus untuk menghitung Return On Asset (ROA) adalah: Return On Asset (ROA) = EBT Jumlah aset Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian dari asset yang dihitung dengan cara membagi laba sebelum pajak dengan jumlah asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai.
2.1.2 Earning Per Share Menurut Tandelilin Eduardus (2010:365 dan 373) Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal sebagai Earning Per Share (EPS). Informasi Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya Earning Per Share (EPS)suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya Earning Per Share (EPS) perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Menurut Darmadji Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin (2012:154) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, karena hal tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada para pemegang saham yang dapat dilihat dari Earning Per Share suatu perusahaan. Oleh karena itu dengan mengetahui Earning Per Share suatu perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan diterimanya. Semakin tinggi niali Earning Per Share tentu saja menyebabkan semakin besar laba sehingga mengakibatkan harga pasar saham nilai karena permintaan dan penawaran meningkat. Rumus untuk menghitung Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan adalah sebagai berikut: Earning Per Share EPS = Laba bersih jumlah saham yang beredar
2.1.3 Harga Saham Menurut H.M Jogiyanto (2010:8) adalah: Harga Saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal. Menurut Brigham dan Weston (2001:26) dialih bahasakan oleh Alfonsius Sirait faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: 1. Laba per lembar saham (Earning Per Share). Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara: a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena
jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yan mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. 5. Tingkat Resiko dan Pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima. 3.1 METODE PENELITIAN Definisi Metode penelitian menurut Sugiyono (2012:2) adalah sebagai berikut: Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah metode deskriptif analisis dan metode kausal dengan pendekatan sensus. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan peneliti ini adalah untuk membuat deskirpsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Mohamad Nazir, 2011:54).
Sedangkan metode kausal adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Metode sensus adalah cara pengumpulan data jika seluruh elemen populasi diteliti satu persatu, hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut parameter (Suprano,2008). Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen, sebagai berikut: 1. Variabel Independen Adalah variabel yang tidak di prediksi oleh variabel lain dalam model. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel independen adalah Return On Asset (ROA) (X 1 ) dan Earning Per Share (EPS) (X 2 ). 2. Variabel Dependen Adalah variabel yang diprediksi oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model. Variabel dependen juga di pengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini variabel independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah Harga Saham (Y). Untuk lebih jelasnya mengenai variabel penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini dapat di lihat dalam Tabel 3.1 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No Variabel Definisi Variabel Indikator Skala 1 Return On Asset (ROA) Rasio Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara Earning Before Tax Jumlah asset Rasio 2 Earning Per Share (EPS) 3 Harga Saham keseluruhan. (Dendawijaya, 2005:118) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. (Darmadji Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2012:154) Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tetentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal. (H.M Jogiyanto, 2010:8) Laba bersih Jumlah saham yang beredar Harga penutupan (Closing Price) setelah laporan keuangan diterbitkan. Rasio Rasio
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Mochamad (2003:12) bahwa data sekunder yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu tersebut. Data ini diperoleh dari bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Laporan Keuangan pada Perusahaan Sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia. 2. Data-data Variabel 3.2 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah analisis regresi linier berganda. Penggolahan data dilakukan dengan SPSS v.16. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 maka dilakukan uji statistik dengan bantuan SPSS v.16. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Untuk mendeteksi normalitas dapat diuji dengan Kolmogorov Smirnov test. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan penulis ketiga variabel berdistribusi normal, terlihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dalam uji Kolmogorov Smirnov pada kolom unstandardized residual menunjukan bahwa α=5% (0,05). Ketiga variabel tersebut menghasilkan nilai 0,651 atau 65,1% karena nilainya lebih dari 5% maka data dikatakan berdistribusi normal. Deteksi lain dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik melalui grafik normal P-P Plot. Berdasarkan grafik P-P Plot untuk variabel independen Return On Asset dan Earning Per Share serta variabel dependent Harga Saham terlihat titik pada grafik masih menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya hampir mengikuti arah garis diagonal. Hasil tersebut menunjukkan data penelitian terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel independen Return On Asset dan Earning Per Share memiliki nilai VIF yang sama sebesar 1.148 dengan nilai tolerance yang sama juga yaitu sebesar 0,871. Karena nilai VIF 1.148 < 10 dan nilai tolerance 0,871 > 0,10 maka hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolirearitas. c. Uji Autokolerasi Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji statistik Durbin-Waston (DW) didapat nilai Durbin-Waston (DW) sebesar 0,413. Karena nilai DW berada pada 1,1 > DW < 2,5 maka pengujian dapat disimpulkan ada autokorelasi dalam model regresi penelitian ini. d. Uji Heterokedastisitas Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk suatu pola yang jelas, serta titik-titik tersebut menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya masalah heterokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. 1. Regresi Linier Berganda Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan ini adalah sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + Ɛ Y = 2535.134 + 114.872X 1 + 0,137X 2 + Ɛ Model persamaan diatas menunjukan bahwa nilai konstanta sebesar 2535.134 jika X I dan X 2 berada pada nilai nol (0) maka Harga Saham (Y) sebesar 2535,134. Koefisien regresi untuk (b 1 ) sebesar 114.872 hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan pada Return On Asset dengan asumsi variabel lainnya tetap (X 2 = 0), maka Harga Saham akan mengalami kenaikan sebesar 114.872. Koefisien regresi untuk (b 2 ) sebesar 0,137 hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan pada Earning Per Share dengan asumsi variabel lainnya tetap (X 1 = 0), maka Harga Saham akan mengalami kenaikan sebesar 0,137.
