49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
50 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa karya ilmiah yang berjudul Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh pihak manapun sebelumnya. Tesis ini belum pernah diajukan oleh memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks, dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2009 Siti Nuryati
51 ABSTRACT SITI NURYATI. Life Style and Nutritional Status, and their Association with Hypertension and Diabetes Mellitus on Men and Women in Jakarta. Under direction of HARDINSYAH, SITI MADANIJAH, and ATMARITA. The research aimed to analyze the relationships between life style, nutritional status, and socio-economic and demographic factors with hypertension and diabetes mellitus. Data used are secondary data from the Basic Health Research (Riskesdas 2007), which applied a cross-sectional study design. The number of samples obtained 10834 adults with inclusion criteria aged > 20 years and not pregnant. The results show, among men, smoke every day, smoking > 15 cigarettes per day, drinking wine and traditional drink are risk factors for hypertension, followed by age started smoking < 17 years for diabetes mellitus. Fruits and vegetables consumption < 3 portion per day is risk factor for hypertension and diabetes mellitus. Sugary food is risk factor for diabetes mellitus in women. Past smoking behavior is risk factor for hypertension in women. Emotional stress and age > 45 years are risk factors for hypertension and diabetes mellitus, in men and women. Overweight is risk factor for hypertension and diabetes mellitus in men. In women, low social-economic status is risk factor for hypertension. The results imply the important of preventing smoking, and managing diet, stress and upper abdomen circumference in preventing obesity, hypertension and diabetes mellitus for Jakarta people. Keywords: life style, nutritional status, hypertension, diabetes mellitus, obesity
52 RINGKASAN SITI NURYATI. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta. Dibimbing oleh HARDINSYAH, SITI MADANIJAH, dan ATMARITA. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. Hampir 1 milyar orang (26%) pada tahun 2003 menderita hipertensi dan diperkirakan tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29%. Penderita diabetes melitus mencapai 194 juta atau 5.1 % dari penduduk dunia usia dewasa dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta. Di Indonesia, berdasarkan Laporan Hasil Riskesdas (2008), prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah sebesar 31.3%. pada pria dan 31.9% pada wanita, sedangkan prevalensi nasional diabetes melitus sebesar 1,1%. Perubahan gaya hidup telah menyebabkan peningkatan besaran kasuskasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk hipertensi dan diabetes melitus. Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan. Jakarta merupakan kota dengan permasalahan yang kompleks. Pergeseran gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis hubungan gaya hidup, status gizi, dan kondisi sosial ekonomi dan demografi dengan kejadian hipertensi dan diabetes melitus. (2) Menganalisis hubungan gaya hidup dengan status gizi. Data yang dipakai bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain cross-sectional. Dalam penelitian ini ditetapkan kriteria inklusi yaitu sampel pria dan wanita DKI Jakarta berusia > 20 tahun dan tidak sedang hamil bagi sampel wanita, sehingga didapatkan jumlah sampel sebesar 10834. Pengolahan data dilakukan terhadap dua unit sampel, yaitu sampel pria (n=5132) dan sampel wanita (n=5702). Sebanyak 32.9% sampel pria dan 24.6% sampel wanita mengalami H1 (hipertensi berdasar pengukuran tekanan darah), sementara H2 (hipertensi berdasar diagnosis tenaga kesehatan) dialami oleh 8.9% sampel pria dan 12.5% sampel wanita. Diabetes melitus (D) dialami oleh 2.6% sampel pria dan 2.9% sampel wanita. Dalam penelitian ini juga dianalisis kejadian hipertensi dan diabetes melitus pada sampel obes (H1O, H2O dan DO), kejadian hipertensi yang diderita bersamaan dengan diabetes melitus (H1D dan H2D), serta kejadian hipertensi yang diderita bersamaan dengan diabetes melitus pada sampel obes (H1DO dan H2DO). Hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor risiko hipertensi pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Konsumsi minuman alkohol jenis tradisional berisiko 9.0 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang tidak pernah minum alkohol. (2) Umur > 45 tahun berisiko 7.8 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur > 45 tahun
berisiko 5.2 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 3.3 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding umur < 45 tahun. (5) Umur > 45 tahun berisiko 2.6 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding umur < 45 tahun. (6) Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi H2 dibanding yang tidak mengalami gangguan emosional. (7) Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang tidak mengalami gangguan emosional. (8) Status gizi kurus berisiko 1.9 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (9) Merokok setiap hari berisiko 1.7 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang tidak pernah merokok. (10) Status gizi gemuk berisiko 1.5 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (11) Konsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu berisiko terkena H1O dibanding yang konsumsinya < 3 hari/minggu. Hal ini kemungkinan karena gaya hidup yang lebih buruk pada pria obes yang mengkonsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu dibandingkan dengan yang konsumsi buah dan sayurnya < 3 hari/minggu, atau mungkin juga porsi konsumsinya yang terlalu rendah. (12) Merokok > 15 batang/hari berisiko terkena H1O dibanding yang tidak pernah merokok. (13) Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari berisiko 30% lebih kecil terkena H1O dibanding yang konsumsinya < 3 porsi/hari. (14) Merokok kadangkadang berisiko 40% lebih kecil terkena H1O dibanding yang tidak pernah merokok. Hal ini karena gaya hidup pria bukan perokok yang lebih buruk dibanding pria yang merokok kadang-kadang. (15) Minuman alkohol jenis anggur/wine memberikan efek protektif/risiko lebih rendah 50% terkena H1 dibanding yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. (16) Rokok putih dan rokok filter berisiko lebih rendah 50% terkena H1 dibanding rokok non putih dan non filter. (17) Rokok putih dan rokok filter berisiko lebih rendah 60% terkena H1O dibanding rokok non putih dan non filter. Faktor-faktor risiko hipertensi pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 5.6 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding umur < 45 tahun. (2) Gangguan