GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

dokumen-dokumen yang mirip
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DIABETES MELITUS PADA WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

PENDAHULUAN Latar Belakang

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

PREVALENSI GIZI LEBIH DAN OBESITAS PENDUDUK DEWASA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density.

KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI LAHIR DI KOTA AMBON

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMODELAN USIA MENARCHE DENGAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DAN METODE CHAID Studi Kasus pada Siswi SMP di Kota Depok SILVANA SYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership)

Kebiasaan Merokok, Minum Kopi dan Risiko Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA TULIS ILMIAH STUDI TENTANG GAYA HIDUP REMAJA PADA KELUARGA RIWAYAT DIABETES MELLITUS DI SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI YOGYAKARTA. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN SAYURAN ORGANIK PT. PERMATA HATI ORGANIC FARM CISARUA. Oleh: Laura Juita Pinem P

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

Transkripsi:

49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

50 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa karya ilmiah yang berjudul Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh pihak manapun sebelumnya. Tesis ini belum pernah diajukan oleh memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks, dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2009 Siti Nuryati

51 ABSTRACT SITI NURYATI. Life Style and Nutritional Status, and their Association with Hypertension and Diabetes Mellitus on Men and Women in Jakarta. Under direction of HARDINSYAH, SITI MADANIJAH, and ATMARITA. The research aimed to analyze the relationships between life style, nutritional status, and socio-economic and demographic factors with hypertension and diabetes mellitus. Data used are secondary data from the Basic Health Research (Riskesdas 2007), which applied a cross-sectional study design. The number of samples obtained 10834 adults with inclusion criteria aged > 20 years and not pregnant. The results show, among men, smoke every day, smoking > 15 cigarettes per day, drinking wine and traditional drink are risk factors for hypertension, followed by age started smoking < 17 years for diabetes mellitus. Fruits and vegetables consumption < 3 portion per day is risk factor for hypertension and diabetes mellitus. Sugary food is risk factor for diabetes mellitus in women. Past smoking behavior is risk factor for hypertension in women. Emotional stress and age > 45 years are risk factors for hypertension and diabetes mellitus, in men and women. Overweight is risk factor for hypertension and diabetes mellitus in men. In women, low social-economic status is risk factor for hypertension. The results imply the important of preventing smoking, and managing diet, stress and upper abdomen circumference in preventing obesity, hypertension and diabetes mellitus for Jakarta people. Keywords: life style, nutritional status, hypertension, diabetes mellitus, obesity

52 RINGKASAN SITI NURYATI. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta. Dibimbing oleh HARDINSYAH, SITI MADANIJAH, dan ATMARITA. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. Hampir 1 milyar orang (26%) pada tahun 2003 menderita hipertensi dan diperkirakan tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29%. Penderita diabetes melitus mencapai 194 juta atau 5.1 % dari penduduk dunia usia dewasa dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta. Di Indonesia, berdasarkan Laporan Hasil Riskesdas (2008), prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah sebesar 31.3%. pada pria dan 31.9% pada wanita, sedangkan prevalensi nasional diabetes melitus sebesar 1,1%. Perubahan gaya hidup telah menyebabkan peningkatan besaran kasuskasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk hipertensi dan diabetes melitus. Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan. Jakarta merupakan kota dengan permasalahan yang kompleks. Pergeseran gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis hubungan gaya hidup, status gizi, dan kondisi sosial ekonomi dan demografi dengan kejadian hipertensi dan diabetes melitus. (2) Menganalisis hubungan gaya hidup dengan status gizi. Data yang dipakai bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain cross-sectional. Dalam penelitian ini ditetapkan kriteria inklusi yaitu sampel pria dan wanita DKI Jakarta berusia > 20 tahun dan tidak sedang hamil bagi sampel wanita, sehingga didapatkan jumlah sampel sebesar 10834. Pengolahan data dilakukan terhadap dua unit sampel, yaitu sampel pria (n=5132) dan sampel wanita (n=5702). Sebanyak 32.9% sampel pria dan 24.6% sampel wanita mengalami H1 (hipertensi berdasar pengukuran tekanan darah), sementara H2 (hipertensi berdasar diagnosis tenaga kesehatan) dialami oleh 8.9% sampel pria dan 12.5% sampel wanita. Diabetes melitus (D) dialami oleh 2.6% sampel pria dan 2.9% sampel wanita. Dalam penelitian ini juga dianalisis kejadian hipertensi dan diabetes melitus pada sampel obes (H1O, H2O dan DO), kejadian hipertensi yang diderita bersamaan dengan diabetes melitus (H1D dan H2D), serta kejadian hipertensi yang diderita bersamaan dengan diabetes melitus pada sampel obes (H1DO dan H2DO). Hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor risiko hipertensi pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Konsumsi minuman alkohol jenis tradisional berisiko 9.0 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang tidak pernah minum alkohol. (2) Umur > 45 tahun berisiko 7.8 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur > 45 tahun

