DAYA INFEKTIF CAMPURAN Plasmodium berghei IRADIASI DAN NON-IRADIASI PADA MENCIT (Mus musculus)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI AWAL PENGEMBANGAN VAKSIN MALARIA DENGAN TEKNIK NUKLIR : PENGARUH IRADIASI GAMMA PADA Plasmodium berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT

PENENTUAN DOSIS IRADIASI OPTIMAL UNTUK MELEMAHKAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK. Devita Tetriana dan Darlina 1

PENGARUH IRRADIASI GAMMA PADA Plasmodium Berghei TERHADAP DAYA TAHAN MENCIT Darlina dan Devita T PTKMR-BATAN

DAYA INFEKSI Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK YANG DIIRRADIASI SINAR GAMMA

UJI EFEKTIVITAS IRADIASI GAMMA DALAM MELEMAHKAN Plasmodium berghei MELALUI INKORPORASI H-3 HIPOKSANTIN

STUDI HISTOPATOLOGI LIMPA MENCIT PASCA INFEKSI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH

RESPONS HEMATOPOITIK MENCIT YANG DIINFEKSI DENGAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK IRADIASI GAMMA

HISTOPATOLOGI HATI DAN LIMPA MENCIT PASCA IMUNISASI BERULANG DAN UJI TANTANG DENGAN Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK

PENGAMATAN HEMATOLOGI PADA MENCIT PASCA INFEKSI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA STADIUM ERITROSITIK

PERUBAHAN JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT YANG DIIMUNISASI DENGAN PLASMODIUM BERGHEI YANG DIRADIASI

PENENTUAN DOS IS IRADIASI OPTIMAL UNTUK MELEMAHKAN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK

PROPAGASI Plasmodium berghei IRADIASI GAMMA LAJU DOSIS TINGGI PADA MENCIT (Mus musculus)

PROLIFERASI LIMFOSIT MENCIT YANG DIIMUNISASI DENGAN Plasmodium berghei RADIASI 175 Gy

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

PENGARUH RADIASI TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum STRAIN NF54 STADIUM ERITROSITIK

ABSTRAK. PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

RESPON TUMOUR NECROSIS FACTOR ALFA (TNF-Α) DALAM DARAH DAN LIMPA MENCIT YANG DIVAKSINASI DENGAN P.berghei RADIASI

DOSIS INAKTIF DAN KADAR PROTEIN Klebsiella pneumonia K5 HASIL IRADIASI GAMMA

THE AGENT OF ANTIMALARIAL ACTIVITY OF LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val) RHIZOME JUICE ON SWISS MALE MICE INFECTED Plasmodium berghei

PENGARUH RADIASI GAMMA TERHADAP PROFIL PROTEIN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 11, No. 2, 2006, halaman ISSN : Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

EFEKTIFITAS KLOROKUIN TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum RADIASI SECARA IN VITRO

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Syamsudin 1, Susan Marlina 1, Rita Marleta Dewi 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta, 2 P3M, Litbangkes, Departemen Kesehatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

TEORI DASAR RADIOTERAPI

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ASCARIS SUUM YANG DIRADIASI TERHADAP POPULASI LARVA PADA REINFEKSI

PERNYATAAN. Jember, 4 Juni 2010 Yang menyatakan, Siti Agus Mulyanti NIM

EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum

PROPAGASI SPOROZOIT PADA NYAMUK ANOPHELES SP. SECARA IN VIVO SEBAGAI BASIS PEMBUATAN VAKSIN MALARIA IRADIASI

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

BAB II. BAHAN DAN METODE

ABSTRAK. EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DINOKULASI Plasmodium berghei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum

Pengaruh Royal Jelly Terhadap Kandungan Protein Daging Sapi yang Dipapar Radiasi Gamma

OTOMATISASI PENGHITUNGAN PERSENTASE PARASITEMIA Plasmodium Falciparum MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK NISH ELEMENT D 2.3

