HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keuntungan bisa didapat antara lain dengan cara meningkatkan performance

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan.

BAB VI PENUTUP. terkait langsung dengan sistem transportasi. Evaluasi dari manajemen sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKAN PENGHARGAAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PERUSAHAAN. Oleh : RASI GRA VIDEKA NIM F

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak ditunjang dengan tenaga kerja yang cakap maka kemungkinan besar sasaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. pola tingkah laku, serta kebutuhan yang berbeda-beda. Keberadaan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap karyawan bagian

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oraang-orang yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN PERSEPSI KETAATAN TERHADAP ATURAN LALU LINTAS PADA SUPIR BUS JURUSAN PURWODADI-SOLO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

PENGARUH PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR DI TERMINAL TERHADAP DISIPLIN AWAK DAN PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMBERIAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAN KEDISIPLINAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA ABSTRAKSI. Derajat Sarjana S-1

INDA RAHMAWATI SINAGA NIM F

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang demikian besar dalam suatu organisasi sangat

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. optimalkan sesuai dengan fungsi masing. Hal ini akan dapat di lakukan apabila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan mengelola sumber daya manusia yang baik merupakan suatu langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RETNO SAWITRIAVI F

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

PENGARUH MOTIVASI, KEDISIPLINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA KARYAWAN BATIK BROTOSENO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor produksi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan khususnya yang bergerak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Kaswan (2012) manajemen sumber daya manusia (MSDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

baik, maka diharapkan produktivitas perusahaan secara keseluruhan akan meningkat sehingga perusahaan akan mencapai tujuan yang di inginkan.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut rivai (2004) bahwa Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tingkat laba tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai faktor penggeraknya. Dalam sumber daya manusia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi kemacetan lalu lintas dan berbagai gangguan lalu lintas lainnya. termasuk ancaman keselamatan lalu lintas.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

PENTINGNYA DISIPLIN PEGAWAI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS KERJA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO TUGAS AKHIR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan maupun kegagalan. Kondisi ini sangat ditentukan oleh sumber

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sumber daya manusia yang kualitas

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

Rena Marliana F

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Malayu S.P

PENGARUH CORPORATE CULTURE

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menginginkan agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai tepat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. perusahaan akan berkembang bila kinerja perusahaan tersebut bagus, dan untuk

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : TINTUN HARI WIBOWO NIM F 100 020 068 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan bisa didapat antara lain dengan cara meningkatkan performance kerja karyawan. Meningkatkannya persaingan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka sangat dituntut performance yang tinggi dari hasil suatu pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Challagalla dan Shervani (dalam Suparmono dan Haryanto, 2005) berpendapat bahwa setiap karyawan perlu adanya, perhatian, penghargaan dan sanksi, dari perusahaan. Penghargaan dan sanksi harus digunakan secara seimbang karena efeknya dalam hasil akhir kerja sangatlah besar. Secara khusus, dalam hal penghargaan dan sanksi itu sendiri, supervisor harus seimbang dalam penggunanya karena efeknya tidak secara langsung dirasakan oleh perusahaan. Karyawan sebagai salah satu elemen utama dari perusahaan akan dapat ditingkatkan kinerjanya apabila karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari karyawan, kapan karyawan dapat berperan serta, serta bagaimana dan kapan karyawan dinilai atas hasil kerjanya didasarkan perilaku kinerja. Penilaian kinerja harus dilakukan secara adil, tidak memihak dan harus menggambarkan kinerja aktual yang akurat. Persoalannya adalah apakah pekerja-pekerja diperusahaan atau organisasi sektor aneka industri mempunyai perilaku kompetitif yang tinggi untuk 1