berisiko 5.2 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 3.3 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding umur < 45 tahun. (5) Umur > 45 tahun berisiko 2.6 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding umur < 45 tahun. (6) Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi H2 dibanding yang tidak mengalami gangguan emosional. (7) Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang tidak mengalami gangguan emosional. (8) Status gizi kurus berisiko 1.9 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (9) Merokok setiap hari berisiko 1.7 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang tidak pernah merokok. (10) Status gizi gemuk berisiko 1.5 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (11) Konsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu berisiko terkena H1O dibanding yang konsumsinya < 3 hari/minggu. Hal ini kemungkinan karena gaya hidup yang lebih buruk pada pria obes yang mengkonsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu dibandingkan dengan yang konsumsi buah dan sayurnya < 3 hari/minggu, atau mungkin juga porsi konsumsinya yang terlalu rendah. (12) Merokok > 15 batang/hari berisiko terkena H1O dibanding yang tidak pernah merokok. (13) Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari berisiko 30% lebih kecil terkena H1O dibanding yang konsumsinya < 3 porsi/hari. (14) Merokok kadangkadang berisiko 40% lebih kecil terkena H1O dibanding yang tidak pernah merokok. Hal ini karena gaya hidup pria bukan perokok yang lebih buruk dibanding pria yang merokok kadang-kadang. (15) Minuman alkohol jenis anggur/wine memberikan efek protektif/risiko lebih rendah 50% terkena H1 dibanding yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. (16) Rokok putih dan rokok filter berisiko lebih rendah 50% terkena H1 dibanding rokok non putih dan non filter. (17) Rokok putih dan rokok filter berisiko lebih rendah 60% terkena H1O dibanding rokok non putih dan non filter. Faktor-faktor risiko hipertensi pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 5.6 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding umur < 45 tahun. (2) Gangguan mental emosional berisiko 5.4 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (3) Umur > 45 tahun berisiko 4.8 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 4.7 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding umur < 45 tahun. (5) Umur > 45 tahun berisiko 3.6 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding umur < 45 tahun. (6) Gangguan mental emosional berisiko 2.2 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (7) Merokok di masa lalu berisiko 2.1 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang tidak pernah merokok. (8) Gangguan mental emosional berisiko 2.1 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (9) Merokok di masa lalu berisiko 1.8 kali lebih tinggi terkena H2 dibanding yang tidak pernah merokok. (10) Status gizi gemuk berisiko 1.6 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (11) Status gizi kurus berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena H1 dibanding yang status gizinya normal. (12) Status sosial ekonomi rendah berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding yang status sosial ekonominya tinggi. (13) Gangguan mental emosional berisiko 1.3 kali lebih tinggi terkena H1O dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (14) Status sosial ekonomi rendah berisiko 1.2 kali lebih tinggi terkena H2O dibanding yang status sosial ekonominya tinggi. (15) Merokok kadang-kadang 53