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

PARASIT MALARIA RODENSIA SEBAGAI MODEL PENELITIAN VAKSIN DENGAN TEKNIK NUKLIR

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI

THE ANTIMALARIA ACTIVITY TEST OF SQUEEZED GINGER (Zingiber officinale Roxb) IN MALE MICE OF SWITZERLAND LINEAGE INFECTED BY Plasmodium berghei

BAB III METODE PENELITIAN

KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

UJI PROFIL PROTEIN KELENJAR LUDAH Anopheles sp. TERINFEKSI P. berghei PASCA IRADIASI GAMMA DENGAN TEKNIK SDS-PAGE UNTUK PENGEMBANGAN VAKSIN MALARIA

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAGING SAPI YANG DIRADIASI GAMMA

AKTIVITAS ANTIPLASMODIUM EKSTRAK ETANOL BEBERAPA TANAMAN OBAT TERHADAP MENCIT YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah

Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran OLEH

5. Diagnosis dengan Radioisotop

UJI AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) SECARA IN VIVO SKRIPSI. oleh. Cita Budiarti NIM

Pengaruh Pemberian Vitamin A Terhadap Penurunan Parasitemia Mencit yang Diinfeksi Plasmodium berghei

EFEK DAGING BUAH NAGA

LAPORAN TEKNIS Pengembangan Kualitas Teknik FISH dengan Variasi Dual Probe. Yanti Lusiyanti Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi

AKTIVITAS DAN POTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTON TEROKSIGENASI DAN TERPRENILASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

PENGAWETAN UMBI BAWANG MERAH DENGAN RADIASI GAMMA CO-60

& Pav.) THE WHITE MALE STRAIN SWISS Mice infected by Plasmodium berghei

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI

EFEK RADIASI BAGI MANUSIA. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

UJI IN VIVO AKTIVITAS ANTIPLASMODIUM EKSTRAK. ETANOL KULIT BATANG DUKU (Lansium domesticum Corr.) TERHADAP Plasmodium berghei PADA MENCIT PUTIH GALUR

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Transkripsi:

DAYA INFEKTIF CAMPURAN Plasmodium berghei IRADIASI DAN NON-IRADIASI PADA MENCIT (Mus musculus) Teja Kisnanto 1), Mukh Syaifudin 1), Siti Nurhayati 1), dan Gorga Agustinus 2) 1), Jakarta 2) Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - ISTN, Jakarta ABSTRAK DAYA INFEKTIF CAMPURAN Plasmodium berghei IRADIASI DAN NON-IRADIASI PADA MENCIT (Mus musculus). Radiasi gamma berpotensi digunakan untuk pembuatan bahan vaksin malaria. Daya pelemahan radiasi gamma terhadap parasit Plasmodium berghei dipengaruhi antara lain oleh banyaknya parasit yang sensitif atau resisten. Oleh karena itu perlu dilakukan uji daya infektif parasit yang diiradiasi gamma yang dicampur dengan parasit non-iradiasi. P. berghei diiradiasi gamma dosis 175 Gy kemudian dicampur dengan darah non-iradiasi dengan perbandingan persentase volume 50%:50% ; 25%:75% ; 75%:25% ; 20%:80% ; 80%:20% ; 10%:90% dan 90%:10%, kemudian disuntikkan pada mencit secara intraperitoneal. Sebagai kontrol digunakan mencit yang disuntikkan 100% parasit iradiasi. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap laju pertumbuhan parasit dalam darah (parasitemia) dan tingkat mortalitas mencit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi bahan vaksin yang relatif paling baik dalam menurunkan daya infeksi parasit P. berghei pada mencit adalah perbandingan 50%:50% dengan persentase parasitemia dibawah 20% hingga hari ke-16. Kata kunci : Malaria, vaksin, iradiasi gamma, P. berghei ABSTRACT THE INFECTIVITY OF Plasmodium berghei MIXED IRRADIATED AND NON-IRRADIATED IN MICE (Mus musculus). Gamma radiation potentially used to create malaria vaccine materials. The attenuation power of gamma rays to Plasmodium berghei influenced by the number of sensitive and resistant parasites. Therefore it needs to examine the effectiveness of vaccine materials through simulation of gamma irradiated and mixed with non irradiated parasites. P. berghei was irradiated at dose of 175 Gy and then mixed with non-irradiated bloods at percentage of volume of 50%:50% ; 25%:75% ; 75%:25% ; 20%:80% ; 80%:20% ; 10%:90% ; 90%:10%,, and were intraperitoneally injected into mice body. Mice injected with 100% irradiated was used as control. Further observation on the rate of growth of parasites in blood (parasitemia) and the mortality rate of mice. Results showed that the best ratio comparison relatively in lowering infectivity of P. berghei in mice was 50%:50% with parasitaemia percentage was below 20% at day 16 th. Keywords : Malaria, vaccine, gamma irradiation, P. berghei I. PENDAHULUAN Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria membunuh lebih dari satu juta orang per tahun dan merupakan penyebab utama kematian anakanak di negara berkembang, oleh karena itu diperlukan usaha yang efektif dalam pencegahannya, salah satunya adalah dengan vaksinasi [1,2]. Pada manusia telah diketahui terdapat empat spesies Plasmodium yaitu P.vivax yang merupakan penyebab kira-kira 43% kasus malaria pada manusia. P.malariae 94