2. Koefisien Kolerasi Dari hasil perhitungan yang didapat bahwa besarnya nilai koefisien korelasi (R) antara variabel X I dan X 2 terhadap Y sebesar 0,330 dengan kategori keeratan hubungan rendah karena berada diantara 0,20 0,399. Maka secara simultan Return On Asset dan Earning Per Share terhadap Harga Saham mempunyai keeratan hubungan yang rendah. Sedangkan arah hubungan adalah positif, karena nilai R positif, menunjukan adanya korelasi searah atau korelasi langsung antara tiga variabel tersebut, yang berarti setiap kenaikan Return On Asset (X I ) dan Earning Per Share (X 2 ) maka akan diikuti dengan kenaikan Harga Saham (Y), atau sebaliknya. 3. Koefesien Determinasi Koefisien Determinasi (R 2 ) menunjukkan besanya pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share terhadap Harga Saham yakni: Kd = R 2 x 100% = (0,330) 2 x 100% = 0,1089 0,109 x 100% = 10,9%. Hal ini dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh total dari semua variabel yaitu Return On Asset (X 1 ) dan Earning Per Share (X 2 ) secara simultan terhadap Harga Saham (Y) adalah sebesar 10,9%. Sedangkan sisanya sebesar 89,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Harga Saham adalah tingkat bunga, jumlah kas deviden yang diberikan, jumlah laba yang didapat perusahaan, tingkat resiko dan pengembalian (Brigham dan Weston (2001:26) dialih bahasakan oleh Alfonsius Sirait). 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan melalui data-data yang diperoleh dari perusahaan Sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia, mengenai Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Return On Asset pada perusahaan sektor otomotif dan komponen tahun 2014 sangat beragam, Return On Asset (ROA) terbesar di tahun 2014 pada perusahaan sektor otomotif dan komponen dicatatkan oleh emiten Selamat Sempurna Tbk. Kemudian Return On Asset (ROA) terendah pada perusahaan sektor otomotif dan komponen tahun 2014 dicatatkan oleh emiten Multi Prima Sejahtera Tbk. b. Earning Per Share (EPS) terbesar di tahun 2014 pada perusahaan sektor otomotif dan komponen dicatatkan oleh emiten Goodyear Indonesia Tbk. Kemudian Earning Per Share (EPS) terendah pada perusahaan sektor otomotif dan komponen tahun 2014 dicatatkan oleh emiten Multi Prima Sejahtera Tbk. c. Harga Saham terbesar di tahun 2014 pada perusahaan sektor otomotif dan komponen dicatatkan oleh emiten Astra International Tbk. Kemudian Harga Saham terendah pada perusahaan sektor otomotif dan komponen tahun 2014 dicatatkan oleh emiten Prima Alloy Steel Universal Tbk. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, adapun pengaruh Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham, diantaranya: a. Dapat diketahui bahwa Return On Asset (ROA) secara parsial berpengaruh positif dengan tingkat hubungan rendah terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor otomotif dan komponen di bursa efek indonesia tahun 2014. b. Dapat diketahui bahwa Earning Per Share (EPS) secara parsial berpengaruh positif dengan tingkat hubungan sangat rendah terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor otomotif dan komponen di bursa efek Indonesia tahun 2014. c. Secara simultan Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor otomotif dan komponen di bursa efek Indonesia tahun 2014.
4.2 Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberi manfaat yang berguna bagi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang. Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat lebih banyak mengambil sampel dari sektor lain yang lebih banyak perusahaan. Kemudian periode data penelitian lebih diperbanyak, tidak hanya satu tahun periode. Selain itu, variabel lain yang belum diteliti yang mempengaruhi Harga Saham seperti tingkat bunga, jumlah kas deviden yang diberikan, jumlah laba yang didapat perusahaan, tingkat resiko dan pengembalian, seperti yang dikemukakan oleh Brigham dan Weston (2001:26) dialih bahasakan oleh Alfonsius Sirait. DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhrudin. 2012. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ke-7. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Nazir. Mochammad. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. S. Munawir. 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. S. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung: Cv Alfabeta. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Supranto. 2008. Statistika Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Kanisius. Weston dan Brigham. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan 1. Jakarta: Erlangga. Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: Media Komputindo. Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. www.djpen.kemendag.go.id www.idx.com www.kemenperin.go.id