tertentu, pengetahuan dapat menjadikan seseorang mampu melakukan perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota Bitung

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Keywords:. Knowledge, Attitude, Action in the Utilization of PHC.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross sectionel study (studi potong lintang).

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

ABSTRACT. Keywords: Education Level, Income Level, Knowledge, Attitude, Household Waste Treatment. ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERSEDIANYA JAMBAN KELUARGA SEHAT DI DESA TOMPASO DUA KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: pengetahuan, pendapatan, minyak jelantah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tingkat penerapan PHBS

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

Kata Kunci : Posyandu, Kader Posyandu, Keaktifan.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMILIK ANJING DENGAN PEMELIHARAAN ANJING DALAM UPAYA MENCEGAH RABIES DI KELURAHAN TARATARA KECAMATAN TOMOHON BARAT Vera A. Mongdong * Jimmy Posangi** Odi R. Pinontoan*** * Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi *** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Salah satu penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah rabies. Penyakit Rabies merupakan penyakit fatal dengan Case Fatality Rate (CFR) 100%. Penduduk di Kelurahan Tara tara yang mayoritas adalah suku Minahasa memiliki kegemaran untuk memelihara anjing sehingga besar kemungkinan untuk mendapat gigitan dari anjing yang dipeliharanya atau gigitan dari anjing yang dibiarkan bebas berkeliaran. Dengan situasi masyarakat yang demikian maka lalu lintas anjing sangat sulit diawasi sehingga memiliki risiko tertular rabies dari anjing yang menderita rabies. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis factor internal (pengetahuan,sikap) dan eksternal (sumber informasi, anjuran petugas kesehatan dan anjuran tokoh masyarakat ) pemilik anjing dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies di Kelurahan Taratara Kecamatan Tomohon Barat. Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode analitik menggunakan desain cross sectional. Data primer diambil dari 96 responden dengan wawancara langsung. Data sekunder diambil dari dari dokumen maupun arsip yang berada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon, Puskesmas Taratara, Dinas Peternakan, dan Kantor Kelurahan.Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, sumber informasi, anjuran petugas kesehatan dan anjuran tokoh masyarakat, variabel dependen yaitu pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies. Data dianalisis secara deskriptif melalui perhitungan statistic uji chi square dengan signifikansi ρ<0,05 menggunakan bantuan program komputer SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), terdapat hubungan antara sikap dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), terdapat hubungan faktor sumber informasi dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), terdapat hubungan faktor anjuran tenaga kesehatan dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,000), demikian juga terdapat hubungan faktor anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies (ρ 0,007). Kesimpulan dalam penelitian ini ialah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, faktor sumber informasi, anjuran tenaga kesehatan, anjuran tokoh masyarakat, dengan pemeliharaan anjing yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya penyakit rabies. Disarankan perlunya upaya promosi kesehatan dan sosialisasi atau penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat tentang penyakit rabies dan pencegahannya dan kepada masyarakat dan bagi masyarakat Kelurahan Taratara Agar selalu menambah pengetahuan mengenai penyakit rabies dan cara pencegahannya serta merubah sikap dan perilaku dengan melakukan tindakan pencegahan penyakit rabies melalui cara pemeliharaan yang baik dan benar. ABSTRACT One of the infectious diseases that still an issue around the world, including in Indonesia, is rabies. Rabies is a fatal disease with 100% Case Fatality Rate (CFR). Majority of residents in Taratara village are Minahasan people who have a favor for raising a dog so it is likely to get a bite from a dog that was raised or from a dog that was left free to roam. With that kind of situation, the dog traffic will be very difficult to control so it will increase the risk of acquiring rabies from a dog suffering from rabies. The purpose of this study was to analyze the internal factors (knowledge, attitudes) and external (resources, advocacy of health workers and community leaders suggestion) of the dog owners with the raising of dogs in an effort to prevent rabies in the Taratara village West Tomohon sub district. The type of this study was the analytical method using cross sectional design. Primary data were taken from 96 respondents by direct interview. Secondary data were taken from the 10