menyebabkan kira-kira 7% kasus malaria di dunia. P. falciparum adalah malaria yang paling patogenik dan seringkali fatal. Plasmodium ini merupakan penyebab kirakira separuh kasus malaria pada manusia [3]. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi. Iradiasi adalah sebuah proses sederhana secara teknik dapat menahan struktur mikroorganisme pathogen tanpa menghancurkan antigen alamiah atau adjuvant intrinsik. Interakasi radiasi pengion dalam sel mamalia dapat menginduksi sejumlah besar jenis kerusakan molekuler dalam DNA seperti single strand breaks (ssb), double strand breaks (dsb), berbagai jenis kerusakan basa dan ikat silang (crosslinks) DNA-protein [4]. Radiosenitivitas sel terhadap radiasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat responsif sel, termasuk dalam litbang vaksin iradiasi, baik malaria maupun penyakit infekstif lainnya dan juga dalam bidang medik seperti sel kanker terhadap radioterapi [5]. Dalam pengembangan vaksin, bahan yang dapat digunakan berdasarkan tahapan siklus hidup Plasmodium maupun metode untuk melemahkan atau mematikan plasmodium [2]. Iradiasi gamma digunakan untuk melemahkan parasit malaria pada stadium eritrositik sehingga diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan plasmodium di dalam eritrosit dan menyebabkan reduksi parsial parasitemia [6]. Iradiasi gamma pada dosis tertentu akan menyebabkan lemahnya parasit. Parasit yang lemah ini tidak mampu bereplikasi (memperbanyak diri) sehingga tidak infektif (menimbulkan infeksi), sebaliknya parasit ini akan menimbulkan respon imun dalam inang (host) [7]. Beberapa penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya memperlihatkan bahwa dosis iradiasi gamma 175 Gy dengan laju dosis 380 Gy/jam relatif lebih efektif dalam melemahkan Plasmodium berghei stadium eritrositik [8]. Tidak diketahui secara pasti seberapa besar jumlah parasit yang mengalami pelemahan (atenuasi) setelah iradiasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan simulasi terhadap asumsi tersebut dengan membandingkan tingkat efektivitas bahan vaksin yakni antara vaksin yang seluruhnya (100%) diiradiasi gamma dosis 175 Gy dengan bahan vaksin yang dibuat dari campuran antara parasit yang telah diiradiasi dengan parasit yang tidak diiradiasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian efektivitas bahan vaksin malaria dari variasi konsentrasi P. berghei iradiasi dan non-iradiasi gamma dosis 175 Gy pada mencit Swiss webster. II. BAHAN DAN METODE 1. Propagasi Awal dan Iradiasi P. berghei 95