2 mencapai prestasi kerja yang lebih baik akan melahirkan perilaku tidak cepat puas diri terhadap hasil (Suranta, 2002). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penumpang dapat diketahui bahwa akhir-akhir ini sebagian besar penumpang mengeluhkan kinerja karyawan menurun, khususnya bagi sopir bus. Keluhan penumpang terhadap kinerja sopir karena banyaknya kecelakaan yang dipandang bersumber dari kesalahan sopir sering melakukan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lain. Ini terjadi karena sebagian para sopir bus atau angkutan umum belum bisa diajak disiplin. Akibat banyaknya keluhan kinerja menurun berdampak pada perusahaan. Kinerja sopir menurun dapat diketahui melalui pemasukan hasil penarikan penumpang lebih kecil dari standar. Pemasukan hasil tidak sesuai standar disebabkan sedikitnya konsumen yang menjadi penumpang bus Sumber Kencono. Alasan konsumen tidak menggunakan bus Sumber Kencono karena merasa tidak nyaman dalam perjalanan sehingga penumpang memilih bus lain sebagai transportasi. Pilihan penumpang untuk pindah sarana transportasi ke bus lain menimbulkan kerugian pada perusahaan. Masalah kinerja merupakan masalah penting. Oleh sebab itu, diperlukan upaya-upaya tambahan untuk menyebarluaskannya. Salah satu hambatan potensial yang akan dihadapi adalah kenyataan bahwa masih banyak karyawan yang kurang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang yang ditekuni. Agar dapat menghasilkan program kinerja yang produktif diperlukan suatu pandangan yang luas yang menempatkan unsur manusia sebagai titik sentralnya. Di sini peran manajer menjadi menentukan sebagai prasyarat utama keberhasilan upaya kinerja

3 karyawan yaitu dukungan dan komitmen terhadap upaya-upaya tersebut secara konsisten (Anwar, www.economical SDM.co.id. Desember, 2006). Upaya karyawan untuk meningkatkan kinerjanya dapat dilakukan dengan cara penilaian diri sendiri. Penilaian diri sendiri adalah penilaian karyawan untuk diri sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang diperbaiki pada masa yang akan datang. Pelaksanaannya, organisasi atau atasan penilai mengemukakan harapan-harapan yang diinginkan dari karyawan, tujuan organisasi, dan tantangan-tantangan yang dihadapi organisasi. Kemudian berdasarkan informasi tersebut karyawan dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku yang perlu diperbaiki. Salah satu kebaikan dari metode ini dapat mencegah terjadinya perilaku membenarkan diri (defensive behavior). Metode kini disebut pendekatan masa depan sebab karyawan akan memperbaiki diri dalam rangka melakukan tugas-tugas untuk masa yang akan datang dengan lebih baik (Hariandja, 2002). Penilaian kerja untuk diri sendiri dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun sebagai kelompok akan mendorong kinerja karyawan secara keseluruhan dan merefleksikan dalam kenaikan produktivitas (As ad, 2001). Dengan kata lain peningkatan produktivitas karyawan secara keseluruhan diusahakan untuk mencapai peningkatan prestasi kerja karyawan secara perorangan (individu). Aspek-aspek penilaian kinerja sebagai prestasi karyawan agar dapat meningkatkan produktivitas kerja dapat dinilai melalui kedisiplinan, pelanggaran saat bekerja, tanggung jawab, dan kerjasama.

4 Persoalannya adalah apakah pekerja-pekerja diperusahaan atau organisasi sektor aneka industri atau perusahaan jasa mempunyai persepsi positif terhadap kedisiplinan yang tinggi untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Persepsi positif terhadap disiplin dalam dunia kerja bagi karyawan sangat penting. Sebab persepsi positif akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Walgito (2003) dalam hal ini berpendapat bahwa persepsi manusia ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dalam apa yang disebut sebagai faktor personal. Persepsi karyawan dapat terbentuk melalui pengalaman mengenai informasi yang diperolehnya dari perbuatan kesadaran seperti melihat, mendengar dan mengerti. Apabila pengalaman masa lalu terhadap apa yang diharapkan positif maka dalam kontak yang terjadi pada dirinya dengan apa yang muncul akan positif pula, persepsi yang terjadi pada individu tersebut akan menjadi positif, demikian pula sebaliknya. Persepsi positif disiplin dalam jasa transportasi berkaitan dengan cara kerja sopir saat menjalankan sarana tarnsportasi sehingga selamat di tujuan. Para sopir (bus) yang memiliki persepsi positif terhadap disiplin berlalu lintas cenderung akan mentaati peraturan rambu-rambu lalu lintas. Sebaliknya, persepsi negatif sopir tentang disiplin akan menimbulkan kecenderungan sopir untuk melanggar rambu-rambu lalu lintas. Persepsi negatif dalam disiplin berlalu lintas para sopir inilah yang banyak menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi dapat memberikan dampak negatif seperti kemacetan maupun kecelakaan yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain (Sudarso, 2007).

