6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tonkoko Nama Kawah : - Lokasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Administratif: termasuk Desa Makewide, Kecamatan Bitung, Kabupaten Minahasa Geografis Puncak: 01 o 31' LU dan 125 o 11,5' BT : 1149 meter dpl : Bitung : strato : Desa Winenet, Kec. Bitung Timur, Kota Bitung, Sulawesi Utara Lokasi geografis: 01 o 27' 34,44 LU dan 125 o 12' 05,04 BT PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Puncak G. Tangkoko dapat dicapai melalui tiga jalur: 1. Dari Pelabuhan Bitung menuju Kampung Pinangunian kemudian langsung menuju puncak. 2. Dari Kampung Makewide menuju Kampung Loari selanjutnya ke puncak. 3. Dari Kampung Batuputih ke Kampung Paring langsung ke puncak. Umumnya jalur yang paling sering dilalui ialah jalur kedua. Pendakian dimulai dari Kampung Makewide, menuju ke utara sedikit ke timur, menyusur pantai lewat kebun kelapa. Setelah lebih kurang 1 km sampailah ke Kampung Lembahao. Selanjutnya perjalanan menuju ke arah utara agak ke timur lewat tegalan dengan pondoknya, menuju Kampung Loari (sampai ketinggian 350 m), kemiringan rata-
rata 15 o. Akhirnya sampailah di pinggir kawah bagian tenggara pada ketinggian 670 m. Waktu yang diperlukan dari Makewide ke pinggir kawah ini 3 jam. Demografi Pemukiman penduduk yang terdapat di sekitar kaki G. Tangkoko antara lain Desa Dua Saudara di sebelah barat G. Tangkoko tempat Pos Pengamatan Gunungapi Tangkoko. Sedangkan pada bagian tenggara terdapat lebih banyak desa antara lain Desa Air Prang, Desa Tikuara, Desa Makewide, Desa Lembahao dan Desa Loari yang merupakan desa yang terdekat ke puncak. Demikian juga pada bagian selatan dari puncak G. Tangkoko dijumpai beberapa desa yaitu Desa Telen, Desa Air Tembaga, Desa Tanduk Rusa dan Desa Pinangunian. Pada bagian selatan terdapat Kota Bitung yang juga merupakan Pelabuhan Laut Daerah Sulawesi Utara SEJARAH KEGIATAN Kegiatan G. Tangkoko telah tercatat sejak abad ke-17 (1680) hingga abad ke- 20 (1952), catatan selengkapnya adalah sebagai berikut : 1680 Koperberg (1928, p.57) dan Kemmerling, 1929,p.99), menduga bahwa erupsi tahun ini, agak dikacaukan, mungkin yang meletus G. Dua Saudara, sehingga muncul gunungapi parasiter Tongkoko, sedang Neumann van Padang (1951,244), menganggapnya erupsi normal dari kawah pusat yang mengakibatkan daerah sekelilingnya rusak. 1683 Terjadi erupsi dari kawah pusat, menurut Neumann van Padang (1951, p. 244) 1694 Tidak ada keterangan lebih lanjut 1801 Menurut Junghuhn (1844, p.1289), Kemmerling (1923, p.101) ataupun Kopergberg, 1928, p.58); pada tahun ini G. Tangkoko menyemburkan abu, pasir gunungapi dan batu gununggapi berwarna kemerahan seperti terbakar. Abu dan pasir mengepul ke atas angkasa, sehingga abu sampai ke Airmadidi, Kemal, Moorubi, bahkan sampai Manado. Setelah itu muncul sumbat lava yang berupa bukit kecil di dasar kawah G. Tangkoko dan timbulnya kerucut gunungapi parasit Batuangus. Neumann van Padang (1951, p.244), mengangapnya sebagai erupsi normal dari kawah pusat, daerah rusak, erupsi parasiter, erupsi pada danau kawah dan aliran lava dari gunung Batu Angus. 1821 Terjadi aliran lava dari gunung Batu Angus, yang mempengaruhi tanjung di tepi pantai tersebut (Neumann van Padang, 1951, p.244) 1843-1845 Terjadi erupsi normal pada gunungapi parasit Batu Angus, Neumann van Padang ( 1951, p.244) 1880 Terjadi erupsi pada G. Batu Angus, erupsi pada danau kawah dan aliran lava, Neumann van Padang (1951, p.244 1952 Kenaikan kegiatan (Reksowirogo, 1971) Karakter dan Periode Erupsi
Erupsi G. Tangkoko bersifat explosif dan efusif, explosif merupakan erupsi dengan produk berupa abu, lapilli maupun bom vulkanik, sedang efusif adalah lelehan berupa aliran lava. Sejarah erupsi G. Tangkoko tercatat sejak tahun 1680, periode erupsi terpendek berjarak 3 tahun dan yang terpanjang 107 Tahun, peningkatan kegiatan terakhir terjadi tahun 1952. (Suparto, 1990) GEOLOGI Gunungapi Tangkoko (1149 m dpl) merupakan gunungapi strato yang mempunyai kawah besar dan dalam serta gunungapi parasit G. Batu Angus (700 m dpl). G. Tangkoko dan tetangganya G. Dua Saudara, mempunyai morfologi yang amat sederhana. Kedua gunungapi tersebut dipisahkan oleh sebuah pematang yang berarah baratlaut tenggara. G. Tangkoko berbentuk elips