Mikroorganisme yang diuji dalam penelitian ini adalah P. berghei strain ANKA dan hewan uji yang digunakan adalah mencit dengan galur Swiss webster. Penelitian diawali dengan pengembangbiakan parasit P. berghei dengan konsentrasi 10 6 10 7 parasit/ml secara in vivo dalam tubuh mencit. Setelah mencit disuntik secara intraperitoneal, dua hari kemudian dibuat apusan tipis dari darah mencit yang diambil melalui ujung ekor, dan diwarnai dengan zat pewarna Giemsa. Apabila kadar parasitemia telah mencapai 20% dari jumlah sel darah merah total, mencit segera dianestesi dengan Ketamil dan darahnya diambil langsung dari jantung menggunakan syringe 1 ml yang telah berisi antikoagulan CPD (citrate phosphat dextrose). Selanjutnya darah dimasukkan ke dalam mikrotube 1,5 ml dan diiradiasi gamma dengan dosis 175 Gy menggunakan Iradiator IRPASENA selama 28-30 menit dengan laju dosis 380 Gy/jam di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN Pasar Jum at. Sediaan parasit yang telah diiradiasi dicampurkan dengan sediaan parasit non-iradiasi (wild) dengan 7 perbandingan volume 50%:50% ; 25%:75%; 75%:25% ; 20%:80% ; 80%:20% ; 10%:90%; 90%:10%. Sebagai kontrol adalah 100:1 yaitu mencit yang disuntik 100% parasit iradiasi. Sediaan parasit yang telah tercampur kemudian ditambahkan antikoagulan CPD. Selanjutnya ketujuh perbandingan konsentrasi parasit tersebut masing-masing disuntikkan secara intra peritonial sebanyak ± 200 µl ke dalam tubuh mencit baru dengan jumlah 3 ekor mencit untuk setiap perbandingan konsentrasi parasit. Pengambilan sampel darah mencit yang dilakukan pada hari ke-3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 15, 17, 24, 28, 33, 37, 39, dan 41 paska penyuntikan. Sampel darah dibuat dalam bentuk apusan tipis dan diwarnai dengan zat pewarna Giemsa 10% untuk pengamatan parasitemia. Pengamatan persentase mortalitas pada setiap kelompok mencit uji dilakukan setiap hari pasca penyuntikan hingga percobaan selesai. 2. Perhitungan Parasitemia Darah dari ujung ekor mencit dibuat sediaan apusan darah tipis pada kaca preparat. Setelah apusan mengering kemudian difiksasi dengan metanol selama 30 detik. Apusan diwarnai dengan 10 % larutan Giemsa dan dibiarkan mengering. Selanjutnya preparat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 100x. Parasitemia dihitung dengan memilih bagian-bagian dimana tiap lapangan pandang mengandung sel dengan susunan tidak saling menumpuk. Dihitung jumlah eritrosit yang terinfeksi dari sekitar 1000 sel eritrosit dan 200 sel leukosit yang terhitung. Parasitemia menunjukkan kepadatan sel darah terinfeksi parasit dalam ± 5000 sel darah merah atau 10 lapang pandang dengan rumus : %Parasitemia = x100% 96