document archives of the North Sulawesi Provincial Health Office, Department of Health and Social of Tomohon City, Taratara Community Health Center, Department of Animal Husbandry, and the Village Office. Independent variables were knowledge, attitudes, resources, advocacy of health workers and community leaders suggestion while dependent variable was the raising of dogs in an effort to prevent rabies. Data were analyzed descriptively by using chi square test with significance value (ρ <0.05) using the SPSS computer program. Results showed that there was a significant association between knowledge and raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0,000), there was a significant association between attitudes and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0,000), there was a significant association between resources and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0,000), there was a significant association between advocacy of health workers and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0.000), and there was a significant association between community leaders suggestion and the raising of dogs in an effort to prevent rabies (ρ 0.007). Conclusion of this study is that there was a significant relationship between knowledge, attitudes, resources, advocacy of health workers, community leaders suggestion and the raising of dogs in an effort to prevent rabies. Suggestion that can be given is the need for health promotion efforts and constant outreach or extension to the public about rabies and its prevention and for the people of the Taratara village is to always increase knowledge about rabies and its prevention as well as changing attitudes and behaviors by conducting preventive measures of rabies through the good and right way of raising dogs. PENDAHULUAN Salah satu penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah rabies. Penyakit Rabies merupakan penyakit fatal dengan angka kematian sebesar 100% atau Case Fatality Rate (CFR) 100%. World Health organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 55.000 ribu orang pertahun meninggal karena penyakit rabies dan 95 % jumlah itu berasal dari Asia dan Afrika. Sebagian besar dari korban yaitu sekitar 40% terdiri dari anak anak usia di bawah 15 tahun. Penyebaran rabies ini disebabkan gigitan anjing yang terkena rabies. Kematian umumnya disebabkan oleh karena tidak adanya perlakuan atau kurangnya perlakuan yang baik (Post Exposure Treatment) dari korban yang terkena rabies (WHO,2013) Penyakit rabies merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas secara nasional dimana jumlah kasus gigitan hewan penular rabies secara nasional masih cukup tinggi setiap tahunnya. Di Indonesia kasus rabies pertama kali dilaporkan di Jawa Barat tahun 1889 pada anjing dan pada manusia di tahun 1894, setelah itu rabies mulai menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia (Buletin Penyakit Zoonosis, 2013). Di Indonesia kasus rabies pertama kali dilaporkan di Jawa Barat tahun 1889 pada anjing dan pada manusia di tahun 1894, setelah itu rabies mulai menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia( Buletin Penyakit Zoonosis, 2013). Secara nasional propinsi yang belum terbebas dari penyakit rabies adalah urutan pertama oleh Bali dengan kasus gigitan HPR sebanyak 37.066 kasus dengan kematian 1 kasus pada manusia, urutan kedua Riau dengan kasus gigitan HPR sebanyak 5106 kasus dengan kematian sebanyak 12 kasus, urutan ketiga NTT sebanyak 5067 kasus dengan kematian 6 kasus, Sumatera Utara sebanyak 3037 11

kasus dengan kematian sebanyak 8 kasus dan Sulawesi utara dengan kasus gigitan HPR sebanyak 2729 kasus dengan kematian pada manusia sebanyak 30 kasus (Kemenkes RI, 2014). Kota Tomohon merupakan salah satu kota/kabupaten di Sulawesi utara yang menempati posisi 6 terbanyak kasus gigitan HPR. Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan dan social kota Tomohon dimana tahun 2015 kasus gigitan HPR sebanyak 256 dan yang di beri VAR sebanyak 72 orang. Hasil pengamatan penulis di Kelurahan Tara Tara dijumpai banyak anjing berkeliaran secara bebas. Penduduk di Kelurahan Tara tara yang mayoritas adalah suku Minahasa memiliki kegemaran untuk memelihara anjing sehingga besar kemungkinan untuk mendapat gigitan dari anjing yang dipeliharanya atau gigitan dari anjing yang NZ²a/2 P(1-P) n = (N-1)d² + Z²a/2 P(1-P) dibiarkan bebas berkeliaran. Dengan situasi masyarakat yang demikian maka lalu lintas anjing sangat sulit diawasi sehingga memiliki risiko tertular rabies dari anjing yang menderita rabies. METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di kelurahan Tara Tara pada bulan Desember 2015 sampai bulan Maret 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilik anjing di Kelurahan Tara Tara yang berjumlah 221 Keluarga. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus (Lemeshow,1998) 221 x 1,96 x 0,25(1-0,25) n = (221-1)0,005²+1,96x0,25(1-0,25) 81,21755 n = 0,9175 n = 88 n = 88 + (10%x88) n = 96 orang sebagai responden Keterangan : n = Perkiraan besar sampel Z²a/2 = Standar deviasi normal 1,96 untuk α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95 %) P = Proporsi untuk sifat tertentu yang terjadi pada individu ditentukan 25% N = Besar populasi 12

Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Metode dan pengumpulan data meliputi data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung pada responden oleh peneliti dan mengacu pada variabel yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari dokumen atau arsip yang ada di dinas kesehatan propinsi Sulawesi utara, dinas kesehatan kota tomohon, Puskesmas Taratara, Dinas peternakan dan kantor kelurahan. Analisis data yang dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan antara pengetahuan dengan pemeliharaan anjing dalam mencegah rabies yang dilakukan penelitian terdapat 32 responden (69,9%) yang pemeliharaan anjingnya kurang baik juga memiliki pengetahuan yang kurang baik, dan dari hasil analisis bivariat dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan responden dengan pemeliharaan anjing dalam upaya pemcegahan kejadian rabies. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Moningka dkk (2013) yang mendapatkan bahwa pengetahuan masyarakat berhubungan terhadap pemeliharaan anjing yang juga berhubungan langsung dengan pencegahan rabies dari masyarakat. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, pengetahuan dapat menjadikan seseorang mampu melakukan perubahan dengan menggunakan program komputer, untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Pengetahuan, sikap, sumber informasi, anjuran petugas kesehatan dan anjuran tokoh masyarakat) dengan variabel terikat (pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies) sehingga akan diketahui variabel mana yang mempunyai hubungan yang signifikan secara statistik. Analisis yang digunakan adalah uji Chi Square dengan nilai p < 0,05. perilaku termasuk perubahan dari yang tidak baik menjadi baik. Untuk itu perlu adanya upaya pemberian pengetahuan uang terus menerus kepada masyarakat ataupun pemelihara anjing sehingga dapat menambah pengetahuan mereka dan menimbulkan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan anjing yang benar dalam upaya mencegah rabies. Upaya masyarakat dalam mencegah rabies kadang belum dapat langsung di lihat karena sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi kadang ditafsirkan terlebih dahulu dalam perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003) Hubungan antara sikap dengan pemeliharaan anjing dalam mencegah rabies yang dilakukan penelitian terdapat 36 responden (78,3%) yang pemeliharaan anjingnya kurang baik juga memiliki sikap yang kurang baik, dan dari hasil analisis bivariat dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α<0,05), sehingga dapat 13

disimpulkan bahwa ada hubungan sikap responden dengan pemeliharaan anjing dalam upaya pemcegahan kejadian rabies. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hontong (2012) yang menyatakan ada hubungan antara sikap responden dengan tindakan pencegahan rabies. Pendapat yang berbeda dengan penelitian ini dikemukakan oleh Moningka dkk (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemeliharaan anjing dalam pencegahan rabies. Hubungan antara sikap dan tindakan pencegahan rabies yang dilakukan oleh masyarakat sangat berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh masyarakat, juga informasi yang diperoleh.. Sikap responden yang baik tidak selalu tampak dalam perilaku yang baik pula yang dapat menghindarkan responden dari kejadian penyakit. Terjadinya kasus rabies bukan karena dipengaruhi oleh sikap saja namun dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan tindakan. Pentingnya pemberian pengetahuan yang berkesinambungan sehubungan dengan bahaya penyakit rabies kepada pemelihara anjing dan masyarakat agar dapat menimbulkan kesadaran mereka sehingga masyarakat dapat merubah sikap mereka dalam melakukan pemeliharaan anjing dalam upaya untuk mencegah rabies. Keyakinan masyarakat terhadap terjadinya kasus rabies yang ditularkan lewat gigitan hewan penyebab rabies dipengaruhi oleh karakter individu dalam melakukan evaluasi. Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Notoadmojdo, 2003). Hubungan sumber informasi dengan pemeliharaan anjing dengan pencegahan rabies. yang dilakukan penelitian terdapat 32 responden (71,7%) yang pemeliharaan anjingnya kurang baik juga mendapatkan sumber informasi yang kurang baik, dan dari hasil analisis bivariat dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sumber informasi responden dengan pemeliharaan anjing dalam upaya pencegahan kejadian rabies. Hal yang sama didapatkan dari hasil penelitian Tahulending, dkk (2014) dimana terdapat hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tindakan pencegahan rabies. Perubahan perilaku harus disertai sumber informasi yang jelas dan diberikan dengan intensif karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara mencapai hidup sehat,cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit rabies, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hubungan anjuran tenaga kesehatan dengan pemeliharaan anjing dengan pencegahan rabies. yang dilakukan penelitian terdapat 32 14