dengan ukuran kawah 2 km x 1 km dan kedalaman 200 m. Di dasar kawah terdapat sumbat lava yang berbentuk kubah setinggi 100 m, diduga sumbat tersebut terbentuk dalam kegiatan tahun 1801 (Junghuhn, 1844). Di lereng timur sejauh 2 km dari G. Tangkoko terletak kubah lava G. Batu Angus dan leleran lava sepanjang 2 km. Bagian atas kawah G. Batu Angus berukuran 325 m x 300 m dan diameter dasar kawah 200 m, sedangkan kedalamannya 90 m. Secara staratigrafi produk G. Tangkoko didasari oleh batuan vulkanik Tersier Miosen yang tersingkap di pulau Lembeh (Verbeek,1908). Iing Kusnadi, dkk., 1993 telah memetakan geologi G. Tangkoko, diketahui bahwa bahwa ada 3 sumber erupsi pada pada gunungapi Tangkoko, urutan dari tua ke muda yaitu sumber erupsi Dua Saudara, sumber erupsi Tangkoko dan sumber erupsi Batu Angus.Masing-masing sumber erupsi tersebut menghasilkan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Sumber erupsi Dua Saudara menghasilkan beberapa unit: lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Komposisi lava adalah basalt piroksen sampai andesit basaltis piroksen dengan mineral utama plagioklas dan piroksen. Sumber erupsi gunungapi Tangkoko menghasilkan 6 unit satuan lava, 4 unit satuan aliran piroklastik dan 4 unit satuan jatuhan piroklastik. Komposisi lava adalah andesit basaltis piroksen sampai andesit piroksen dengan mineral utama plagioklas dan piroksen. Sumber erupsi Batu Angus merupakan sumber erupsi termuda menghasilkan 4 unit satuan lava dan 1 unit satuan jatuhan piroklastik. Komposisi
lava adalah basalt piroksen sampai andesit basaltis piroksen, dengan mineral utama plagioklas dan piroksen GEOKIMIA Kimia Batuan Batuan gunungapi Tangkoko mempunyai kandungan SiO2 antara 47,83 % sampai 62,68 %, dan kandungan K2O antara 0,4 % sampai 1,58 %. Batuan gunungapi Tangkoko termasuk dalam jenis batuan basalt sampai andesit dengan kandungan K low - medium (Le Maitre,1989). Kandungan AL2O3 berkisar antara 14,23 % sampai 19,76 %, yang dapat dikatagorikan sebagai sebagai relatif tinggi. Tingginya persentasi berat oksida tersebut mungkin dipengaruhi oleh fraksinasi plagioklas atau pengaruh kontaminasi crust yang biasanya disusun oleh batuan sedimen. Kimia Air Hasil analisa kimia terhadap contoh air yang diambil dari daerah Batuputih G. Tangkoko diperoleh 15 unsur. Untuk contoh air yang diambil dari G. Tangkoko ini ada beberapa kation yang tidak terdeteksi yakni Al, Fe dan Mn. Sedangkan Li muncul dalam jumlah yang sangat kecil. Akan tetapi semua unsur muncul dalam konsentrasi yang relatif kecil kecuali HCO3,dan NH3 yang muncul dengan konsentrasi besar. HCO3 ini diduga berasal dari batuan sekitarnya atau wallrock. Dengan melihat komposisi ini maka diperkirakan mata air tersebut merupakan air mateorit yang untuk saat ini mungkin tidak dipengaruhi oleh aktifitas magma (Kadarsetia, 1999). MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Kegempaan G. Tangkoko diamati dengan menggunakan sebuah seismometer. PETA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Daerah Bahaya Daerah Bahaya, yaitu daerah yang terancam oleh semua jenis bahaya yang dihasilkan oleh erupsi G. Tangkoko, diduga akan meliputi daerah dengan radius 5
km dari titk kegiatan. Sebaran awan panas, aliran lava, dan lahar hujan akan bervariasi berdasarkan mengikuti alur sungai, ke arah selatan mengikut S. Prang, ke utara S. Batu Putih, sedangkan ke barat di sepanjang pantai baratlaut gunungapi tersebut. Luas daerah bahaya tersebut ialah 100,5 km 2. Daerah Waspada Daerah waspada merupakan daerah yang terancam oleh sebaran material vulkanik yang disemburkan ke udara apabila intensitas erupsi menunjukkan peningkatan. Daerah tersebut mencakup wilayah dengan radius 8 km dari titik erupsi, akan tetapi bahaya akan mengancam pula disepanjang sungai akibat aliran lava dan lahr hujan. Daerah tersebut meliputi wilayah selatan di sepanjang aliran S. Tembaga dan wilayah utara sepanjang S. Kawua dan ke arah barat di sepanjang pantai.
Peta Daerah Bahaya Gunungapi Tangkoko
DAFTAR PUSTAKA Kadarsetia, E., dkk.,1999, Laporan Penyelidikan Kimia Air G. Tangkoko, G. Lokon dan G. Ambang, Sulawesi Utara. Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 677 681. Suparto Siswowidjojo, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus, 1990