Persen Parasitemia (%) Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir IX Tabel 1. Perbandingan Konsentrasi Parasit Plasmodium berghei dengan Variasi Volume Sampel Darah Mencit yang Terinfeksi Parasit. No. Perbandingan Konsentrasi Volume darah terinfeksi P.berghei (Irradiasi + Non-Irradiasi)* 1. 50% : 50% 100 µl + 100 µl 2. 25% : 75% 50 µl + 150 µl 3. 75% : 25% 150 µl + 50 µl 4. 20% : 80% 30 µl + 120 µl 5. 80% : 20% 160 µl + 40 µl 6. 10% : 90% 20 µl + 180 µl 7. 90% : 10% 180 µl + 20 µl 8. Kontrol (100% : 0) 200 µl + 0 µl *Pada setiap perbandingan ditambahkan masing-masing 100 µl antikoagulan CPD. 3. Pengamatan mortalitas Jumlah mencit yang mati pada setiap kelompok diamati setiap hari sejak hari penyuntikan hingga percobaan selesai. Persentase mecit yang mati dihitung dengan rumus sebagai berikut: III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persentase Parasitemia Hasil pengamatan parasitemia pada keseluruhan perbandingan konsentrasi parasit dapat dilihat pada grafik pada Gambar 1. % Mortalitas = x 100% 70 60 50 40 30 20 10 0 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 Hari Pengamatan Setelah Penyuntikan 50% : 50% 25% : 75% 75% : 25% 20% : 80% 80% : 20% 10% : 90% 90% : 10% Kontrol (100% : 0%) Gambar 1. Grafik Rerata Persen Parasitemia Darah Mencit pada Setiap Perbandingan Konsentrasi Parasit Iradiasi dan Non-Iradiasi. 97

Pada percobaan ditemukan bahwa eritrosit yang terinfeksi baru mulai tampak pada hari ke-3 pada setiap nilai perbandingan, kecuali pada mencit kontrol (100 : 0). Pada mencit kontrol, baru mulai terlihat eritrosit yang terinfeksi pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan sangat efektifnya dosis iradiasi 175 Gy pada persentase 100% dalam melemahkan parasit. Hewan uji dinyatakan positif terinfeksi parasit apabila telah ada kemunculan bintik ungu gelap dalam eritrosit meskipun kepadatan parasitnya di bawah 1% [2]. Pada percobaan ini ditemukan bahwa hingga hari ke-13 secara keseluruhan pada setiap perbandingan kadar parasitemia yang muncul masih di bawah 20% dengan komposisi bentuk-bentuk sesuai tahapan siklus hidup parasit yang dimulai dalam bentuk ring (cincin), tropozoit muda, tropozoit tua serta schizon (Gambar 2, 3, dan 4). a b Gambar 2. Mikrofotografi Stadium Ring Muda (a) dan Ring Tua (b) P.berghei Pada Apusan Darah Tipis Dengan Perbandingan Konsentrasi Parasit 50%:50%, Persentase Parasitemia 5,38% Pada Hari ke-11 Setelah Penyuntikan. a b Gambar 3. Mikrofotografi Stadium Tropozoit Muda (a) dan Tropozoit (b) P.berghei Pada Apusan Darah Tipis Dengan Perbandingan Konsentrasi Parasit 50%:50%, Persentase Parasitemia 13,50% Pada Hari ke-15 Setelah Penyuntikan. 98