responden (69,6%) yang pemeliharaan anjingnya kurang baik juga mendapatkan anjuran tenaga kesehatan yang kurang baik, dan dari hasil analisis bivariat dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan anjuran tenaga kesehatan responden dengan pemeliharaan anjing dalam upaya pemcegahan kejadian rabies. Hasil penelitian oleh Tahulending dkk (2015) dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peranan petugas kesehatan dengan pencegahan rabies. Anjuran petugas masyarakat terhadap pemeliharaan anjing dalam upaya mencegah rabies tergantung dari cara penerimaan setiap orang, dimana dalam menerima anjuran dari petugas kesehatan setiap orang mempunyai kesadaran dan persepsi yang berbeda beda sehingga menimbulkan perbedaan dalam pemeliharaaan anjing. Perubahan perilaku dari yang tidak baik menjadi baik dapat dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk dari informasi yang jelas dan diberikan oleh pihak yang lebih tahu dan kompeten. Informasi ini dapat diberikan oleh petugas kesehatan dimana petugas kesehatan mengetahui dengan jelas bagaimana cara pencegahan penyakit rabies karena seseorang yang berkompeten dalam bidangnya dapat memberikan sugesti kepada oranglain dan akan lebih mudah di terima, dapat menimbulkan rasa percaya bahwa apa yang di informasikan itu benar karena sesuai dengan bidangnya sehingga pendapatnya dapat di terima dimana pendapat yang diberikan itu mengandung unsur unsur yang baik. Anjuran petugas kesehatan adalah suatu upaya baik moril dan materiil yang di lakukan oleh tenaga kesehatan yang mampu mempengaruhi masyarakat dan menggerakkan prilaku positif terhadap kesehatan (Sarwono,2003). Hubungan anjuran tokoh masyarakat dengan pemeliharaan anjing dengan pencegahan rabies. yang dilakukan penelitian terdapat 16 responden (34,8%) yang pemeliharaan anjingnya kurang baik juga mendapatkan anjuran tokoh masyarakat yang kurang baik, dan dari hasil analisis bivariat dengan chisquare diperoleh nilai p sebesar 0,003 (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan anjuran tokoh masyarakat responden dengan pemeliharaan anjing dalam upaya pencegahan kejadian rabies. Penelitian yang dilakukan Sudarshan (2012) mengenai Rural Rabies Prevention Project mendapati peran tokoh masyarakat pada berbagai kegiatan tingkat masyarakat dilakukan termasuk peran tokoh masyarakat pada sikap dan praktek masyarakat mengenai pencegahan dan pengendalian manusia dan hewan rabies. Sebagai salah satu aspek budaya tokoh masayarakat sangat berperan dalam kehidupan masyarakat dan dapat mengambil peran strategis dalam hal pencegahan penyakit rabies dengan terus melakukan sosialisasi mengenai pencegahan penyakit rabies dalam masyarakat. Dimana anjuran dapat dilakukan dalam pertemuanpertemuan atau kegiatan bermasyarakat. 15

Daftar Pustaka Sudarshan, M.K (2013).Rural Rabies Prevention Project - A One Health Experiment in India: An Overview, International Journal of TROPICAL DISEASE & Health, 2013www.sciencedomain.org, diakses 2 Mei 2016. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Cetakan 3, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. World Health Organization (WHO). (2013). Media Center Rabies Strategis For The Control And Elimination of Rabies in Asia. Report of WHO interregional Consultation Geneva Switzerland: 1-19, diakses 2 Mei 2016. Kementrian Kesehatan RI, (2014) Data Rabies Nasional. Subdit Pengendalian Zoonosis Direktorat PPBL, Ditjen PP & PL. Moningka, F., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pemilik Anjing Dengan Tindakan Pencegahan Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Ongkau Kabupaten Minahasa Selatan. Skripsi. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Samratulangi Manado http://ejournal. unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article di akses 1 Mei 2016. Notoatmodjo,S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Tahulending J.M.F, G.D Kandow, B. Ratag (2015) Faktor faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit rabies di kelurahan makawidey kecamatan aertembaga kota Bitung. Jurnal Jikmu Vol.5 no.2 ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu /article diakses 1 Mei 2016. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Cetakan 3, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudarshan, M.K (2013).Rural Rabies Prevention Project - A One Health Experiment in India: An Overview, International Journal of TROPICAL DISEASE & Health, 2013www.sciencedomain.org, diakses 2 Mei 2016. 16