54 berisiko lebih kecil 60% terkena H1dibanding yang tidak pernah merokok. Hal ini kemungkinan karena gaya hidup wanita bukan perokok yang lebih buruk dibanding wanita perokok kadang-kadang. Faktor-faktor risiko diabetes melitus pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 12.7 kali lebih tinggi terkena DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 4.4 kali lebih tinggi terkena D dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 2 kali lebih tinggi terkena D dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. (4) Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari memberikan efek protektif/risiko lebih kecil terkena DO dibanding konsumsi < 3 porsi/hari. Faktor-faktor risiko diabetes melitus pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 13.0 kali lebih tinggi terkena DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 9.3.kali lebih tinggi terkena D dibanding umur < 45 tahun. (3)Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena D dibanding yang sering mengkonsumsinya. (4) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena DO dibanding yang sering mengkonsumsinya. Faktor-faktor risiko hipertensi sekaligus diabetes melitus pada pria berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 38.3 kali lebih tinggi terkena H2DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 15.3 kali lebih tinggi terkena H1DO dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur > 45 tahun berisiko 12.6 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 7.1 kali lebih tinggi terkena H1D dibanding umur < 45 tahun. (5) Gangguan mental emosional berisiko 3.4 kali lebih tinggi terkena H2DO dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (6) Gangguan mental emosional berisiko 3.2 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (7) Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 3.3 kali lebih tinggi terkena H1D dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. (8)Umur mulai merokok pertama kali < 17 tahun berisiko 5.0 kali lebih tinggi terkena H1DO dibanding umur mulai merokok > 17 tahun. (9)Konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari memberikan efek protektif/risiko lebih kecil 80% terkena H1DO dibanding konsumsi < 3 porsi/hari. Faktor-faktor risiko hipertensi sekaligus diabetes melitus pada wanita berdasarkan nilai odds ratio (OR) tertinggi ke terendah adalah: (1) Umur > 45 tahun berisiko 16.9 kali lebih tinggi terkena H1DO dibanding umur < 45 tahun. (2) Umur > 45 tahun berisiko 12.7 kali lebih tinggi H1D dibanding umur < 45 tahun. (3) Umur > 45 tahun berisiko 11.7 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding umur < 45 tahun. (4) Umur > 45 tahun berisiko 10.0 kali lebih tinggi terkena H2DO dibanding umur < 45 tahun. (5) Gangguan mental emosional berisiko 2.3 kali lebih tinggi terkena H2D dibanding yang tidak mengalami gangguan mental emosional. (6) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena H1D dibanding yang sering mengkonsumsinya. (7) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 60% lebih kecil terkena H1DO dibanding yang sering mengkonsumsinya. (8) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis

55 memiliki risiko 70% lebih kecil terkena H2DO dibanding yang sering mengkonsumsinya. (9) Jarang mengkonsumsi makanan/minuman manis memiliki risiko 70% lebih kecil terkena H2D dibanding yang sering mengkonsumsinya. Upaya-upaya pencegahan atas faktor-faktor risiko penyakit degeneratif (hipertensi dan diabetes melitus) terutama yang terkait gaya hidup dan status gizi perlu dilakukan diantaranya melalui kampanye di media massa dan sosialisasi ke sekolah-sekolah, kampus, puskesmas, rumah sakit, posyandu, klinik gizi dan ruang-ruang publik lainnya. Disarankan juga kepada masyarakat usia > 20 tahun untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah secara rutin setiap 2 tahun sebagaimana dilakukan di negara-negara maju. Dalam rangka penyempurnaan pengembangan instrumen pengukuran dalam Riskesdas yang akan datang, ke depan perlu dilakukan perbaikan instrumen pengukuran, terutama kebiasaan konsumsi makanan berisiko, sebaiknya diukur juga porsi yang dikonsumsi, tidak hanya frekuensi. Selain itu, perlu juga dikaji lebih lanjut tentang cut off point frekuensi konsumsi sering dan jarang agar lebih sesuai. Terkait aktivitas fisik, perbaikan instrumen juga perlu dilakukan untuk mengurangi salah persepsi responden terhadap kategori aktivitas fisik yang dilakukannya. Di dalam kuesioner sebaiknya dirinci jenis-jenis aktivitas fisik berikut kategori berat, sedang dan ringan, tidak sekedar menggunakan kartu peraga. Perlu juga dilakukan penelitian khusus yang mengarah pada perancangan standar kecukupan konsumsi buah dan sayur bagi penduduk Indonesia, mengingat selama Indonesia masih merujuk kepada standar FAO, juga penelitian lanjutan yang menganalisis kadar kolesterol dan gula darah dikaitkan dengan hipertensi dan diabetes melitus. Kata kunci: gaya hidup, status gizi, hipertensi, diabetes melitus, obesitas

56 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

57 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Mayor Gizi Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

58 Judul Tesis : Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta Nama : Siti Nuryati Nomor Pokok : I 151070081 Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ketua Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Anggota Dr. Atmarita, MPH Anggota Diketahui Koordinator Mayor Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 3 Agustus 2009 Tanggal Lulus : 27 Agustus 2009