5 Djafairy (2007) menyatakan bahwa kasus kecelakaan umumnya dipandang bersumber dari kesalahan pemakai jalan raya sendiri. Masih banyak pelanggaranpelanggaran lalu lintas lain. Semua ini terjadi karena sebagian para sopir bus atau angkutan umum belum bisa diajak disiplin karena tidak adanya rasa empati dan memiliki persepsi negatif tentang disiplin berlalu lintas. Persepsi negatif para sopir dapat terjadi karena sikap penegak hukum dalam berlalu lintas kurang tegas. Pelanggar lalu lintas dapat dengan mudah terlepas dari hukuman pelanggaran lalu lintas yang telah dilakukan setelah pelanggar memberikan uang kepada penegak hukum. Persepsi positif terhadap disiplin dalam dunia kerja di bidang usaha jasa transportasi sangat diperlukan. Sementara kedisiplinan sebagai perwujudan tata aturan perilaku, disiplin merupakan bagian yang amat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Thurstone (dalam Walgito, 2003) berpandangan bahwa persepsi merupakan suatu tingkatan efek, baik itu bersifat negatif maupun positif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis. Adapun kedisiplinan diartikan oleh Poerwadarminta (1992) sebagai latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu menaati tata tertib dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Usaha-usaha untuk menciptakan disiplin di dalam suatu organisasi selalu melalui adanya tata tertib atau peraturan yang jelas, juga harus ada penjabaran tugas dan wewenang yang jelas, tata cara atau tata kerja yang sederhana yang dapat dengan mudah diketahui oleh setiap anggota organisasi.

6 Anoraga (2006) menyatakan bahwa disiplin meningkatkan prestasi kerja secara singkat dapat disebutkan bahwa sumber disiplin adalah adanya kesadaran, di samping itu juga harus ada keahlian atau keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Disiplin dibedakan menjadi dua, yaitu disiplin preventif dan disiplin kuratif. Disiplin preventif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai menaati standard dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksakan yang pada akhirnya akan menciptakan disiplin diri. Disiplin korektif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya (Hariandja, 2002). Disiplin akan membuat seseorang atau kelompok tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan atau yang tidak sepatutnya dilakukan, karena merupakan hal-hal yang dilarang. Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka perilaku atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari kehidupan seseorang atau kelompok. Menurut Sumarmo (1994) disiplin pada tingkat individu mempunyai tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu (1) pemahaman, (2) sikap mental, dan (3) perilaku. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, norma, kriteria atau standar,

7 yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan. sikap mental (mental attitude), yang merupakan perilaku taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Seorang individu dalam melakukan suatu kegiatan penting untuk memahami secara mendalam apa yang akan dilakukannya. Dalam kedisiplinan yang perlu dipahami adalah suatu aturan sistem aturan dan norma, ketaatan dapat aturan, norma, Kriteria atau standar, atau kesadaran yang timbul dari dalam diri sendiri. Hal ini merupakan syarat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Beradasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa akibat buruk perilaku disiplin para sopir yang berdampak pada keselamatan penumpang dan banyak harta benda yang hilang yang kurang dan akibat yang ditimbulkan banyak merugikan masyarakat menunjukkan cara kerja sopir kurang produktif dan kinerja sopir dinilai buruk. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu: "Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas dengan kinerja?" Adapun judul dalam penelitian ini yaitu: Hubungan Antara Persepsi Terhadap Disiplin dalam Berlalu Lintas dengan Kinerja.

8 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai empat tujuan. 1. Ingin mengetahui hubungan antara persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas dengan kinerja. 2. Ingin mengetahui tingkat persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas. 3. Ingin mengetahui tingkat kinerja. 4. Ingin mengetahui besar sumbangan persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas terhadap kinerja. C. Manfaat 1. Bagi pimpinan perusahaan angkutan darat dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan tentang pentingnya hubungan antara persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas dengan kinerja. 2. Bagi karyawan (bekerja sebagai sopir) di perusahaan angkutan darat dapat dijadikan gambaran dan menambah pengetahuan mengenai hubungan antara persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas dengan kinerja. 3. Bagi ilmuwan psikologi dalam mengembangkan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi industri tentang hubungan antara persepsi terhadap disiplin dalam berlalu lintas dengan kinerja.