a b Gambar 4. Mikrofotografi Stadium Schizont Muda (a) dan Schizont Tua (b) P.berghei Pada Apusan Darah Tipis Dengan Perbandingan Konsentrasi Parasit 50%:50%, Persentase Parasitemia 40,40% Pada Hari ke-24 Setelah Penyuntikan. Pertumbuhan yang signifikan mulai terjadi pada hari ke-13 dan seterusnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh efektivitas dari parasit iradiasi sebagai bahan vaksin yang mulai menurun, sehingga pertumbuhan parasit non-iradiasi meningkat drastis dan menginfeksi eritrosit pada tubuh mencit. Peningkatan paling signifikan terjadi sejak hari ke-13 yakni pada nilai perbandingan 80%:20%. Persentase parasitemia pada nilai perbandingan tersebut meningkat hingga 22,38% pada hari ke-15 dan kembali meningkat pada hari ke-17 sebesar 7,91%. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh yang lemah dan sekaligus membuktikan bahwa perbandingan dengan dosis parasit iradiasi yang lebih besar belum tentu mampu menahan laju pertumbuhan parasit lebih baik. Pada nilai perbandingan 10%:90% yaitu nilai perbandingan dengan konsentrasi parasit iradiasi yang paling rendah terjadi pertumbuhan parasit yang paling tidak stabil. Pada hari ke-3 hingga hari ke-5 persentase parasitemia terus meningkat, kemudian kembali menurun pada hari ke-6 hingga hari ke-7, lalu meningkat lagi pada hari ke-9 hingga hari ke-15 dan menurun pada hari ke- 17 hingga akhirnya mencit mati pada hari ke- 20. Pertumbuhan yang tidak stabil ini dapat terjadi karena sistem imun pada tubuh yang kurang baik dan juga disebabkan karena persentase dosis parasit iradiasi yang bekerja sebagai bahan vaksin sangat rendah. Nilai perbandingan 50%:50% merupakan perbandingan konsentrasi parasit yang paling baik yang mampu menekan pertumbuhan parasit P. berghei pada percobaan ini jika dibandingkan dengan ke-7 nilai perbandingan lainnya dengan persentase parasitemia dibawah 20% hingga hari ke-15, meskipun tidak menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kontrol yang mampu menekan pertumbuhan parasit dan memperpanjang masa prepaten hingga hari ke-28. Pertumbuhan parasit di dalam eritrosit juga dipengaruhi oleh radiosensitivitas sel eritrosit. Radiosensitivitas sel adalah tingkat 99

sensitivitas terhadap paparan radiasi yang berhubungan dengan kematian sel. Radiosensitivitas sel bergantung pada faktor fisik dan biologi sel. Faktor fisik meliputi dosis, laju dosis, dan waktu paparan radiasi (tunggal atau fraksinasi). Radiosensitivitas dari berbagai jenis sel darah ini bervariasi, sel yang paling sensitif adalah sel limfosit dan sel yang paling resisten adalah sel eritrosit [4]. Jika diamati secara umum pertumbuhan parasitemia pada ke-7 nilai perbandingan dari pencampuran parasit radiasi dan non-iradiasi masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif dimana pertumbuhan parasit baru terjadi sejak hari ke-28. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa sinar gamma dosis 175 Gy yang diiradiasikan pada parasit P. berghei mampu melemahkan atau menyebabkan atenuasi pada keseluruhan parasit yang diiradiasi tersebut. 2. Persentase Mortalitas Hasil perhitungan persentase mortalitas dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Daya tahan tubuh mencit selain ditunjukkan dari jumlah parasitemia juga ditunjukkan dari angka mortalitas mencit. Iradiasi gamma dapat menimbulkan efek melemahkan P. berghei sehingga mencit yang diinfeksikan P. berghei yang telah dilemahkan dapat memberikan respon imun dan meningkatkan daya tahan hidupnya [9]. Daya tahan hidup mencit ditunjukkan pada Tabel 2. Pada nilai perbandingan 50%:50% dan 100%:0% mencit mati. tidak ditemukan adanya Tabel 2. Persentase Mortalitas Mencit Pasca Infeksi P. berghei pada Setiap Perbandingan Konsentrasi Parasit Iradiasi dan Non-Iradiasi No. Nilai Perbandingan Mortalitas (%) 1. 50% : 50% 0 2. 25% : 75% 100 3. 75% : 25% 66,67 4. 20% : 80% 100 5. 80% : 20% 100 6. 10% : 90% 100 7. 90% : 10% 100 8. Kontrol (100% : 0%) 0. Hal ini disebabkan karena dosis iradiasi yang tepat dan daya tahan tubuh mencit yang baik. Pada nilai perbandingan 75%:25% ditemukan 2 mencit mati dan hanya satu mencit yang dapat bertahan hidup hingga hari ke-30. Meskipun ketiga mencit disuntik parasit dalam jumlah yang sama, hal ini masih dapat terjadi dikarenakan pengaruh perbedaan daya tahan tubuh dan radiosensitivitas sel pada masing-masing mencit yang berbeda-beda [10]. Pada perbandingan lainnya ditemukan bahwa seluruh mencit tidak mampu bertahan hidup hingga hari ke-30 dengan waktu kematian yang bervariasi, hal ini juga dipengaruhi perbedaan daya tahan tubuh dan 100