mental emosional berisiko 5.4 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (3) Umur > 45 tahun berisiko 4.8 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 4.7 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding umur < 45 tahun. (5) Umur > 45 tahun berisiko 3.6 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding umur < 45 tahun. (6) Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (7) Merokok di masa lalu berisiko 2.1 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang tidak pernah merokok. (8) Gangguan mental emosional berisiko 2.1 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (9) Merokok di masa lalu berisiko 1.8 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding yang tidak pernah merokok. (10) Status gizi gemuk berisiko 1.6 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (11) Status gizi kurus berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (12) Status sosial ekonomi rendah berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding yang status sosial ekonominya tinggi. (13) Gangguan mental emosional berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (14) Status sosial ekonomi rendah berisiko 1.2 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang status sosial ekonominya tinggi. (15) Merokok kadang-kadang 53
54 berisiko lebih kecil 60% terkena H1dibanding yang tidak pernah merokok. Hal ini kemungkinan karena gaya hidup wanita bukan perokok yang lebih buruk dibanding wanita perokok kadang-kadang. Faktor-faktor risiko diabetes melitus pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 12.7 kali lebih tinggi terkena DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 4.4 kali lebih tinggi terkena D dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 2 kali lebih tinggi terkena D dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. (4) Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari memberikan efek protektif/risiko lebih kecil terkena DO dibanding konsumsi < 3 porsi/hari. Faktor-faktor risiko diabetes melitus pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 13.0 kali lebih tinggi terkena DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 9.3.kali lebih tinggi terkena D dibanding umur < 45 tahun. (3)Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena D dibanding yang sering mengkonsumsinya. (4) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena DO dibanding yang sering mengkonsumsinya. Faktor-faktor risiko hipertensi sekaligus diabetes melitus pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 38.3 kali lebih tinggi terkena H2DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 15.3 kali lebih tinggi terkena H1DO dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur > 45 tahun berisiko 12.6 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 7.1 kali lebih tinggi terkena H1D dibanding umur < 45 tahun. (5) Gangguan mental emosional berisiko 3.4 kali lebih tinggi terkena H2DO dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (6) Gangguan mental emosional berisiko 3.2 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (7) Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 3.3 kali lebih tinggi terkena H1D dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. (8)Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 5.0 kali lebih tinggi terkena H1DO dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. (9)Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari memberikan efek protektif/risiko lebih kecil 80% terkena H1DO dibanding konsumsi < 3 porsi/hari. Faktor-faktor risiko hipertensi sekaligus diabetes melitus pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 16.9 kali lebih tinggi terkena H1DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 12.7 kali lebih tinggi H1D dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur > 45 tahun berisiko 11.7 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 10.0 kali lebih tinggi terkena H2DO dibanding umur < 45 tahun. (5) Gangguan mental emosional berisiko 2.3 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (6) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena H1D dibanding yang sering mengkonsumsinya. (7) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena H1DO dibanding yang sering mengkonsumsinya. (8) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis
55 memiliki risiko 70% lebih kecil terkena H2DO dibanding yang sering mengkonsumsinya. (9) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 70% lebih kecil terkena H2D dibanding yang sering mengkonsumsinya. Upaya-upaya pencegahan atas faktor-faktor risiko penyakit degeneratif (hipertensi dan diabetes melitus) terutama yang terkait gaya hidup dan status gizi perlu dilakukan diantaranya melalui kampanye di media massa dan sosialisasi ke sekolah-sekolah, kampus, puskesmas, rumah sakit, posyandu, klinik gizi dan ruang-ruang publik lainnya. Disarankan juga kepada masyarakat usia > 20 tahun untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah secara rutin setiap 2 tahun sebagaimana dilakukan di negara-negara maju. Dalam rangka penyempurnaan pengembangan instrumen pengukuran dalam Riskesdas yang akan datang, ke depan perlu dilakukan perbaikan instrumen pengukuran, terutama kebiasaan konsumsi makanan berisiko, sebaiknya diukur juga porsi yang dikonsumsi, tidak hanya frekuensi. Selain itu, perlu juga dikaji lebih lanjut tentang cut off point frekuensi konsumsi sering dan jarang agar lebih sesuai. Terkait aktivitas fisik, perbaikan instrumen juga perlu dilakukan untuk mengurangi salah persepsi responden terhadap kategori aktivitas fisik yang dilakukannya. Di dalam kuesioner sebaiknya dirinci jenis-jenis aktivitas fisik berikut kategori berat, sedang dan ringan, tidak sekedar menggunakan kartu peraga. Perlu juga dilakukan penelitian khusus yang mengarah pada perancangan standar kecukupan konsumsi buah dan sayur bagi penduduk Indonesia, mengingat selama Indonesia masih merujuk kepada standar FAO, juga penelitian lanjutan yang menganalisis kadar kolesterol dan gula darah dikaitkan dengan hipertensi dan diabetes melitus. Kata kunci: gaya hidup, status gizi, hipertensi, diabetes melitus, obesitas
56 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
57 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Mayor Gizi Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
58 Judul Tesis : Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta Nama : Siti Nuryati Nomor Pokok : I 151070081 Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ketua Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Anggota Dr. Atmarita, MPH Anggota Diketahui Koordinator Mayor Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 3 Agustus 2009 Tanggal Lulus : 27 Agustus 2009