radiosensitivitas sel pada masing-masing mencit yang berbeda-beda. IV. KESIMPULAN Perbandingan konsentrasi bahan vaksin yang paling baik dalam menurunkan daya infeksi P. Berghei pada mencit yaitu perbandingan 50% diiradiasi dan 50% tidak diiiradiasi (50%:50%) dengan persentase parasitemia di bawah 20% hingga hari ke-16. DAFTAR PUSTAKA 1. SYAIFUDIN, M. Pengembangan Vaksin Malaria dengan Radiasi Pengion. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, Lampung, 2008. 2. NURHAYATI, S. Propagasi Plasmodium berghei Iradiasi Gamma Laju Dosis Tinggi pada Mencit (Musmusculus). Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN, Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII, Jakarta, 2011. 3. WARDIARTO, Parasitologi Biologi Parasit Hewan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1989. 4. HALL, E.J., Radiobiology for the radiobiologist, edisi 6, Lippincott Williams and Walkin, Philadelphia, (2006). 5. CHATTOPADHYAY, R., CONTEH, S., LI, M.L., JAMES, E.R., EPSTEIN, J.E. AND HOFFMAN, S.L., The Effects of radiation on the safety and protective efficacy of an attenuated Plasmodium yoelii sporozoite malaria vaccine, Vaccine 27, 3675-3680, 2009. 6. DARLINA, KISNANTO, T., FAUZAN, A., Respons Hematopoietik Mencit yang Diinfeksi Dengan Plasmodium berghei Stadium Eritrositik Iradiasi Gamma. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Vol. 13, No.2, Agustus 2012. 7. HOFFMAN, S.L., GOH, M.L., LUKE, T.C. Protection of Humans Against Malaria by Immunization with Radiation-Attenuated Plasmodium falciparum. The Journal of Infectious Diseases, No. 185, 2002, Hal. 1155-1164. 8. DARLINA, DEVITA, T., Daya Infeksi Plasmodium berghei yang Diiradiasi Sinar Gamma. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan III, 2007. 9. DARLINA, KISNANTO, T., TETRIANA, D., NURHAYATI S., WICAKSONO, N., Pengaruh Dosis Radiasi Terhadap Pelemahan Plasmodium yoelii Stadium Eritrositik. Prosiding PPI-PDIPTN Pustek Akselarator dan Proses Bahan-BATAN, Yogyakarta, 20 Juli 2010, hal 78-82. 10. WAKI, S., YONOME, I. and SUZUKI, M., Plasmodium falciparum: attenuation by irradiation, Experimental Parasitology; Volume 56(3) 339-345, 1983. TANYA JAWAB 1. Penanya : Nita Suhartini Pertanyaan : - Vaksin yang telah diradiasi, apakah aman untuk manusia dan apakah dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit malaria? Jawaban : - Tujuannya vaksin iradiasi ini adalah untuk manusia tetapi penelitian ini belum mencapai kearah ini, baru pada tahap pra klinis di hewan coba 2. Penanya : Wagiyanto Pertanyaan : - Kenapa perbandingan parasit yang diiradiasi dengan yang non iradiasi tidak ada yang dibuat 40:50 atau 50:40? 101

- Pertimbangan apa yang menjadi mencit sebagai media percobaaan? Jawaban : - Perbandingan konsentrasinya harus 100%, kami tidak melakukan perbandingan dibawah 100%. - Plasmodium berghei khusus digunakan untuk hewan pengerat (mencit) : - Secara ekonomis lebih murah. - Etik yang telah disetujui adalah pada mencit. 102